Kendaraan Dorong Industri Asuransi Tangguh

Senin, 21 Juli 2025 | 12:06:04 WIB
Kendaraan Dorong Industri Asuransi Tangguh

JAKARTA - Meski sektor asuransi kendaraan menghadapi perlambatan di awal 2025, industri tetap menunjukkan ketangguhannya dalam beradaptasi dengan dinamika pasar otomotif nasional. Hal ini tercermin dari berbagai langkah yang ditempuh pelaku industri untuk tetap menjaga keberlanjutan layanan dan perlindungan kepada konsumen, meski tekanan belum sepenuhnya mereda.

Ketua Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI), Budi Herawan, mengungkapkan bahwa tren pertumbuhan premi asuransi kendaraan di kuartal I 2025 memang mengalami perlambatan. Namun, ia menjelaskan bahwa hal tersebut merupakan konsekuensi wajar dari penurunan penjualan kendaraan baru yang telah mulai terasa sejak akhir 2024 dan masih berlanjut hingga awal tahun ini.

“Meski demikian, kami masih menunggu data komprehensif semester I dari seluruh anggota untuk memastikan angka pertumbuhan aktual di industri,” kata Budi, menggambarkan sikap optimistis dan kehati-hatian dalam membaca tren pasar.

Sejumlah indikator dari industri otomotif memperlihatkan kontraksi yang signifikan. Merujuk data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan mobil pada 2025 tercatat sebanyak 57.760 unit, atau turun 22,6% secara tahunan (year-on-year). Kondisi ini berdampak langsung pada kontribusi premi baru di sektor asuransi kendaraan.

“Ini langsung berdampak ke premi baru dari kendaraan baru,” ujar Budi, menekankan hubungan erat antara penjualan otomotif dan sektor asuransi kendaraan bermotor.

Namun demikian, tekanan yang terjadi tidak memadamkan semangat para pelaku industri. AAUI dan para anggotanya justru menganggap ini sebagai momentum evaluasi dan inovasi. Salah satu tantangan yang kini dihadapi adalah menyesuaikan produk asuransi dengan perubahan perilaku konsumen, termasuk tren mempertahankan kendaraan lama dan peningkatan kehati-hatian dalam memperpanjang polis asuransi.

Menurut Budi, perubahan perilaku ini sangat berkaitan dengan kondisi ekonomi yang sedang menantang. Banyak masyarakat kini lebih selektif dalam mengelola pengeluaran, termasuk untuk perlindungan kendaraan. Keputusan untuk mempertahankan kendaraan yang sudah dimiliki alih-alih membeli baru berdampak pada dinamika penjualan dan, pada akhirnya, pendapatan premi dari lini kendaraan.

“Kondisi ini mengarahkan industri untuk lebih cermat dalam strategi pengelolaan klaim serta efisiensi operasional,” jelasnya.

Salah satu tantangan operasional yang mencuat di lapangan adalah meningkatnya biaya perbaikan kendaraan dan naiknya harga suku cadang. Kombinasi kedua faktor ini perlu diantisipasi secara serius karena dapat memengaruhi profitabilitas lini asuransi kendaraan.

Tingginya beban klaim menjadi perhatian utama, terutama dalam menjaga keseimbangan antara nilai premi yang diterima dan risiko yang ditanggung. Oleh sebab itu, diperlukan pengelolaan risiko yang lebih tepat dan pendekatan tarif yang disesuaikan dengan kompleksitas risiko yang ada.

Menariknya, di tengah dinamika tersebut, AAUI turut menyoroti peluang yang muncul dari berkembangnya pasar kendaraan listrik (EV), khususnya mobil listrik asal Tiongkok yang makin populer di Indonesia. Kendati penjualan EV menunjukkan tren positif, AAUI mencatat bahwa pertumbuhan premi dari lini ini belum sebanding dengan risiko yang ditanggung.

“Risiko yang ditanggung oleh perusahaan asuransi tidak sebanding dengan premi yang diperoleh. Oleh karena itu, saat ini kami menantikan revisi tarif premi untuk risiko mobil listrik ini,” ungkap Budi.

Pernyataan tersebut menggambarkan adanya kebutuhan akan penyesuaian regulasi yang lebih responsif terhadap perubahan lanskap kendaraan. Industri asuransi kendaraan perlu dukungan dari regulator untuk memastikan keberlanjutan layanan sekaligus perlindungan maksimal terhadap konsumen.

AAUI pun menyambut baik langkah Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang mulai mengkaji penyesuaian tarif premi untuk jenis kendaraan tertentu, termasuk properti dan kendaraan listrik. Langkah ini dianggap sebagai respons positif atas perubahan pasar yang cepat.

Meski saat ini industri masih dalam proses adaptasi, prospek jangka menengah dinilai cukup cerah. Inovasi digital, pengembangan produk berbasis teknologi, serta kolaborasi strategis dengan ekosistem otomotif menjadi faktor pendorong utama untuk mengoptimalkan layanan ke depan.

Para pelaku asuransi juga semakin fokus dalam memberikan edukasi kepada konsumen mengenai pentingnya asuransi kendaraan, tidak hanya sebagai perlindungan, tetapi juga sebagai strategi finansial dalam menghadapi risiko tak terduga.

Budi menekankan pentingnya kerja sama antara seluruh pemangku kepentingan, termasuk pelaku industri otomotif, pemerintah, dan konsumen. “Dengan sinergi yang kuat, industri asuransi kendaraan akan tetap mampu bertahan dan tumbuh meskipun dalam tekanan,” pungkasnya.

Di tengah perlambatan, semangat berinovasi dan optimisme tetap menjadi bahan bakar utama industri asuransi kendaraan. Dengan pendekatan yang adaptif, sinergis, dan berorientasi solusi, tantangan yang ada dapat menjadi peluang untuk memperkuat fondasi industri yang lebih berkelanjutan dan inklusif.

Terkini