Dokter Ingatkan Cek Jantung Sejak Dini

Senin, 21 Juli 2025 | 09:55:13 WIB
Dokter Ingatkan Cek Jantung Sejak Dini

JAKARTA - Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kesehatan jantung perlu terus didorong, terutama bagi kelompok usia muda. Belakangan, sejumlah dokter menemukan bahwa pasien serangan jantung tidak selalu berasal dari kelompok usia lanjut. Bahkan, mereka yang masih berusia produktif pun kini banyak yang mengalami gangguan jantung, seringkali tanpa menyadari bahwa mereka menyimpan faktor risiko yang cukup tinggi.

Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah, dr. Dicky A. Zulfikar, SpJP(K), menyampaikan keprihatinannya terhadap kondisi tersebut. Ia menyebut, pasien muda kerap tidak menyadari pentingnya mengenali dan mengelola faktor risiko yang bisa memicu terjadinya serangan jantung. Padahal, deteksi dini bisa menjadi penyelamat sebelum kondisi berkembang menjadi lebih serius. "Banyak pasien serangan jantung datang ke rumah sakit di usia muda. Dan mereka tidak sadar kalau punya faktor risiko sejak lama," ujar dr. Dicky.

Menurutnya, saat ini sudah banyak pasien yang baru pertama kali mengalami serangan jantung namun usianya belum menyentuh 40 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa penyakit jantung tidak lagi identik dengan usia tua. Perubahan gaya hidup, stres, serta pola makan yang tidak sehat menjadi beberapa pemicu utama yang mempercepat proses pembentukan plak pada pembuluh darah.

Selain itu, dr. Dicky juga menyoroti bahwa faktor risiko seperti kolesterol tinggi, tekanan darah tinggi, diabetes, kebiasaan merokok, dan riwayat keluarga sering kali terabaikan oleh kalangan muda. Padahal, semua faktor tersebut bisa diketahui lebih awal melalui pemeriksaan kesehatan rutin. “Kebanyakan dari mereka datang ke rumah sakit sudah dalam kondisi darurat, baru menyadari bahwa tubuhnya menyimpan risiko besar,” jelasnya.

Ia menekankan, mengenali faktor risiko dan melakukan pemeriksaan dini dapat membantu menurunkan risiko komplikasi, bahkan menyelamatkan nyawa. Pemeriksaan ini bisa dilakukan melalui skrining kesehatan jantung seperti pemeriksaan profil lipid, tekanan darah, EKG, hingga treadmill test jika diperlukan.

Dokter Dicky juga memberikan contoh kasus yang ia temui di rumah sakit. Seorang pasien berusia 35 tahun mengalami serangan jantung dan harus menjalani tindakan medis darurat. Setelah ditelusuri, pasien tersebut memiliki riwayat merokok, tekanan darah tinggi, dan gaya hidup yang minim aktivitas fisik. Namun, karena merasa masih muda dan sehat, ia tidak pernah menjalani pemeriksaan kesehatan rutin sebelumnya. "Ini yang sering kami lihat di lapangan. Pasien muda tidak merasa perlu memeriksa kesehatannya secara berkala karena merasa sehat. Padahal, faktor risiko sudah menumpuk selama bertahun-tahun," paparnya.

Ia mengimbau masyarakat, terutama kelompok usia muda, untuk tidak mengabaikan pentingnya gaya hidup sehat dan skrining kesehatan jantung. Menurutnya, pencegahan jauh lebih baik daripada pengobatan, terlebih penyakit jantung sering kali menyerang secara tiba-tiba dan bisa berakibat fatal jika tidak ditangani segera.

Pola hidup yang disarankan meliputi menjaga berat badan ideal, menghindari makanan tinggi lemak jenuh, memperbanyak konsumsi sayur dan buah, berhenti merokok, rutin berolahraga, serta mengelola stres. Semua hal ini terbukti dapat membantu menjaga kesehatan jantung dan menurunkan kemungkinan terjadinya serangan mendadak. “Kami tidak bosan mengingatkan bahwa gaya hidup sehat adalah investasi jangka panjang untuk jantung yang kuat,” ujar dr. Dicky.

Tren saat ini menunjukkan bahwa usia muda bukanlah jaminan terbebas dari penyakit jantung. Oleh karena itu, pendekatan preventif menjadi sangat penting. Institusi kesehatan dan para dokter kini lebih gencar menyosialisasikan pentingnya skrining jantung sebagai langkah awal perlindungan diri.

Bahkan, beberapa rumah sakit telah menyediakan paket pemeriksaan jantung dengan harga terjangkau untuk mendorong kesadaran masyarakat agar lebih proaktif menjaga kesehatannya. Edukasi juga terus dilakukan lewat media sosial dan kampanye kesehatan agar informasi ini bisa menjangkau lebih banyak kalangan, khususnya generasi muda.

Di sisi lain, keluarga juga diharapkan berperan dalam mendukung gaya hidup sehat di rumah. Mengajak anggota keluarga untuk memeriksa kesehatan secara berkala dan menjalankan pola makan sehat bersama dapat menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan jantung jangka panjang. "Jantung sehat dimulai dari rumah, dari kebiasaan sehari-hari yang terlihat sepele tapi berdampak besar dalam jangka panjang," jelas dr. Dicky.

Kesadaran akan pentingnya memeriksa faktor risiko penyakit jantung perlu terus dibangun. Dokter tidak hanya berperan dalam menangani pasien yang sakit, tapi juga memiliki tanggung jawab untuk mengedukasi masyarakat agar terhindar dari risiko yang sebenarnya bisa dicegah.

Serangan jantung bisa datang kapan saja, namun dengan pemahaman yang tepat dan gaya hidup sehat, siapa pun bisa menurunkan risiko secara signifikan. Generasi muda perlu mengambil peran aktif dalam menjaga kesehatannya, bukan hanya untuk diri sendiri, tapi juga untuk keluarga dan masa depan yang lebih baik.

Terkini