JAKARTA - Bank Indonesia (BI) kembali menunjukkan komitmennya dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional dengan menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 5,25 persen. Keputusan ini diambil setelah rapat Dewan Gubernur yang berlangsung dua hari pada pertengahan Juli dan mencerminkan sejumlah kondisi ekonomi yang positif, terutama tekanan inflasi yang semakin terkendali dan stabilitas nilai tukar rupiah.
Gubernur BI, Perry Warjiyo, menjelaskan bahwa penurunan suku bunga tersebut didasari oleh proyeksi inflasi tahun ini dan tahun berikutnya yang tetap sesuai sasaran yakni 2,5 persen plus minus 1 persen. Di samping itu, stabilnya nilai tukar rupiah yang sesuai dengan fundamental ekonomi menjadi salah satu alasan penting dalam pengambilan keputusan ini.
Selain penyesuaian suku bunga acuan, Bank Indonesia juga menurunkan suku bunga fasilitas simpanan menjadi 4,5 persen dan fasilitas pinjaman menjadi 6 persen. Langkah ini bertujuan memperkuat iklim pembiayaan dan mempercepat akses kredit dari sektor perbankan kepada pelaku usaha dan masyarakat, sehingga mendukung penguatan ekonomi di berbagai sektor.
BI juga menegaskan bahwa penurunan suku bunga bukanlah langkah yang bersifat satu arah, melainkan akan terus dilakukan evaluasi secara dinamis berdasarkan kondisi ekonomi global maupun domestik. Bank sentral berkomitmen untuk menjaga kestabilan nilai tukar rupiah serta memastikan inflasi tetap berada pada target demi mendukung momentum pertumbuhan ekonomi nasional.
Dalam upaya menjaga stabilitas keuangan dan mendukung aktivitas ekonomi, Bank Indonesia mengimplementasikan kebijakan makroprudensial yang bersifat akomodatif. Hal ini meliputi stimulus pemberian kredit, pengurangan biaya pinjaman, dan peningkatan likuiditas sistem perbankan. Langkah-langkah ini sekaligus mendukung percepatan pemanfaatan pembayaran digital dan penguatan infrastruktur sistem pembayaran nasional.
Guna menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, BI mengintensifkan intervensi di pasar valuta asing yang meliputi operasi pasar spot dan transaksi forward baik domestik maupun non-domestik. Selain itu, BI juga aktif melakukan pembelian surat berharga negara di pasar sekunder untuk menjaga kelancaran pasar keuangan dan menstimulasi kepercayaan investor.
Berbagai operasi moneter pro-pasar juga dijalankan untuk memperbaiki transmisi penurunan suku bunga ke dalam perekonomian serta menjaga kedalaman pasar uang dan valuta asing. Kebijakan ini sekaligus menarik arus modal portofolio asing ke dalam aset moneter domestik melalui penyesuaian struktur instrumen moneter dan swap mata uang.
Dalam memperkuat transparansi dan akuntabilitas di sektor perbankan, BI secara rutin mempublikasikan hasil penilaian struktur suku bunga kredit dan mendorong perluasan penerimaan pembayaran digital. Kerja sama internasional dengan bank sentral negara lain semakin ditingkatkan guna pertukaran informasi dan penguatan sistem keuangan global terintegrasi.
Dari sisi makroekonomi, langkah-langkah ini sesuai dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional yang diperkirakan berada pada rentang 4,6 hingga 5,4 persen, didukung oleh perbaikan kinerja ekspor seiring terjalinnya perjanjian dagang yang mendukung, penguatan permintaan domestik, serta kebijakan sinergis antara pemerintah dan Bank Indonesia.
Keputusan BI menurunkan suku bunga disambut positif oleh para pelaku pasar dan ekonom sebagai sinyal keseriusan bank sentral dalam menjaga iklim ekonomi yang kondusif, mengendalikan inflasi, serta menjaga stabilitas nilai tukar. BI bertekad melanjutkan pemantauan secara mendalam dan terbuka terhadap dinamika ekonomi baik domestik maupun global guna langkah kebijakan yang tepat sasaran.
Dengan segala upaya tersebut, Bank Indonesia berperan aktif menciptakan suasana ekonomi yang stabil dan kondusif, serta menjadi pendorong utama bagi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan bagi Indonesia. Langkah kebijakan ini diharapkan terus memperkuat kepercayaan pelaku usaha dan masyarakat terhadap prospek ekonomi ke depan.