Ketahanan Pangan Nasional: Kontribusi Bank Indonesia dan Gapoktan Sidomulyo dalam Meningkatkan Produktivitas Pertanian

Jumat, 21 Februari 2025 | 17:10:54 WIB
Ketahanan Pangan Nasional: Kontribusi Bank Indonesia dan Gapoktan Sidomulyo dalam Meningkatkan Produktivitas Pertanian

Jakarta - Ketahanan pangan menjadi salah satu isu strategis yang saat ini sangat diprioritaskan oleh pemerintah Indonesia dalam agenda pembangunan nasional. Berbagai kebijakan telah disusun dan dilaksanakan untuk memastikan bahwa kebutuhan dasar pangan dapat dipenuhi secara berkelanjutan. Salah satu inisiatif yang baru-baru ini mencuri perhatian adalah Program Sosial Bank Indonesia (PSBI), yang secara khusus dirancang untuk mendukung ketahanan pangan nasional dengan menyalurkan berbagai bantuan, termasuk kepada kelompok petani lokal, Jumat, 21 Februari 2025.

Implementasi dari PSBI ini dapat terlihat nyata dalam dukungannya kepada Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Sidomulyo yang terletak di Godean, Sleman, Yogyakarta. Kelompok tani ini menjadi salah satu penerima manfaat utama dari program ini. Berbagai bantuan yang diberikan oleh Bank Indonesia (BI) telah berhasil meningkatkan produktivitas dan efisiensi pertanian di daerah tersebut, seperti penyediaan infrastruktur dan teknologi pertanian yang modern.

Kepala Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LPDM) sekaligus Manajer Pemasaran Gapoktan Sidomulyo, R. Bangun, menuturkan peran signifikan BI dalam pengembangan pertanian di wilayahnya. "BI membantu kami dalam banyak hal, mulai dari menyediakan jaringan irigasi yang memadai, hingga pengadaan mesin pertanian modern seperti transplanter yang sangat membantu dalam proses penanaman padi," ujar Bangun dalam wawancara eksklusif di Yogyakarta, Kamis, 20 Februari 2025.

Tidak hanya itu, Bangun juga mengungkapkan bahwa BI telah memfasilitasi pemasangan listrik berdaya lebih besar untuk menggantikan penggunaan solar yang sebelumnya digunakan oleh para petani. Bantuan berupa alat teknologi modern seperti drone dan mesin otomatisasi turut diberikan dan memiliki dampak besar pada efisiensi pertanian.

Satu inisiatif yang tidak kalah pentingnya dari Gapoktan Sidomulyo adalah program koperasi beras untuk ketahanan pangan desa yang sudah dijalankan sejak 2010. Program ini mewajibkan setiap petani yang memiliki lahan sedikitnya 500 meter persegi untuk menabung 5 kilogram gabah setiap kali panen. Koperasi ini pada dasarnya bertujuan untuk melindungi petani dari krisis pangan dengan membentuk cadangan pangan yang bisa digunakan saat menghadapi musim paceklik atau kebutuhan mendesak lainnya.

"Program koperasi ini memungkinkan masyarakat meminjam hingga 100 kilogram gabah saat dibutuhkan. Nantinya, saat mereka panen kembali, mereka harus mengembalikan 105 kilogram. Tambahan 5 kilogram itu adalah bentuk kontribusi, bukan bunga. Semua ini dilakukan tanpa uang tunai, hanya berupa gabah atau beras, sehingga menghasilkan penambahan stok beras," jelas Bangun.

Dengan strategi ini, Gapoktan Sidomulyo mampu menciptakan cadangan beras yang mencapai 9,75 ton untuk Januari 2025. Menariknya, cadangan beras ini tidak hanya diperuntukkan bagi kelompok tani itu sendiri, tetapi juga untuk membantu desa-desa lain di sekitarnya ketika menghadapi bencana atau masa-masa sulit. "Contohnya, saat pandemi Covid-19 berlangsung, kami sempat menyalurkan 3 ton beras. Cadangan ini juga mendukung kebutuhan acara-acara desa," tambah Bangun.

Selain itu, untuk memfasilitasi program ketahanan pangan tersebut, Gapoktan Sidomulyo mendapatkan dana bantuan yang signifikan dari berbagai sumber, termasuk Kredit Usaha Rakyat (KUR) BNI sebesar Rp 1 miliar, KUR BRI Rp 1,2 miliar, iuran swadaya mencapai Rp 48 juta, BKAD/uPM Sleman senilai Rp 450 juta, dan LDPM sebesar Rp 365 juta.

Program ini tidak hanya memperkuat ketahanan pangan setempat tetapi juga memberikan manfaat ekonomi bagi anggotanya. Setiap bulan, keuntungan yang dihasilkan dari penjualan beras oleh anggota Gapoktan Sidomulyo mencapai sekitar Rp 100 juta. Dengan keberhasilan program seperti ini, model ketahanan pangan yang melibatkan swadaya masyarakat dan dukungan institusi keuangan dapat menjadi contoh bagi daerah lain di Indonesia.

Terkini