JAKARTA - Ketangguhan sistem pemantauan gempa kembali dibuktikan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) usai mendeteksi guncangan berkekuatan Magnitudo 5,3 di kawasan Pulau-Pulau Batu Timur, Kabupaten Nias Selatan, Sumatra Utara. Kejadian tersebut berlangsung pada Jumat dini hari, pukul 02.02 WIB, dan langsung dianalisis secara komprehensif oleh tim ahli BMKG.
Gempa yang dirasakan hingga beberapa wilayah di Sumatra Barat ini berasal dari laut, tepatnya pada jarak 107 km barat daya Pasaman Barat, dengan kedalaman 63 kilometer. Berdasarkan informasi yang disampaikan Direktur Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, jenis gempa ini dikategorikan sebagai gempa menengah yang dipicu oleh aktivitas dalam Lempeng Indo-Australia.
“Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi menengah. Gempa ini dipicu deformasi batuan dalam Lempeng Indo-Australia (intraplate),” jelas Daryono.
Lebih lanjut, hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa memiliki karakteristik pergerakan naik atau thrust fault. Karakteristik ini umum terjadi pada batas-batas lempeng aktif dan menjadi perhatian penting dalam evaluasi seismik regional.
Wilayah Terdampak dan Skala Intensitas
Meski tidak tergolong gempa besar, getarannya cukup terasa di beberapa wilayah Sumatra Barat. Pasaman Barat dan Pariaman menjadi daerah yang merasakan guncangan dengan skala intensitas II-III MMI. Artinya, getaran tersebut terasa jelas di dalam rumah dan mirip dengan sensasi saat truk besar melintas.
“Getaran dirasakan nyata dalam rumah. Terasa getaran seakan-akan truk berlalu,” ujar Daryono menggambarkan kondisi yang dirasakan masyarakat.
Sementara itu, di Padang Panjang, getaran terpantau lebih lemah, yakni pada skala I-II MMI. Ini ditandai dengan ayunan ringan pada benda-benda yang digantung dan hanya dirasakan oleh beberapa orang saja. Fenomena ini tergolong normal dan menjadi bagian dari respons alami bangunan terhadap gelombang seismik.
Tidak Ada Potensi Tsunami
Salah satu kabar yang menenangkan datang dari hasil pemodelan BMKG yang memastikan bahwa gempa ini tidak berpotensi menimbulkan tsunami. Hal ini disebabkan oleh kedalaman gempa dan karakteristik pergerakannya yang tidak cukup untuk mengganggu permukaan laut secara signifikan.
“Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempabumi ini tidak berpotensi Tsunami,” tegas Daryono.
Kepastian ini tentu memberikan rasa aman tersendiri bagi masyarakat pesisir yang umumnya lebih sensitif terhadap informasi gempa bumi di laut. Penegasan ini juga menunjukkan kesiapsiagaan sistem deteksi dini tsunami milik BMKG yang terus ditingkatkan.
Situasi Pasca Gempa dan Imbauan Kewaspadaan
Dalam waktu kurang dari setengah jam setelah gempa terjadi, BMKG langsung melakukan monitoring lanjutan guna memastikan apakah ada gempa susulan atau aftershock. Hasilnya, hingga pukul 02.25 WIB, belum terdeteksi adanya aktivitas gempa susulan.
Kondisi ini menunjukkan bahwa gempa yang terjadi bersifat tunggal dan tidak diikuti oleh rangkaian aktivitas seismik lanjutan dalam waktu dekat. Meski demikian, BMKG tetap mendorong masyarakat untuk tetap waspada dan mengikuti informasi resmi.
“Masyarakat diimbau agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya,” imbuh Daryono.
Ia juga mengingatkan pentingnya memeriksa kondisi bangunan setelah terjadi gempa. Warga diminta menghindari bangunan yang menunjukkan keretakan atau tanda-tanda kerusakan lain sebelum memastikan stabilitas strukturnya.
“Periksa dan pastikan bangunan tempat tinggal cukup tahan gempa, ada atau tidaknya kerusakan akibat getaran gempa yang membahayakan kestabilan bangunan, sebelum kembali ke dalam rumah,” tambahnya.
Pentingnya Pemahaman Seismik Masyarakat
Peristiwa ini kembali menggarisbawahi pentingnya pemahaman masyarakat terhadap dinamika kebencanaan geologi di Indonesia. Wilayah kepulauan seperti Sumatra yang berada di pertemuan lempeng aktif memang memiliki potensi seismik yang tinggi. Namun, melalui edukasi berkelanjutan dan sistem peringatan dini yang canggih, risiko bencana bisa diminimalkan.
BMKG terus berkomitmen dalam memberikan informasi gempa secara cepat, akurat, dan mudah dipahami masyarakat. Lewat berbagai kanal komunikasi dan pemanfaatan teknologi digital, BMKG aktif menyampaikan info terkini yang bisa menjadi panduan bagi warga untuk mengambil keputusan dengan tenang dan tepat.
Sinergi Kesiapsiagaan
Kunci utama dalam menghadapi bencana alam seperti gempa bumi bukan hanya pada kecepatan deteksi, tapi juga kesiapan masyarakat dan sinergi antar-lembaga. Pemerintah daerah, BPBD, hingga komunitas lokal memiliki peran strategis dalam mendistribusikan informasi dan memastikan keselamatan warga.
Dengan kejadian ini, publik diingatkan kembali bahwa kesiapsiagaan adalah investasi penting. Membiasakan diri untuk memahami informasi dari BMKG, mengetahui prosedur evakuasi, serta mengenali tanda-tanda kerusakan struktural pada bangunan adalah langkah awal membangun ketahanan bencana berbasis komunitas.
Gempa bumi yang mengguncang kawasan Nias Selatan dan terasa hingga Sumatra Barat menjadi bukti bahwa sistem pemantauan dan komunikasi BMKG terus berjalan optimal. Dengan hasil analisis yang cepat dan imbauan yang jelas, masyarakat dapat tetap merasa aman dan waspada tanpa perlu panik.
Ke depan, peran serta masyarakat dalam memahami risiko serta merespons informasi secara bijak akan semakin penting. Dengan dukungan teknologi dan edukasi, Indonesia siap menghadapi tantangan geologis dengan semangat kolaborasi dan kesiapsiagaan bersama.