Bursa Saham Asia Berguguran Meski Wall Street Berjaya, Investor Pantau Kebijakan Suku Bunga

Rabu, 19 Februari 2025 | 08:35:35 WIB
Bursa Saham Asia Berguguran Meski Wall Street Berjaya, Investor Pantau Kebijakan Suku Bunga

JAKARTA - Pada Rabu, 19 Februari, mayoritas bursa saham di Asia-Pasifik mengalami penurunan meskipun Wall Street berhasil mencatatkan kenaikan tajam semalam, dengan indeks S&P 500 mencapai rekor tertinggi baru. Sentimen positif dari Wall Street tampaknya belum mampu mempengaruhi pasar Asia yang dihadapkan pada berbagai tekanan ekonomi, termasuk pengaruh tarif dan inflasi yang terus membayangi.

Pasar Asia di Tengah Sentimen Global

Di Jepang, indeks acuan Nikkei 225 dibuka turun sebesar 0,13% dan indeks Topix, yang lebih luas, bergerak mendatar. Meskipun demikian, terdapat peningkatan sentimen di sektor manufaktur Jepang untuk bulan kedua berturut-turut pada Februari. "Indeks sentimen manufaktur naik ke level +3, yang merupakan angka tertinggi sejak November, naik dari +2 pada bulan Januari," ungkap survei Reuters Tankan.

Sementara itu, di Korea Selatan, indeks Kospi mencatatkan kenaikan sebesar 0,71% pada awal perdagangan, sejalan dengan indeks saham berkapitalisasi kecil Kosdaq yang juga menguat 0,31%. Ini menunjukkan adanya daya tarik dari sejumlah saham berbasis teknologi dan kesehatan yang mendapatkan perhatian investor.

Pasar Hong Kong juga menghadapi tekanan. Indeks futures Hang Seng terakhir diperdagangkan pada level 22.775, yang menunjukkan kemungkinan pembukaan lebih lemah dari penutupan sebelumnya di angka 22.976,81. Kondisi ini memperlihatkan kekhawatiran investor terhadap potensi dampak kebijakan ekonomi global terhadap pasar lokal.

Australia Tertekan Kebijakan Baru

Berlanjut ke Australia, indeks S&P/ASX 200 melemah sebesar 0,56% di tengah keputusan bank sentral negara tersebut untuk memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 4,10%. Ini merupakan pemangkasan suku bunga pertama sejak November 2020, yang mengindikasikan adanya strategi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di tengah tantangan yang ada.

"Pemerintah dan bank sentral harus terus bekerja sama guna menjaga stabilitas pasar dan mempercepat pemulihan ekonomi," ujar seorang analis pasar terkemuka dari Sydney.

Perkembangan Kebijakan di Selandia Baru

Di belahan lain Asia-Pasifik, bank sentral Selandia Baru diharapkan untuk memangkas suku bunga sebesar 50 basis poin menjadi 3,75% dalam pertemuan kebijakan moneter hari ini. Menurut survei Reuters, langkah ini akan menjadi bagian dari usaha untuk menstimulasi ekonomi yang mengalami tekanan akibat resesi dan tingginya tingkat pengangguran. Sejak Agustus tahun lalu, bank sentral telah memangkas suku bunga sebesar 125 basis poin dan diperkirakan akan terus melanjutkan kebijakan ini.

Wall Street Mengukir Sejarah

Di seberang benua, pasar saham Amerika Serikat menunjukkan performa yang kontras dengan pencapaian bursa Asia. Ketiga indeks utama Wall Street ditutup menguat. Sektor energi memimpin kenaikan, dengan sektor ini di S&P 500 melonjak 1,9%. "S&P 500 mencetak rekor penutupan baru setelah mengalami reli menjelang bel penutupan, bertambah 0,24% menjadi 6.129,58. Ini melewati rekor intraday sebelumnya di angka 6.129,63," ujar seorang pakar keuangan di New York.

Nasdaq Composite naik tipis 0,07% menjadi 20.041,26, sementara Dow Jones Industrial Average meningkat 10 poin atau 0,02%, menutup sesi di 44.556,34. Penguatan ini didorong oleh kenaikan saham teknologi serta optimisme pasar terhadap pertumbuhan ekonomi yang sehat.

Pergerakan pasar saham di Asia dan Amerika Serikat yang berbeda mencerminkan tantangan yang dihadapi perekonomian global. Meskipun Wall Street menunjukkan kekuatan, pasar Asia harus menghadapi berbagai tantangan termasuk ketidakpastian kebijakan ekonomi global dan tekanan dari kebijakan tarif serta inflasi. Dalam menghadapi tantangan ini, investor di Asia tampaknya lebih berhati-hati menavigasi pasar dan terus mencermati perkembangan kebijakan moneter yang dapat memberikan dampak signifikan pada pergerakan bursa saham ke depan.

Terkini