JAKARTA - Tidak semua orang menyadari bahwa rabies tidak hanya ditularkan melalui gigitan anjing. Dokter dari IPB University mengingatkan bahwa cakaran kucing juga bisa menjadi salah satu jalan masuk virus tersebut, terutama bila luka tidak segera ditangani dengan benar.
Menurut dr Trisni Untari Dewi, dosen di Fakultas Kedokteran IPB University, risiko penularan rabies tetap ada meski tidak sebesar dari gigitan. Virus rabies, kata dia, dapat masuk ke tubuh manusia melalui luka terbuka atau area mukosa yang terkena air liur hewan yang terinfeksi. Penularannya tidak bisa terjadi bila kulit dalam keadaan utuh.
Hal ini menjadi penting untuk dipahami masyarakat, terlebih bagi yang memiliki hewan peliharaan seperti kucing. Meski anjing masih menjadi sumber utama penularan rabies pada manusia, tidak menutup kemungkinan bahwa kucing juga bisa membawa risiko serupa, apalagi jika infeksi virus sudah menyebar di wilayah tertentu.
“Cakaran kucing sebenarnya jarang menularkan rabies, tetapi tetap berpotensi jika luka terbuka dan terjadi kontak dengan air liur hewan yang terinfeksi,” jelas dr Trisni. Pernyataan ini menunjukkan bahwa langkah kehati-hatian tetap perlu dilakukan, terutama jika seseorang mengalami luka akibat cakaran hewan.
Dalam kasus seperti ini, pertolongan pertama menjadi hal yang sangat penting. dr Trisni menyampaikan bahwa siapa pun yang tercakar kucing sebaiknya segera melakukan pembersihan luka dengan air mengalir dan sabun selama sedikitnya lima belas menit. Pembersihan tersebut harus dilakukan secara menyeluruh agar mengurangi risiko infeksi.
Setelah mencuci luka, langkah berikutnya adalah memberikan antiseptik seperti alkohol atau povidone iodine. Ini berfungsi sebagai perlindungan tambahan terhadap kemungkinan masuknya virus atau kuman ke dalam tubuh. Tahapan ini bisa dilakukan sendiri di rumah sebagai penanganan awal sebelum mendapatkan perawatan medis lanjutan.
Dokter juga mengingatkan bahwa masyarakat perlu lebih peduli terhadap gejala atau tanda-tanda infeksi rabies, meskipun sudah melakukan pertolongan pertama. Bila ada keluhan setelah kontak dengan hewan, termasuk kucing, sebaiknya segera konsultasi ke fasilitas kesehatan terdekat agar bisa diberikan vaksin atau tindakan medis lainnya yang sesuai.
Rabies sendiri merupakan penyakit yang sangat serius dan bisa berakibat fatal jika tidak segera ditangani. Oleh karena itu, edukasi mengenai langkah-langkah penanganan awal sangat diperlukan, terutama di wilayah yang masih ditemukan kasus penularan virus rabies dari hewan ke manusia.
dr Trisni juga menekankan pentingnya mengetahui status kesehatan hewan peliharaan. Hewan seperti kucing dan anjing yang dipelihara di rumah sebaiknya mendapatkan vaksinasi rabies secara rutin. Ini menjadi langkah preventif yang sangat efektif untuk melindungi keluarga dan lingkungan sekitar dari kemungkinan paparan virus rabies.
Kehadiran hewan peliharaan memang membawa banyak manfaat emosional dan sosial. Namun, pemilik hewan juga memegang tanggung jawab besar dalam memastikan kesehatan hewan mereka agar tidak menjadi sumber penyakit. Langkah sederhana seperti vaksinasi, perawatan rutin, serta pemantauan perilaku hewan dapat mencegah risiko yang tidak diinginkan.
Kesadaran masyarakat terhadap rabies juga perlu diperkuat melalui kampanye edukasi yang mudah dipahami. Banyak orang masih belum menyadari bahwa rabies bisa menyebar bukan hanya melalui gigitan, tetapi juga cakaran atau jilatan dari hewan yang terinfeksi, terutama jika menyentuh area tubuh yang terbuka atau luka.
Dengan pemahaman yang benar, masyarakat bisa menjadi lebih waspada tanpa perlu merasa takut secara berlebihan. Pengetahuan akan langkah pertolongan pertama, serta kapan harus pergi ke tenaga medis, akan membantu menurunkan angka kejadian infeksi rabies yang sebenarnya bisa dicegah.
Dalam konteks ini, peran tenaga medis sangat penting. Dokter tidak hanya bertugas memberikan pengobatan, tetapi juga menjadi sumber informasi yang dapat dipercaya untuk masyarakat. Edukasi mengenai rabies, cara penularannya, serta penanganan luka akibat cakaran hewan adalah bagian dari upaya preventif yang patut terus disuarakan.
Masyarakat juga didorong untuk segera melaporkan kasus hewan yang menunjukkan gejala rabies ke pihak berwenang atau dinas terkait. Ini bisa membantu pemetaan penyebaran virus dan mencegah meluasnya infeksi ke wilayah lain. Kolaborasi antara masyarakat, tenaga medis, dan instansi pemerintah menjadi kunci dalam mengatasi masalah rabies secara menyeluruh.
Dokter seperti dr Trisni memainkan peran penting dalam menyampaikan pesan-pesan kesehatan yang sederhana namun berdampak besar. Melalui penjelasannya, kita menjadi lebih sadar bahwa cakaran kucing bukan sesuatu yang boleh diabaikan begitu saja, terutama bila menimbulkan luka terbuka. Namun dengan tindakan cepat dan tepat, risiko tersebut bisa dikendalikan.
Pada akhirnya, memahami risiko rabies dari berbagai sumber dan mengetahui langkah pertolongan pertama yang benar menjadi modal penting dalam menjaga kesehatan pribadi maupun keluarga. Edukasi seperti ini penting untuk terus digalakkan agar semakin banyak orang yang siap dan sigap menghadapi situasi semacam ini. Dengan begitu, kita semua bisa hidup berdampingan dengan hewan peliharaan secara aman dan sehat.