BCA Fokus KPR Meski Suku Bunga Turun

Jumat, 18 Juli 2025 | 08:02:31 WIB
BCA Fokus KPR Meski Suku Bunga Turun

JAKARTA - Dewan Gubernur Juli 2025 menjadi perhatian besar perbankan nasional. Keputusan ini menjadi sinyal kuat bagi sektor pembiayaan, khususnya Kredit Pemilikan Rumah (KPR), yang selama ini menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi domestik.

PT Bank Central Asia Tbk (BCA) menjadi salah satu bank besar yang memberikan tanggapan positif atas kebijakan tersebut. Namun, bank ini memilih untuk tetap selektif dan memperhatikan berbagai faktor dalam merespons penurunan BI Rate tersebut.

Respons BCA: Selektif dan Berbasis Data

Executive Vice President Consumer Loan BCA, Welly Yandoko, menyampaikan bahwa langkah Bank Indonesia memberikan ruang untuk mempertimbangkan penyesuaian bunga kredit, khususnya KPR. Namun ia menegaskan, keputusan penurunan suku bunga kredit tidak bisa dilakukan secara otomatis karena menyangkut berbagai aspek yang kompleks.

"Selain kondisi industri dan persaingan bisnis KPR, kami juga melihat faktor internal seperti likuiditas, rasio dana murah (CASA), serta tingkat kredit bermasalah (NPL)," ujarnya.

Saat ini, bunga floating KPR BCA berada di kisaran 11%, sedangkan untuk suku bunga fixed selama tiga tahun ditawarkan mulai dari 4,05%. Strategi ini dinilai tetap kompetitif sekaligus mencerminkan sikap hati-hati dalam menjaga kualitas kredit.

Welly juga menyebutkan bahwa hingga kuartal I-2025, total penyaluran KPR BCA mencapai Rp135,5 triliun, tumbuh 10,5% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. “Pertumbuhannya tetap positif, meski tidak setinggi tahun lalu,” kata dia.

Menghadapi ketidakpastian global dan gejolak geopolitik, BCA memilih untuk tetap aktif mendukung sektor properti secara berkelanjutan. Berbagai langkah seperti partisipasi di pameran properti dan peluncuran program bunga spesial dilakukan untuk menjaga antusiasme pasar.

Mandiri Dorong Inovasi Digital dan Segmen Menengah

Sementara itu, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk juga mencatat kinerja positif di segmen pembiayaan perumahan. Perbankan pelat merah ini memanfaatkan momentum tren suku bunga rendah untuk memperluas jangkauan KPR lewat ekosistem digital dan kerja sama dengan pengembang properti.

Corporate Secretary Bank Mandiri, M. Ashidiq Iswara, menyebut pertumbuhan KPR banknya hingga Mei 2025 sudah mencapai dua digit, didorong oleh kemudahan akses digital dan kemitraan yang kuat.

“Kami optimistis dapat mencapai target KPR, seiring pengembangan ekosistem digital dan penawaran suku bunga yang kompetitif,” ujar Ashidiq.

Bank Mandiri juga memberikan kemudahan dalam bentuk uang muka rendah, bahkan hingga 0% untuk produk-produk tertentu yang bekerja sama dengan developer rekanan. Skema pembiayaan subsidi dari pemerintah seperti FLPP pun menjadi bagian dari strategi mereka untuk memperluas penetrasi di kalangan masyarakat.

Menurut Ashidiq, sebagian besar portofolio KPR Bank Mandiri masih berasal dari segmen menengah dengan penghasilan tetap. “Kontribusi terbesar berasal dari rumah dengan ticket size Rp 500 juta hingga Rp 1,5 miliar, meski permintaan rumah di atas Rp 1 miliar juga meningkat,” tambahnya.

Ok Bank Waspadai Transmisi Kebijakan

Respons positif juga datang dari PT Bank Oke Indonesia Tbk (Ok Bank). Direktur Kepatuhan Ok Bank, Efdinal Alamsyah, menyatakan bahwa pihaknya melihat peluang untuk menyesuaikan suku bunga KPR nonsubsidi.

Meski demikian, ia mengingatkan bahwa transmisi kebijakan moneter ke tingkat bunga kredit tidak serta-merta terjadi secara langsung. Ada sejumlah faktor teknis yang harus diperhitungkan terlebih dahulu.

"Jika penurunan BI Rate diikuti penurunan CoF (Cost of Fund), suku bunga KPR nonsubsidi berpeluang turun dalam 2–3 bulan ke depan," kata Efdinal.

Proyeksi Pengamat: Butuh Waktu Hingga 6 Bulan

Dari sisi akademis, pengamat perbankan Universitas Bina Nusantara, Doddy Ariefianto, memperkirakan bahwa dampak penurunan suku bunga acuan terhadap bunga KPR baru akan terasa dalam jangka waktu 4 hingga 6 bulan.

"Passthrough BI Rate ke suku bunga simpanan biasanya 75–100%, sedangkan ke pinjaman sekitar 40–80%. Kalau BI Rate turun 50 bps, bunga simpanan bisa turun 40 bps dan bunga pinjaman 30 bps," jelas Doddy.

Ia juga menambahkan bahwa penurunan suku bunga bisa berdampak positif terhadap rasio kredit bermasalah (NPL), terutama di segmen nonsubsidi. Hal ini tentu memberi ruang yang lebih sehat bagi bank dalam menyalurkan kredit.

Lebih jauh, Doddy menyoroti program pembangunan 3 juta rumah yang dicanangkan pemerintah pada 2025 sebagai peluang pertumbuhan tambahan bagi sektor properti dan pembiayaan KPR.

“Program 3 juta rumah itu bisa jadi insentif tambahan. Pertumbuhan KPR bisa lebih tinggi dari pertumbuhan kredit total yang ditargetkan 9–10%,” pungkasnya.

Optimisme Sektor KPR di Tengah Tren Suku Bunga Turun

Secara umum, pelaku industri perbankan melihat kebijakan penurunan BI Rate sebagai peluang untuk memperkuat sektor pembiayaan rumah, namun tetap dibarengi dengan langkah terukur. Bank seperti BCA, Bank Mandiri, dan Ok Bank menunjukkan strategi adaptif yang mempertimbangkan kondisi pasar, risiko, dan inovasi layanan.

Dengan tren ini, sektor KPR diperkirakan akan terus tumbuh, seiring membaiknya daya beli masyarakat, meningkatnya permintaan hunian, dan dukungan kebijakan fiskal serta moneter yang berpihak pada pertumbuhan sektor properti.

Terkini