Galangan Kapal Jadi Penopang Ekonomi Maritim Indonesia

Jumat, 22 Agustus 2025 | 10:03:03 WIB
Galangan Kapal Jadi Penopang Ekonomi Maritim Indonesia

JAKARTA - Indonesia sebagai negara kepulauan dengan lebih dari 17 ribu pulau memiliki tantangan besar dalam memastikan distribusi pangan, energi, hingga pertahanan. Armada kapal yang andal bukan sekadar sarana transportasi, melainkan infrastruktur vital yang menentukan kedaulatan bangsa. Di sinilah peran Indonesian Shipyard Super Holding (ISSH) menjadi sangat krusial, karena keberadaannya tidak hanya menyangkut sektor logistik, melainkan juga kemandirian industri strategis nasional.

Selama ini, distribusi beras, pupuk, hingga hasil tambang dan energi sangat bergantung pada ketersediaan kapal kargo. Bulog membutuhkan kapal berkapasitas 5.000–10.000 DWT untuk mengangkut beras dari Jawa ke kawasan timur Indonesia. Pupuk Indonesia (PUSRI) dan Petrokimia Gresik juga memerlukan armada bulk carrier agar pupuk bersubsidi dapat tersalurkan ke seluruh provinsi. Tanpa dukungan galangan kapal domestik yang kuat, rantai pasok pangan bisa terganggu dan berpotensi memicu krisis.

ISSH diharapkan mampu mengembangkan kapal khusus seperti refrigerated cargo ship untuk produk perikanan serta livestock carrier bagi distribusi ternak hidup. Teknologi cold chain maritime juga perlu didorong agar kualitas pangan tetap terjaga meski menempuh perjalanan laut jarak jauh.

Energi Nasional: Ketahanan di Laut

Tidak hanya pangan, sektor energi juga menaruh harapan besar pada industri galangan. Pertamina mengoperasikan sekitar 150 tanker dengan total kapasitas 2,8 juta DWT untuk mengangkut minyak mentah dan produk olahan. PLN memerlukan kapal khusus pengangkut batu bara hingga 100 juta ton per tahun untuk menjaga pasokan listrik nasional.

Di sisi lain, PGN tengah memperluas infrastruktur LNG yang otomatis menuntut keberadaan LNG carrier dan fasilitas FSRU (Floating Storage Regasification Unit). Dengan sinergi bersama BUMN energi, ISSH bisa menciptakan ekosistem logistik energi terintegrasi yang mengurangi ketergantungan pada kapal asing.

Pembangunan kapal tangki ganda (double-hull tankers), LNG carrier dengan teknologi membran, hingga bulk carrier dengan sistem bongkar muat otomatis menjadi langkah strategis yang akan meningkatkan keamanan energi nasional.

Ekonomi Maritim: Mengurangi Biaya Logistik

Nilai perdagangan luar negeri Indonesia mencapai USD 412 miliar pada 2024. Namun, biaya logistik dalam negeri masih tinggi, sekitar 23,5 persen PDB, jauh di atas negara maju yang hanya 8–10 persen. Salah satu penyebabnya adalah dominasi perusahaan pelayaran asing yang menguasai 85 persen lalu lintas kargo, sehingga devisa negara terus tergerus.

ISSH berpeluang menjadi solusi dengan membangun kapal kontainer, bulk carrier, maupun general cargo untuk mengangkut komoditas ekspor utama seperti CPO, nikel, batu bara, hingga produk manufaktur. Dengan armada domestik yang kuat, Indonesia bisa mengurangi ketergantungan pada pelayaran asing sekaligus memperkuat daya saing ekspor.

Selain itu, pembangunan feeder vessel untuk menghubungkan pulau-pulau luar dengan pelabuhan utama akan mendorong pertumbuhan ekonomi inklusif. Akses logistik yang lebih murah dan merata dapat mengurangi kesenjangan regional sekaligus membuka peluang usaha baru di wilayah terpencil.

