Pengertian Arsitektur Vernakular: Ciri, Unsur, hingga Contoh

Bru
Kamis, 31 Juli 2025 | 08:38:00 WIB
pengertian arsitektur vernakular

Pengertian arsitektur vernakular adalah gaya bangunan yang tumbuh alami mengikuti budaya, tradisi, dan lingkungan tempat masyarakat tinggal.

Dalam konteks pembangunan sebuah rumah, gaya arsitektur memang tidak bisa dilepaskan dari karakteristik yang khas. 

Sejak masa nenek moyang, setiap bangunan, khususnya rumah, memiliki bentuk dan tampilan yang mencerminkan identitas masing-masing.

Apabila kita mengamati lebih jauh, khususnya di Indonesia, tampak jelas bahwa keberagaman rumah tradisional begitu kaya dan unik. 

Dari satu daerah ke daerah lainnya, model rumah adat memiliki ciri khas tersendiri yang membedakannya satu sama lain. 

Ragam bentuk ini tidak muncul begitu saja, melainkan dipengaruhi oleh berbagai aspek, termasuk adat istiadat dan kebiasaan masyarakat setempat.

Dalam dunia arsitektur, gaya bangunan yang muncul dari adaptasi budaya lokal dan kebiasaan turun-temurun ini dikenal sebagai arsitektur vernakular. 

Istilah ini mungkin belum begitu familiar bagi sebagian orang, namun pada kenyataannya konsep arsitektur vernakular telah lama diterapkan, khususnya di berbagai wilayah di Indonesia, dengan contoh-contoh yang sangat beragam.

Pembahasan ini akan mengulas lebih jauh mengenai prinsip dan karakteristik arsitektur vernakular serta berbagai hal yang berkaitan dengannya. 

Bagi kamu yang ingin memahami lebih dalam dan merasa penasaran tentang konsep tersebut, penjelasan dalam ulasan ini akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mudah dipahami mengenai pengertian arsitektur vernakular.

Pengertian Arsitektur Vernakular

Setiap bangunan, terutama rumah, umumnya memiliki gaya arsitekturnya sendiri. Seperti yang telah dibahas sebelumnya, ragam gaya arsitektur sebenarnya sudah dikenal sejak lama. 

Hal ini bisa dilihat dari beragam bentuk rumah adat di berbagai daerah, yang menunjukkan adanya perbedaan mencolok dari satu wilayah ke wilayah lainnya.

Hal tersebut membuktikan bahwa gaya arsitektur telah hadir sejak dahulu dan menjadi bagian dari identitas lokal. 

Dalam bidang arsitektur dikenal istilah pengertian arsitektur vernakular, yaitu konsep gaya atau desain arsitektur yang menyesuaikan dengan karakteristik lingkungan sekitar.

Dengan kata lain, desain suatu bangunan seperti rumah akan dipengaruhi oleh kebudayaan lokal serta ketersediaan material bangunan yang ada di daerah tersebut. 

Pada masa lalu, proses pembangunan rumah umumnya dilakukan tanpa bantuan arsitek profesional, melainkan murni berdasarkan keterampilan masyarakat lokal. Dari situ, istilah vernakular pun mulai dikenal luas.

Secara umum, konsep vernakular mengacu pada pemahaman mengenai struktur bangunan yang dibangun melalui keterampilan lokal yang diwariskan secara turun-temurun. 

Istilah ini juga bukan sesuatu yang baru, karena sudah diperkenalkan sejak sekitar tahun 180-an. Namun, ketertarikan dan pengembangan konsep ini oleh kalangan arsitek baru benar-benar berkembang sekitar abad ke-20.

Jika ditelaah lebih dalam, istilah vernakular memiliki tiga makna yang saling berkaitan. Pertama, secara etimologis berasal dari bahasa Latin: Vernaculus yang berarti domestik atau asli daerah, serta Verna yang berarti budak pribumi. 

Kedua, dari segi linguistik, istilah ini berkaitan dengan konteks waktu, komunitas, dan lokasi. 

Sedangkan dalam konteks arsitektur, vernakular merujuk pada gaya arsitektur yang tumbuh dan berkembang dalam suatu wilayah serta periode tertentu, tanpa dipengaruhi oleh gaya dari luar wilayah tersebut.

Perbedaan Arsitektur Vernakular dan Arsitektur Tradisional

Tidak bisa disangkal bahwa arsitektur vernakular dan arsitektur tradisional memiliki hubungan yang erat. Namun, jika ditelusuri lebih mendalam, keduanya ternyata memiliki sejumlah perbedaan. 

