7 Cara Menyapih Anak yang Efektif dan Rekomendasi Metodenya

Bru
Senin, 28 Juli 2025 | 10:21:24 WIB
cara menyapih anak

Cara menyapih anak adalah langkah penting setelah memberikan ASI, sumber nutrisi alami terbaik untuk mendukung tumbuh kembang bayi.

Berbagai keuntungan bisa diperoleh selama masa menyusui, baik bagi sang ibu maupun buah hati. Hal ini juga didukung oleh banyak pakar kesehatan ibu dan anak.

Berdasarkan informasi dari American Academy of Pediatrics (AAP), pemberian ASI pada bayi mampu melindungi mereka dari berbagai penyakit, mengurangi risiko kanker payudara dan ovarium pada ibu, memperkuat ikatan emosional antara ibu dan anak, serta memberikan manfaat lain yang tak kalah penting.

Meski begitu, proses menyusui memang harus diakhiri pada waktunya dengan langkah yang disebut cara menyapih anak. 

Tahapan ini seringkali tidak mudah dan penuh tantangan emosional, tetapi juga membawa keuntungan bagi kesehatan dan perkembangan kedua pihak. 

Jika kamu sedang berencana untuk menyapih anak dan membutuhkan informasi lengkap dan berguna, bacalah artikel ini sampai selesai.

Apa Sebenarnya Itu Menyapih?

Menyapih anak merupakan tahapan di mana asupan nutrisi utama anak dialihkan dari ASI ke sumber makanan lain. Dengan kata lain, proses ini berarti menghentikan kebiasaan anak untuk menyusu pada ibunya. 

Lama atau cepatnya proses ini berlangsung dipengaruhi oleh banyak faktor. Penyapihan dianggap berhasil saat anak sudah tidak lagi mengandalkan ASI sebagai sumber nutrisi.

Manfaat Menyapih bagi Anak dan Ibu

Mengurangi Risiko Infeksi atau Pembengkakan pada Payudara Ibu

Pada masa awal menyusui, payudara ibu sering mengalami perubahan bentuk karena sedang menyesuaikan diri dengan produksi ASI yang mulai keluar. Kondisi ini bisa menimbulkan risiko infeksi atau peradangan yang dikenal sebagai mastitis. 

Mastitis biasanya ditandai dengan pembengkakan, rasa sakit, sensasi hangat pada payudara, dan dalam beberapa kasus disertai demam. Jika tidak segera ditangani, kondisi ini dapat memburuk. 

Oleh karena itu, proses penyapihan bisa membantu mengurangi kemungkinan infeksi mastitis yang parah dengan menurunkan produksi ASI secara bertahap.

Secara Perlahan Mengurangi Produksi ASI

Beberapa ibu menyusui mengalami produksi ASI yang sangat banyak. Meskipun hal ini bisa menguntungkan, kadang kala produksi susu yang berlebihan menjadi merepotkan, terutama saat anak tidak sedang menyusu dan ASI tetap mengalir. 

Proses penyapihan berfungsi untuk mengurangi jumlah produksi ASI secara perlahan. Ada beberapa cara yang dapat ditempuh, misalnya mengonsumsi teh dari daun peppermint dan sage yang dipercaya dapat menurunkan suplai susu.

Memberi Ibu Kesempatan untuk Beristirahat dan Me Time

Manfaat lain yang tidak bisa dipungkiri adalah ibu akan mendapatkan lebih banyak waktu untuk beristirahat dan melakukan aktivitas yang diinginkan ketika frekuensi menyusu anak mulai berkurang. 

Dengan begitu, ibu bisa menyempatkan diri untuk relaksasi, menyelesaikan pekerjaan rumah, atau menikmati waktu sendiri.

Mendorong Anak untuk Lebih Mandiri dan Berkembang

Selain ibu, anak juga memperoleh keuntungan dari proses penyapihan karena ini membantu mereka menjadi lebih mandiri. 

