JAKARTA — PT PP Tbk (PTPP) terus memperkuat pondasi kinerja keuangan dan operasionalnya di tengah dinamika industri konstruksi nasional. Hingga paruh pertama 2025, perseroan mencatatkan pencapaian yang menggambarkan strategi konsolidasi untuk memperkuat keberlanjutan jangka panjang.
Pendapatan usaha PTPP mencapai Rp 6,7 triliun per Semester I 2025. Meski terjadi penurunan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 8,79 triliun, penopang utama pendapatan tetap berasal dari segmen jasa konstruksi, yakni sebesar Rp 5,52 triliun.
Di luar segmen utama tersebut, berbagai unit usaha lain ikut berkontribusi. Segmen engineering, procurement, and construction (EPC) menyumbang Rp 486,16 miliar, segmen properti dan realty sebesar Rp 326,74 miliar, serta segmen pendapatan keuangan atas konstruksi aset keuangan konsesi Rp 163,52 miliar.
Kinerja positif juga datang dari sektor lain seperti jasa pertambangan dengan kontribusi Rp 106,73 miliar, jalan tol sebesar Rp 33,87 miliar, energi Rp 28,85 miliar, persewaan peralatan Rp 27,17 miliar, dan pracetak sebesar Rp 8,99 miliar. Keragaman portofolio ini menunjukkan bahwa PTPP tetap menjaga kekuatan pada berbagai lini bisnis yang menjadi pilar usaha perseroan.
Dari sisi efisiensi, beban pokok pendapatan PTPP berhasil ditekan menjadi Rp 5,78 triliun hingga akhir Juni 2025, menurun dari Rp 7,75 triliun pada semester pertama. Hasil ini berdampak pada laba kotor perseroan yang tercatat Rp 922,13 miliar. Angka ini menurun 11,38% dibandingkan periode sebelumnya yang mencapai Rp 1,04 triliun.
Laba bersih yang berhasil dibukukan PTPP pada periode ini sebesar Rp 65,24 miliar. Jika dibandingkan dengan Rp 147 miliar pada semester I 2024, terdapat koreksi sebesar 55,61%. Adapun laba per saham dasar yang dikantongi perusahaan tercatat Rp 11 per saham, dari sebelumnya Rp 24.
Di sisi neraca, total aset PTPP per 30 Juni 2025 mencapai Rp 55,53 triliun, sedikit menurun dibandingkan akhir 2024 yang berada di level Rp 56,58 triliun. Komposisi liabilitas tercatat sebesar Rp 40,22 triliun, membaik dari posisi akhir Desember 2024 yang mencapai Rp 41,33 triliun.
Sementara itu, total ekuitas perusahaan berada di angka Rp 15,31 triliun hingga pertengahan 2025. Hal ini menunjukkan bahwa PTPP masih menjaga struktur modal yang cukup solid meskipun dalam masa konsolidasi.
PTPP juga menjaga posisi likuiditas dengan mencatatkan kas dan setara kas akhir tahun sebesar Rp 2,54 triliun. Jumlah ini mengalami koreksi dari posisi sebelumnya sebesar Rp 4,32 triliun, namun tetap memberikan ruang yang cukup untuk menopang kebutuhan modal kerja operasional.
Dalam perdagangan saham hari ini, harga saham PTPP berada di level 416 per saham. Pergerakan ini masih dalam rentang wajar dengan memperhatikan level support dan resistance yang dipantau oleh analis pasar modal.
Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana mencermati bahwa pergerakan saham PTPP saat ini berada di kisaran support Rp 408 dan resistance di Rp 440 per saham. Dengan posisi tersebut, Herditya menyarankan investor untuk bersikap wait and see, menantikan sinyal penguatan lanjutan seiring masuknya semester kedua 2025.
“PTPP berada dalam fase konsolidasi teknikal, masih menarik untuk dicermati. Investor bisa mempertimbangkan strategi jangka menengah setelah melihat pergerakan dalam beberapa hari ke depan,” ungkap Herditya.
Langkah wait and see ini juga sejalan dengan upaya manajemen perusahaan dalam menjaga keseimbangan antara pertumbuhan bisnis dan efisiensi. PTPP tetap optimistis menghadapi semester kedua tahun ini dengan rencana strategis yang fokus pada penyelesaian proyek prioritas dan penguatan efisiensi internal.
Salah satu proyek strategis yang tengah dijalankan adalah Bendungan Cibeet Paket II. Progres pembangunan bendungan ini telah mencapai 12,62% dan ditargetkan selesai pada tahun 2028. Keberadaan proyek ini diharapkan tidak hanya meningkatkan kontribusi pendapatan segmen konstruksi tetapi juga mendukung ketahanan air nasional.
Komitmen PTPP untuk terus menyelesaikan proyek-proyek strategis menjadi sinyal positif terhadap prospek usaha perusahaan ke depan. Manajemen tetap fokus mengelola portofolio proyek dengan prinsip kehati-hatian serta mengoptimalkan kapabilitas anak usaha dan lini pendukung lainnya.
Dengan pendekatan bisnis yang adaptif dan strategi restrukturisasi internal yang berkelanjutan, PTPP berupaya tetap relevan dan tangguh menghadapi tantangan sektor konstruksi serta menatap semester kedua 2025 dengan optimisme baru.