Salah satu perbedaan yang paling mudah dikenali terletak pada nilai-nilai yang menyertainya.

Gaya tradisional merupakan bentuk arsitektur yang bersifat vernakular dan diwariskan secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya. Selain itu, gaya ini umumnya dikenal dan diakui secara lisan di kalangan masyarakat.

Sementara itu, arsitektur vernakular adalah pendekatan desain bangunan yang disesuaikan dengan konteks lingkungan sekitar. Gaya ini juga cenderung terus beradaptasi dan berkembang mengikuti perubahan zaman.

Meski secara umum keduanya serupa, ada sejumlah aspek yang membedakan arsitektur vernakular dari tradisional. 

Jika kamu belum sepenuhnya memahami perbedaan keduanya, penjabaran berikut akan membantumu mengenali masing-masing karakteristiknya.

1. Dalam praktiknya, arsitektur vernakular tidak melibatkan keahlian dari tenaga profesional maupun teknologi canggih. Material yang digunakan biasanya berasal dari sumber daya lokal yang tersedia di sekitar lokasi pembangunan. 

Di sisi lain, arsitektur tradisional sudah mulai mengadopsi peran teknologi modern dan mengikutsertakan para ahli, sehingga hasil bangunannya pun terkesan lebih sempurna.

2. Proses pembangunan rumah dalam arsitektur vernakular umumnya dikerjakan oleh warga lokal, tanpa keterlibatan arsitek atau ahli bangunan. 

Sebaliknya, arsitektur tradisional mengandalkan tenaga kerja profesional untuk menghasilkan struktur yang lebih kompleks dan terencana.

3. Jika dilihat dari sisi material, arsitektur tradisional tampak memanfaatkan bahan-bahan alami, meskipun kenyataannya tidak seluruh elemen berasal dari alam. 

Sedangkan pada gaya vernakular, seluruh material yang dipakai bersumber dari alam dan tidak menimbulkan kerusakan terhadap lingkungan sekitar.

4. Dari segi estetika, desain arsitektur vernakular lebih menonjolkan unsur alami dan kontekstual, yang berakar dari kebudayaan lokal. 

Berbeda halnya dengan arsitektur tradisional, yang mengandalkan pola desain yang sudah diwariskan dan dipertahankan secara konsisten dari masa ke masa.

Demikianlah uraian mengenai perbedaan antara arsitektur vernakular dan arsitektur tradisional. 

Meskipun hanya mencakup beberapa poin, penjelasan tersebut cukup menggambarkan bagaimana kedua pendekatan arsitektur ini memiliki ciri khas masing-masing, meskipun tampak mirip di permukaan.

Ciri-ciri Arsitektur Vernakular

Setiap aliran arsitektur memiliki keunikannya masing-masing. Keunikan inilah yang menjadi penanda khas dan mampu membedakan satu gaya dengan gaya lainnya. Bahkan bisa dikatakan bahwa setiap karakteristik dalam gaya arsitektur bersifat istimewa.

Hal ini juga berlaku pada gaya arsitektur yang berkembang secara alami di suatu wilayah atau komunitas tertentu. Arsitektur semacam ini memiliki tanda khas yang mencerminkan kearifan lokalnya. 

Bila kamu belum mengetahui seperti apa karakteristiknya, penjelasan berikut ini bisa memberikan gambaran yang lebih jelas.

  • Ciri utama dari gaya ini terletak pada material yang digunakan dalam pembangunannya. Hanya bahan-bahan yang tersedia di lingkungan sekitar yang dipakai, tanpa mengandalkan material dari luar daerah.
  • Aspek lain yang menjadi ciri khas adalah proses pembangunannya. Gaya ini mengandalkan metode konstruksi dengan teknologi tradisional yang diwariskan secara turun-temurun, tanpa melibatkan peralatan berat modern.
  • Selain itu, pengerjaannya tidak melibatkan tenaga ahli di bidang arsitektur. Sebaliknya, pembangunan dilakukan oleh penduduk lokal yang menguasai pengetahuan bangunan secara turun-temurun dari generasi sebelumnya.
  • Desain bangunannya juga sangat dipengaruhi oleh kondisi iklim di wilayah setempat. 

