JAKARTA - PT PP Tbk (PTPP), salah satu perusahaan konstruksi dan investasi terkemuka di Indonesia, tengah memasuki fase konsolidasi strategis di semester I 2025. Meskipun menghadapi penyesuaian kinerja keuangan, perusahaan tetap menegaskan komitmennya untuk membangun bisnis berkelanjutan yang tangguh dan efisien dalam jangka panjang.
Dalam laporan keuangannya untuk periode enam bulan pertama tahun ini, PTPP membukukan pendapatan usaha sebesar Rp 6,7 triliun. Angka ini mengalami penurunan 23,7% dibandingkan dengan capaian periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp 8,79 triliun. Namun, penurunan ini dinilai sebagai bagian dari dinamika normal dalam industri konstruksi dan investasi yang sangat dipengaruhi oleh ritme pencairan proyek serta tantangan eksternal lainnya.
Dari sisi kontribusi pendapatan, segmen jasa konstruksi masih menjadi penyumbang terbesar dengan total Rp 5,52 triliun. Disusul oleh segmen Engineering, Procurement, and Construction (EPC) senilai Rp 486,16 miliar, kemudian properti dan realty Rp 326,74 miliar, serta pendapatan keuangan atas konstruksi aset keuangan konsesi sebesar Rp 163,52 miliar.
Selain itu, beberapa segmen bisnis lainnya juga tetap memberi kontribusi yang stabil. Misalnya, jasa pertambangan menghasilkan pendapatan Rp 106,73 miliar, disusul jalan tol Rp 33,87 miliar, energi Rp 28,85 miliar, persewaan peralatan Rp 27,17 miliar, dan pracetak senilai Rp 8,99 miliar.
Dari sisi efisiensi, PTPP berhasil menurunkan beban pokok pendapatan menjadi Rp 5,78 triliun pada semester I 2025, turun dari Rp 7,75 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Efisiensi ini turut mendukung perusahaan dalam menjaga margin operasional di tengah kondisi pasar yang menantang.
Dengan berbagai dinamika tersebut, laba kotor perusahaan tercatat sebesar Rp 922,13 miliar, atau mengalami koreksi sebesar 11,38% secara tahunan dari sebelumnya Rp 1,04 triliun. Sementara itu, laba bersih per 30 Juni 2025 tercatat sebesar Rp 65,24 miliar, turun dari Rp 147 miliar pada tahun sebelumnya. Laba per saham dasar juga tercatat sebesar Rp 11, dibandingkan Rp 24 pada periode yang sama tahun lalu.
Kendati demikian, manajemen PTPP tetap optimistis bahwa pergerakan keuangan ini merupakan bagian dari transisi menuju penguatan struktur modal dan efisiensi operasional yang lebih baik. Terlebih jumlah aset perusahaan tercatat sebesar Rp 55,53 triliun, yang menunjukkan kapasitas fundamental PTPP masih dalam kondisi kokoh meski terjadi penyesuaian dibandingkan dengan posisi yang sebesar Rp 56,58 triliun.
Sementara itu, liabilitas PTPP juga mengalami penurunan dari Rp 41,33 triliun menjadi Rp 40,22 triliun pada akhir Juni 2025. Adapun nilai ekuitas perusahaan mencapai Rp 15,31 triliun, menegaskan adanya keseimbangan yang terus dijaga antara aset dan kewajiban.
Kondisi kas dan setara kas juga menunjukkan penyesuaian seiring dengan strategi investasi yang selektif dan alokasi sumber daya yang lebih terukur. Pada akhir Juni 2025, posisi kas tercatat sebesar Rp 2,54 triliun, dibandingkan Rp 4,32 triliun pada semester pertama tahun lalu.
Di sisi pasar modal, saham PTPP terpantau berada di level Rp 416 per saham dalam perdagangan. Menanggapi pergerakan ini, Analis MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana, menilai bahwa saham PTPP saat ini berada pada level support di Rp 408 dan resistance di Rp 440 per saham. Ia menyarankan investor untuk mengambil sikap wait and see sambil memantau perkembangan selanjutnya.
“Pergerakan saham PTPP saat ini berada di area konsolidasi. Investor bisa menunggu konfirmasi arah lebih lanjut sebelum mengambil keputusan,” ujar Herditya.
Meski dalam tekanan pasar, PTPP tetap menunjukkan langkah nyata dalam pelaksanaan proyek strategis nasional. Salah satunya terlihat dari proyek Bendungan Cibeet Paket II, yang progresnya telah mencapai 12,62% dan ditargetkan rampung pada 2028. Proyek ini tidak hanya penting secara ekonomi, tetapi juga mendukung ketahanan air dan irigasi di wilayah terdampak.
Konsistensi PTPP dalam menjalankan proyek-proyek infrastruktur penting menunjukkan bahwa perusahaan tidak hanya fokus pada laporan keuangan jangka pendek, tetapi juga pada penciptaan nilai jangka panjang bagi masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya.
Manajemen PTPP juga terus memperkuat sistem pengendalian internal dan proses bisnis secara menyeluruh guna mengoptimalkan setiap lini usaha. Dengan adanya efisiensi beban pokok serta pengelolaan proyek yang lebih selektif, PTPP dinilai tengah mempersiapkan diri untuk kembali mencatatkan kinerja positif di semester berikutnya.
Dari perspektif industri, sektor konstruksi nasional memang masih menghadapi tantangan pasca-pandemi dan ketatnya belanja infrastruktur. Namun, perusahaan-perusahaan dengan rekam jejak yang kuat, seperti PTPP, memiliki peluang untuk tetap tumbuh di tengah transisi ekonomi dengan dukungan strategi bisnis yang adaptif dan selektif.
Secara keseluruhan, pergerakan kinerja PTPP di semester I 2025 menjadi refleksi atas dinamika sektor konstruksi nasional yang tengah melakukan penyesuaian. Namun, keberhasilan perusahaan dalam menjaga efisiensi dan ketahanan struktur keuangan menjadi modal penting untuk menyongsong semester kedua dengan lebih optimis.