Pertahanan Maritim: Basis Industri Strategis

Ketegangan di kawasan Indo-Pasifik menjadikan aspek pertahanan maritim semakin mendesak. PT PAL, yang kini bagian dari ekosistem ISSH, telah membuktikan kapasitasnya dengan membangun 86 kapal perang sejak 1985. Meski begitu, Indonesia masih memerlukan penguatan basis industri pertahanan agar mencapai otonomi strategis.

ISSH bisa mendorong teknologi dual-use, yakni kapal yang dapat difungsikan baik untuk keperluan komersial maupun pertahanan. Melalui transfer teknologi dari mitra global, Indonesia berpeluang menguasai sistem manajemen tempur, radar, persenjataan, hingga komunikasi kapal perang.

Lebih jauh, ISSH juga bisa mengembangkan fasilitas pemeliharaan kapal selam yang sangat kompleks. Dengan begitu, TNI AL tidak lagi bergantung sepenuhnya pada luar negeri untuk overhaul dan modernisasi armada bawah lautnya.

Sinergi Lintas Sektor

Keunggulan ISSH tidak hanya terletak pada pembangunan kapal semata, tetapi juga pada kemampuan menciptakan sinergi lintas sektor. Kapal logistik pangan, misalnya, bisa difungsikan ulang untuk operasi bantuan bencana. Kapal tanker energi bisa menjadi strategic petroleum reserve, sementara teknologi pertahanan dapat diadaptasi untuk kapal niaga.

Dengan dukungan finansial dari Danantara, ISSH berpotensi membangun ekosistem industri maritim komprehensif yang tidak hanya menciptakan lapangan kerja, tetapi juga memperkuat daya tahan nasional di berbagai sektor vital.

Dampak Strategis: Lebih dari Sekadar Lapangan Kerja

Konsolidasi galangan kapal BUMN di bawah ISSH akan menghasilkan multiplier effect yang besar. Pertama, mengurangi angka pengangguran melalui penciptaan lapangan kerja formal dengan jaminan sosial. Kedua, mengoptimalkan bonus demografi lewat transfer teknologi dan pengembangan keahlian SDM. Ketiga, menekan ketergantungan impor pada komponen kapal strategis.

PT PAL sendiri telah memulai konsep Multiyard 4.0, yang menghubungkan galangan di Parepare, Sorong, Surabaya, hingga Semarang. Dengan pendekatan ini, kapasitas produksi tersebar merata di berbagai daerah, sehingga mengurangi urbanisasi ke Jakarta sekaligus mendorong pembangunan ekonomi regional.

Faktor demografi, kebutuhan modernisasi armada BUMN, hingga dinamika geopolitik global membuat momentum ini sangat tepat. Tanpa konsolidasi, Indonesia berisiko kehilangan kesempatan emas untuk menjadi kekuatan maritim regional.

ISSH bukan sekadar merger perusahaan, melainkan strategi transformasi ekonomi nasional. Melalui konsolidasi dan sinergi lintas sektor, Indonesia berpeluang memperkuat ketahanan pangan, energi, ekonomi, hingga pertahanan maritim.

Dengan dukungan penuh dari Danantara serta strategi pembelian terpusat, ISSH bisa menghadirkan multiplier effect yang masif. Keputusan strategis hari ini akan menentukan apakah Indonesia mampu menjadi maritime powerhouse yang mandiri atau justru tetap bergantung pada pihak luar.

Masa depan industri maritim Indonesia kini berada di persimpangan jalan—dan ISSH adalah salah satu jawaban untuk menjadikannya tulang punggung kemandirian bangsa.

Terkini

12 Contoh Bisnis Jasa yang Menghasilkan Keuntungan Tinggi

Jumat, 05 September 2025 | 21:07:24 WIB

Daftar Terbaik Mobil 2 Pintu Paling Direkomendasikan

Jumat, 05 September 2025 | 20:59:45 WIB

Inilah Besaran Gaji Pensiunan PNS 2025, Adakah Kenaikan?

Kamis, 04 September 2025 | 13:05:36 WIB

Begini Cara Mengatasi Hiperinflasi & Faktor Penyebabnya

Kamis, 04 September 2025 | 14:49:36 WIB

Refinancing Adalah: Definisi, Manfaat, dan Tips Melakukannya

Kamis, 04 September 2025 | 11:52:54 WIB