Sebagai contoh, di daerah dengan suhu rendah, rumah biasanya dibangun menggunakan bahan-bahan alami seperti kayu atau jerami untuk memberikan rasa hangat di dalam ruangan.

  • Identitas budaya dan nilai tradisional juga tercermin kuat dalam struktur bangunannya. Setiap elemen arsitektur mencerminkan adat istiadat serta warisan budaya dari masyarakat di mana bangunan itu didirikan.
  • Keunggulan lain dari pendekatan ini adalah efisiensi biaya. Karena hanya memakai bahan lokal dan tidak memerlukan teknologi berat, maka pengeluaran untuk membangunnya menjadi jauh lebih rendah.

Itulah beberapa karakteristik dari gaya arsitektur ini yang dapat kamu pelajari lebih lanjut. Dengan memahami ciri-cirinya, kamu akan lebih mudah mengenali dan menghargai kekayaan arsitektur berbasis kearifan lokal tersebut.

Unsur pada Arsitektur Vernakular

Setelah mengenal beberapa karakteristik dari arsitektur vernakular, kini pembahasan berlanjut ke elemen-elemen yang menyusunnya. 

Namun sebelum masuk ke bagian tersebut, penting untuk diketahui bahwa konsep arsitektur vernakular selalu memiliki keterkaitan erat dengan budaya setempat, teknik pembangunan, serta kondisi lingkungan sekitar.

Komponen dalam arsitektur vernakular terbagi menjadi dua kategori utama. Keduanya saling melengkapi dan membentuk kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. 

Kedua kategori ini terdiri dari elemen bentuk yang bersifat fisik dan elemen makna yang bersifat non-fisik atau konseptual.

Agar pemahaman terhadap kedua komponen tersebut menjadi lebih menyeluruh, penjabaran berikut akan menjelaskan keduanya secara detail:

1. Elemen Bentuk dalam Dimensi Fisik

Bentuk dalam konteks arsitektur bertindak sebagai medium penyampaian pesan dari desainer bangunan. Dalam arsitektur vernakular, peran ini diemban oleh perancang lokal yang memahami karakteristik wilayahnya.

Elemen bentuk yang diterapkan dengan baik mampu memberikan kontribusi dari berbagai aspek seperti fungsionalitas, makna simbolik, letak geografis, hingga teknologi yang digunakan. 

Untuk memahami aspek bentuk ini, dapat dilihat dari tampilan visual bangunan, tekstur permukaan, serta proporsi dan skala dari struktur yang dibangun.

2. Elemen Makna dalam Dimensi Abstrak

Selanjutnya, terdapat unsur yang berkaitan dengan makna, yang bisa disampaikan secara verbal maupun melalui representasi simbolik seperti objek atau tanda. 

Dalam konteks ini, makna digunakan sebagai alat untuk menafsirkan dan memahami simbol-simbol atau bentuk tertentu.

Proses pengenalan terhadap elemen makna ini dapat dilakukan dengan menggunakan indra penglihatan melalui tampilan warna, pencahayaan, dan tekstur.

Berdasarkan kajian teoritis, makna dalam arsitektur terbagi menjadi dua jenis utama, yaitu makna objektif dan makna subjektif. Makna objektif merujuk pada penafsiran yang berasal dari pengaruh eksternal seperti benda, peristiwa, atau kondisi tertentu.

Sedangkan makna subjektif lebih mengacu pada interpretasi internal yang melibatkan persepsi dan emosi pribadi terhadap suatu bentuk atau simbol visual yang ditangkap oleh pengamatan individu.

Contoh Arsitektur Vernakular

Setelah memahami berbagai penjelasan mengenai konsep arsitektur vernakular, pembahasan tersebut akan terasa belum tuntas jika belum disertai dengan contoh nyata dari penerapannya. 

Di Indonesia sendiri, sesungguhnya telah banyak bangunan yang mencerminkan prinsip-prinsip arsitektur vernakular, khususnya dalam bentuk hunian tradisional yang tersebar di berbagai wilayah.

Bangunan-bangunan ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat tinggal, tetapi juga mencerminkan budaya dan identitas lokal yang kuat melalui ciri khas desainnya. 

Setiap rumah tradisional di berbagai daerah memuat unsur-unsur yang mencerminkan tradisi dan kondisi lingkungan setempat.