Anak belajar untuk tidak selalu bergantung pada ASI sebagai sumber utama nutrisi, yang merupakan langkah penting untuk perkembangan fisik dan mentalnya.

Memperkenalkan Anak pada Berbagai Rasa dan Tekstur Baru

Seiring berjalannya proses penyapihan, anak akan mulai mencoba makanan dan minuman baru yang memberikan pengalaman berbeda. 

Selain mengenal rasa, mereka juga mengenal tekstur baru yang bermanfaat untuk pertumbuhan gigi dan kemampuan makan secara keseluruhan.

Kapan Waktu yang Tepat untuk Menyapih?

Menurut informasi dari kidshealth.org, American Academy of Pediatrics (AAP) menyarankan agar bayi diberi ASI secara eksklusif hingga mencapai usia 6 bulan. 

Setelah itu, ibu dianjurkan untuk mulai memberikan makanan pendamping ASI (MPASI) yang bertekstur lebih padat hingga bayi berumur satu tahun. Hal ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi yang semakin meningkat seiring bertambahnya usia bayi.

Sementara itu, Wealth Health Nation (WHO) memberikan rekomendasi yang sedikit berbeda, yakni ibu sebaiknya memberikan ASI eksklusif selama dua tahun pertama kehidupan anak. Setelah usia dua tahun tercapai, anak dapat mulai disapih.

Namun, keputusan mengenai waktu yang tepat untuk menyapih sangat bergantung pada kondisi dan kebutuhan masing-masing ibu. 

Ada ibu yang memilih menyapih anak saat usianya sudah genap dua tahun, sementara ada pula yang harus melakukannya lebih awal, bahkan sebelum anak mencapai usia satu tahun.

Tanda-tanda Anak Bisa Mulai Disapih

Selain memahami kapan waktu yang tepat untuk melakukan penyapihan, penting juga untuk mengenali tanda-tanda yang menunjukkan bahwa anak sudah siap disapih. 

Jika kamu mampu mengamati ciri-ciri berikut dan merasa waktu sudah tepat, maka kamu bisa segera memulai proses penyapihan:

  • Anak mulai menunjukkan ketidaktertarikan untuk menyusu ASI.
  • Anak hanya menghisap ASI dalam waktu singkat, tidak seperti biasanya yang lebih lama.
  • Anak tidak lagi mengisap ASI, melainkan hanya bermain di sekitar payudara ibu.
  • Anak mudah teralihkan perhatiannya saat menyusu.

Jika tanda-tanda tersebut muncul, itu menandakan kesiapan anak untuk disapih.

Cara Menyapih Anak

Cara menyapih anak perlu dilakukan dengan memahami tanda-tanda kesiapan anak agar prosesnya berjalan lancar dan nyaman. Berikut ini panduannya:

Pilih Waktu yang Tepat untuk Memulai Penyapihan

Langkah pertama yang sangat penting adalah menentukan waktu yang sesuai untuk memulai proses penyapihan. Sesuai dengan informasi sebelumnya mengenai waktu yang dianjurkan, seorang ibu harus bijaksana dalam mengambil keputusan tersebut.

Sebagai orang tua yang memahami perkembangan dan kesehatan anak, idealnya proses penyapihan dilakukan saat anak berusia sekitar 2 tahun, sesuai rekomendasi para ahli kesehatan dan organisasi kesehatan dunia. 

Namun, jika ada kondisi tertentu yang mengharuskan penyapihan dilakukan lebih awal, pastikan anak mendapatkan nutrisi pengganti yang memadai.

Susun Jadwal Penyapihan Secara Teratur

Setelah menetapkan waktu yang tepat, buatlah jadwal penyapihan yang konsisten. Jika perlu, tetapkan target kapan proses penyapihan harus selesai agar kamu termotivasi untuk terus melanjutkan. 

Dengan adanya jadwal, proses penyapihan menjadi lebih terorganisir dan kamu dapat menghindari kebiasaan menunda-nunda.

