Wisata Karampuang Tumbuh Lewat Edukasi dan Konservasi

Rabu, 23 Juli 2025 | 07:58:26 WIB
Wisata Karampuang Tumbuh Lewat Edukasi dan Konservasi

JAKARTA - Keterlibatan masyarakat dalam pelestarian alam kian menunjukkan hasil positif. Inisiatif dari tim dosen Universitas Muhammadiyah Mamuju (Unimaju) bersama Kelompok Sadar Wisata (POKDARWIS) membuktikan bahwa pengembangan sektor wisata tidak hanya soal destinasi, tapi juga tentang bagaimana menjaga dan merawat lingkungan sekitar.

Program bertajuk Pengembangan Coral Nursery Center Berbasis Masyarakat dalam Meningkatkan Potensi Wisata Selam di Pulau Karampuang menjadi langkah konkret yang diusung oleh Tim Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) dari Prodi Manajemen Sumber Daya Perairan (MSDP), Fakultas Perikanan dan Kelautan (FPK), Unimaju. Kegiatan ini terlaksana berkat dukungan Dana Hibah DPPMTH 2025 dari Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi Republik Indonesia.

Tim pelaksana terdiri atas Ketua Tim Arwin, S.Pi., M.Si., bersama dua anggota yaitu Israwahyudi, S.Pi., M.Si., dan Subianto Basri, S.Pd., M.Pd., serta melibatkan mahasiswa MSDP FPK Unimaju yakni Muh. Gufron, Irmanto, dan Riska Aulia D.

Menggandeng Pokdarwis Wisata Bahari Ujung Bulo di Desa Pulau Karampuang, kegiatan ini juga mendapat dukungan penuh dari Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Barat melalui perwakilan bidang Perikanan Tangkap dan Tata Ruang Kelautan, Qadarisma, S.Kel., M.Si., serta Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Mamuju, Ir. Ariady, ST, yang turut hadir sebagai narasumber dalam sesi diskusi.

Selain itu, partisipasi dari mahasiswa KKN UGM dan pemerintah desa setempat turut memperkuat sinergi dalam kegiatan ini. Dukungan tersebut menjadi sinyal bahwa pengembangan potensi wisata bahari memang memerlukan keterlibatan semua pihak, tidak hanya akademisi dan lembaga pemerintah, tetapi juga masyarakat lokal sebagai pelaku utama. “Melalui pengabdian masyarakat ini, kami mengajak POKDARWIS untuk terlibat langsung dalam konservasi ekosistem terumbu karang. Tujuannya agar tumbuh kesadaran dan tanggung jawab terhadap pelestarian lingkungan di Pulau Karampuang,” ungkap tim pelaksana dalam sosialisasinya.

Kegiatan PKM ini membahas berbagai aspek penting dalam pengembangan potensi wisata bahari. Diskusi menyentuh berbagai sektor mulai dari pemerintah daerah, lembaga swadaya masyarakat, akademisi, hingga komunitas lokal. Semua pihak menyuarakan pentingnya sinergi dan dukungan nyata, termasuk dalam hal regulasi, pendampingan, serta peningkatan kapasitas masyarakat.

Pemerintah daerah menegaskan perlunya dukungan fasilitas dan program yang berkelanjutan untuk pengembangan wisata bahari. Menurut mereka, keberhasilan pengelolaan wisata laut tidak bisa dilepaskan dari kerja sama antara Kelompok Sadar Wisata (POKDARWIS) dan Kelompok Masyarakat Pengawas (POKMASWAS) dalam menjaga kelestarian sumber daya perairan.

Di sisi lain, pemerintah desa Pulau Karampuang menyoroti pentingnya koordinasi dan kejelasan regulasi dalam pemanfaatan sumber daya perairan, khususnya di sektor perikanan tangkap dan pengawasan ruang laut. Hal ini dinilai sebagai bagian penting dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat nelayan di wilayah tersebut.

Dalam sesi pemaparan lainnya, Qadarisma dari Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Barat menjelaskan peran ekosistem terumbu karang dalam mendukung wisata bahari. Ia juga menyosialisasikan aturan pemerintah mengenai perizinan pemanfaatan ruang laut sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 2014 tentang RZWP3K.

Kegiatan ini tidak sekadar menyampaikan teori, tetapi juga mengajak langsung masyarakat untuk memahami peran ekosistem dalam konteks wisata dan ekonomi lokal. Salah satu pendekatan yang diperkenalkan adalah metode Coral Nursery Center, yang dijelaskan secara rinci oleh Ketua Tim, Arwin. “Konsep pengembangan wisata bahari selam melalui Coral Nursery Center kami hadirkan sebagai sarana edukasi, destinasi wisata selam yang menarik, sekaligus bentuk mitigasi terhadap kerusakan terumbu karang akibat berbagai faktor seperti perubahan iklim dan penangkapan ikan destruktif,” papar Arwin.

Ia menambahkan bahwa masyarakat lokal memegang peranan kunci dalam pengembangan wisata bahari Pulau Karampuang. Harapannya, masyarakat tidak hanya menjadi objek dari pembangunan pariwisata, tetapi juga menjadi pelaku utama, mulai dari proses pembangunan hingga pengawasan dan pemeliharaan ekosistem. “Kami berharap ada keterlibatan langsung masyarakat dalam pembuatan dan pengawasan Coral Nursery Center sebagai bagian dari pemberdayaan masyarakat itu sendiri,” imbuhnya.

Melalui pendekatan ini, Unimaju ingin membentuk model pengembangan wisata berbasis konservasi yang tidak hanya memberikan dampak ekonomi tetapi juga menjaga keberlanjutan lingkungan. Upaya ini pun disambut baik oleh seluruh elemen masyarakat yang hadir dalam kegiatan tersebut.

Dengan potensi bawah laut yang dimiliki Pulau Karampuang, strategi kolaboratif ini menjadi angin segar bagi pengembangan wisata bahari di Sulawesi Barat. Konservasi yang dilakukan secara partisipatif memberikan harapan besar untuk menjaga kelestarian alam sekaligus menciptakan destinasi yang berkelanjutan bagi generasi mendatang.

Langkah kolaboratif yang dilakukan POKDARWIS dan tim dosen Unimaju ini menjadi contoh nyata bahwa pengembangan wisata bisa sejalan dengan pelestarian lingkungan. Pulau Karampuang kini tidak hanya dikenal karena keindahan lautnya, tetapi juga semangat warganya dalam menjaga apa yang mereka miliki.

Terkini