Namun, apakah kamu sudah mengetahui bentuk nyata dari bangunan yang memanfaatkan prinsip arsitektur vernakular? Jika belum, uraian berikut bisa membantu memberikan gambaran lebih jelas mengenai contohnya:

1. Rumah Tradisional Jawa

Salah satu contoh yang menunjukkan penerapan arsitektur vernakular adalah rumah adat dari Jawa. 

Bangunan ini umumnya dibangun menggunakan bahan utama berupa kayu. Sampai sekarang, rumah adat seperti Joglo masih dapat ditemukan dengan cukup mudah.

Rumah Joglo memiliki tampilan yang khas, dengan bentuk dasar persegi panjang dan atap yang berbentuk seperti trapesium. Karakteristik visual yang unik ini membuatnya mudah dikenali sebagai bagian dari budaya Jawa.

Melalui ciri-ciri tersebut, rumah Joglo menjadi representasi dari konsep arsitektur vernakular yang secara langsung menunjukkan keterkaitan antara desain bangunan dengan latar budaya dan wilayah asalnya.

2. Rumah Adat Minangkabau (Gadang)

Contoh berikutnya datang dari Sumatera Barat, yaitu rumah Gadang. Bangunan ini langsung dapat dikenali sebagai rumah khas masyarakat Minangkabau.

Salah satu ciri visual yang mencolok dari rumah Gadang adalah bentuk atapnya yang melengkung tajam ke atas menyerupai tanduk kerbau. 

Desain ini tidak hanya berfungsi estetis, tetapi juga menyimpan makna simbolis yang berkaitan dengan filosofi budaya Minangkabau.

Selain bentuknya yang unik, material atap rumah Gadang biasanya terbuat dari bahan alami seperti serat ijuk atau daun-daunan kering.

Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa rancangan bangunan dengan pendekatan arsitektur vernakular sangat dipengaruhi oleh kondisi geografis dan iklim daerah asalnya, hal ini juga berlaku pada rumah Gadang. Sumatera Barat dikenal sebagai wilayah yang rawan terhadap aktivitas seismik. 

Oleh karena itu, rumah Gadang umumnya dibangun dengan bahan yang fleksibel dan tahan terhadap goncangan, agar tetap kokoh ketika terjadi gempa bumi.

3. Rumah Honai

Selanjutnya, terdapat rumah adat dari Papua yang dikenal dengan nama Honai. 

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, konsep arsitektur vernakular dalam sebuah bangunan mengacu pada pemanfaatan material lokal yang tersedia di wilayah sekitarnya. 

Prinsip ini juga diterapkan dalam pembangunan rumah Honai di Papua, yang memanfaatkan berbagai bahan yang mudah ditemukan di daerah tersebut. 

Material utama yang digunakan dalam konstruksi rumah Honai meliputi jerami, kayu besi, rotan, serta aneka jenis rumput.

Hingga kini, rumah Honai tetap dijaga kelestariannya dan masih difungsikan sebagai tempat tinggal oleh masyarakat Papua. 

Saat seseorang berkunjung ke wilayah Papua, rumah Honai dapat dengan mudah dikenali sebagai bagian dari lanskap bangunan lokal yang khas.

4. Rumah Sasak

Pemanfaatan material alami yang tersedia secara lokal dalam kegiatan pembangunan bangunan seperti rumah juga berperan besar dalam mendukung konsep hunian yang ramah terhadap lingkungan. 

Hal ini dapat diamati dalam proses pembuatan rumah Sasak. Rumah tradisional ini berasal dari wilayah Lombok dan memiliki ciri arsitektur yang merupakan hasil perpaduan unsur budaya dari Jawa dan Bali. 

Bahan-bahan yang digunakan dalam pembangunan rumah Sasak umumnya bersifat alami, mudah ditemukan di lingkungan setempat, serta tidak mencemari lingkungan.

Bagian atapnya menggunakan jerami sebagai penutup, sementara permukaan lantai diperkeras menggunakan campuran kotoran kerbau. Sedangkan dinding rumah dibangun dengan bahan utama berupa bambu dan bandek.

Contoh-contoh bangunan seperti rumah Honai dan rumah Sasak mencerminkan penerapan arsitektur vernakular, di mana proses pembuatannya sangat bergantung pada ketersediaan bahan lokal. 

Selain itu, setiap desain rumah tradisional juga merefleksikan identitas budaya masyarakat daerah setempat.

Sebagai penutup, pengertian arsitektur vernakular menunjukkan bagaimana desain bangunan dapat mencerminkan budaya serta kondisi lokal yang ada di suatu wilayah.

Terkini