Kurangi Jumlah Menyusu secara Bertahap

Mengurangi frekuensi menyusui secara perlahan merupakan cara efektif yang perlu dijalankan oleh ibu, karena anak akan lebih mudah beradaptasi. 

Misalnya, jika sebelumnya anak menyusu antara tiga sampai lima kali sehari, mulailah menguranginya sedikit demi sedikit hingga akhirnya anak berhenti menyusu.

Alihkan Fokus Anak

Untuk mengatasi anak yang terus-menerus meminta ASI, ibu dapat mencoba berbagai cara untuk mengalihkan perhatiannya. 

Beberapa metode yang bisa dilakukan antara lain memberikan tambahan makanan pendamping ASI atau camilan, mengajak anak bermain bersama, membacakan buku, atau mengajaknya berjalan-jalan di sekitar lingkungan rumah.

Perkenalkan Makanan Baru kepada Anak

Daripada terus memberikan makanan atau camilan yang sama, yang bisa membuat anak bosan dan kembali ingin menyusu, lebih baik ibu mulai memperkenalkan variasi makanan baru. 

Kamu bisa mengajak anak berdiskusi dan bersama-sama menciptakan kreasi makanan atau camilan yang berbeda. Dengan cara ini, anak tidak hanya semakin jarang menyusu, tetapi juga mendapatkan pengalaman belajar baru yang menyenangkan.

Pastikan Anak dalam Keadaan Sehat

Selama proses penyapihan berlangsung, sangat penting untuk memastikan kondisi kesehatan anak tetap baik agar ia merasa nyaman. 

Jika anak sedang sakit dan ibu tetap memaksa menyapih, kondisi fisik anak bisa memburuk dan proses penyapihan pun menjadi tidak ideal.

Jaga Konsistensi dan Kesabaran

Konsistensi dan kesabaran adalah faktor utama agar proses penyapihan berhasil. Memang, sering kali muncul berbagai tantangan dan drama selama menjalani tahap ini. 

Namun, jangan jadikan hal tersebut alasan untuk menunda penyapihan jika kamu sudah merasa siap. 

Lakukan proses ini dengan penuh ketekunan dan kesabaran, karena selain mempercepat berhentinya pemberian ASI, hal ini juga akan menguatkan mental kamu sebagai seorang ibu.

Hal-hal yang Harus Dihindari saat Menyapih Anak

Menggunakan Cabai, Brotowali, atau Bahan Lain yang Membuat Bayi Tidak Nyaman pada Puting

Di Indonesia, banyak ibu yang meyakini bahwa mengoleskan cabai, brotowali, atau bahan lain yang menimbulkan sensasi tidak nyaman pada puting payudara dapat membantu proses penyapihan karena membuat bayi enggan menyusu terus-menerus. 

Memang cara ini cukup efektif untuk mencegah bayi terus meminta ASI. Namun, perlu diketahui bahwa bahan-bahan tersebut bisa menyebabkan luka bakar dan rasa perih di mulut bayi saat ia mencoba menyusu. 

Lebih parah lagi, bayi bisa mengalami muntah atau diare karena menelan zat yang tidak cocok untuknya. Selain efek fisik, penggunaan cara ini juga berpotensi menimbulkan trauma emosional pada anak.

Jangan Memberikan ASI Ketika Anak Rewel

Agar proses penyapihan tidak mengalami kegagalan, ibu harus bersikap tegas dan tidak memberi ASI saat anak sedang rewel atau menangis. 

Meski terasa sulit dan membuat hati ibu sedikit sakit, jika terus-menerus memberikan ASI dalam kondisi tersebut justru akan membuat anak semakin manja dan bergantung pada ibu.

Hindari Menawarkan ASI, Tetapi Jangan Tolak Saat Anak Meminta

Sebaiknya ibu tidak mencoba untuk menawarkan ASI kepada anak, karena hal ini justru akan memperlambat proses penyapihan. Namun, di sisi lain, ibu juga tidak disarankan menolak langsung ketika anak meminta ASI. 

Walaupun cara ini tampak bertentangan dan memerlukan waktu lebih lama untuk mencapai hasil, pendekatan ini efektif karena tetap memperhatikan kebutuhan dan perasaan anak. Lakukanlah dengan cara yang lembut dan penuh pengertian.

Hindari Memberikan Benda yang Menimbulkan Ketergantungan pada Anak

Sering kali untuk menggantikan ASI, ibu memberikan dot atau empeng kepada anak. Namun, kedua benda tersebut berisiko membuat anak menjadi tergantung padanya. 

Oleh sebab itu, sebaiknya ibu menghindari penggunaan benda-benda tersebut agar tidak menimbulkan masalah di masa depan.

Batasi Pemberian Makanan Pendamping agar Tidak Berlebihan

Karena sistem pencernaan bayi masih dalam tahap perkembangan dan rentan terhadap gangguan, ibu disarankan untuk tidak memberikan makanan pendamping dalam jumlah yang berlebihan hanya untuk mengalihkan perhatian anak. 

Pemberian makanan yang berlebih dapat menyebabkan masalah seperti muntah, diare, bahkan risiko obesitas. Untuk itu, berikan makanan pendamping sesuai dengan kebutuhan anak saja.

Rekomendasi Metode Penyapihan yang Banyak Dilakukan

Selain menerapkan tips-tips di atas, penting juga untuk mengetahui bahwa dalam dunia penyapihan balita terdapat beberapa metode yang umum dipraktikkan oleh para ibu, antara lain:

Baby-Led Weaning

Metode Baby-Led Weaning (BLW) mulai dikenal luas di Inggris melalui penggagasnya, Gill Rapley dan Tracey Murket, dan telah digunakan di banyak negara. Cara ini menekankan penyapihan yang lebih alami dan sesuai dengan suasana keluarga. 

BLW melibatkan pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) atau susu formula sebagai pelengkap nutrisi bayi sehari-hari. 

Proses menyapih pada metode ini tidak berarti menghentikan pemberian ASI, melainkan lebih pada memperkenalkan berbagai jenis makanan baru. 

BLW menonjolkan pengenalan berbagai rasa, tekstur, warna, dan aroma kepada anak, yang diberi kebebasan memilih makanan serta cara menyantapnya sendiri. 

Contohnya, ibu bisa menyediakan beberapa jenis buah, sayuran, atau biskuit di piring, dan membiarkan anak menentukan pilihannya tanpa harus diberi makan menggunakan sendok seperti pada cara tradisional.

Mother-Led Weaning

Berbeda dengan BLW yang mengikuti kemauan anak, metode Mother-Led Weaning (MLW) menempatkan ibu sebagai pihak yang memimpin proses penyapihan. Dalam cara ini, ibu yang menentukan kapan waktu menyapih, bukan anak.

Untuk mencoba MLW, ibu harus siap secara mental karena dibutuhkan usaha ekstra dalam pelaksanaannya. Dukungan dari lingkungan sekitar, terutama dari ayah, sangat dianjurkan agar proses penyapihan berjalan sukses.

Weaning with Love

Sejalan dengan namanya, metode ini berarti menyapih dengan kasih sayang. Dalam pelaksanaannya, ibu tidak bekerja sendirian karena peran ayah sangat penting. 

Pendekatan yang lembut dan penuh cinta menjadi kunci utama dalam metode ini, yang populer di kalangan keluarga Indonesia. Pada dasarnya, metode ini merupakan landasan penting yang harus diterapkan dalam berbagai teknik penyapihan lainnya. 

Hal ini karena tanpa kasih sayang dan kelembutan, perkembangan psikologis dan fisik anak bisa terganggu.

Sebagai penutup, cara menyapih anak membutuhkan kesabaran dan pendekatan yang tepat agar prosesnya berjalan lancar dan anak tetap merasa nyaman serta dicintai.

Terkini