Kuliner Tradisional Meriahkan Perayaan di Minsel

Minggu, 13 Juli 2025 | 14:12:25 WIB
Kuliner Tradisional Meriahkan Perayaan di Minsel

JAKARTA - Masyarakat Sulawesi Utara, khususnya di wilayah Minahasa Selatan, memiliki cara tersendiri dalam merayakan rasa syukur atas berkat yang mereka terima sepanjang tahun. Salah satunya adalah lewat sajian kuliner khas yang tak hanya menggugah selera, tetapi juga sarat akan makna budaya dan kekeluargaan.

Momen tersebut dikenal luas dengan sebutan Pengucapan Syukur, sebuah tradisi tahunan yang telah mengakar kuat di hati masyarakat Minahasa Raya. Dalam tradisi ini, makanan bukan sekadar pelengkap, melainkan bagian utama dari simbol syukur dan persaudaraan. Menyambut Pengucapan Syukur yang jatuh pada Minggu, 13 Juli 2025, aneka hidangan khas daerah kembali dipersiapkan di setiap rumah warga.

Kemeriahan Pengucapan Syukur memang selalu menjadi momen yang ditunggu-tunggu. Tidak hanya oleh warga lokal, tetapi juga oleh para pendatang, wisatawan, hingga para perantau yang sengaja pulang kampung untuk ikut serta merayakan. Di hari ini, rumah-rumah terbuka untuk tamu siapa saja, dan sajian makanan khas menjadi simbol sambutan hangat.

Salah satu yang membuat tradisi ini begitu menarik adalah keragaman kuliner yang ditampilkan. Setiap rumah memiliki menu andalannya masing-masing, namun semuanya tetap berakar pada resep tradisional khas Minahasa Selatan. Mulai dari makanan utama, lauk, hingga kue-kue tradisional, semuanya disiapkan dengan penuh semangat.

Warga setempat percaya bahwa Pengucapan Syukur adalah saat untuk berbagi. Karenanya, makanan yang disajikan pun bukan hanya untuk keluarga, tetapi juga untuk siapa saja yang datang berkunjung. Tak jarang, tamu bisa berkeliling dari satu rumah ke rumah lainnya hanya untuk mencicipi beragam hidangan yang ditawarkan.

Kuliner yang biasanya muncul di meja makan saat Pengucapan Syukur antara lain adalah tinoransak, rica-rica, ayam woku, serta berbagai olahan babi dan ikan yang kaya rempah. Bumbu khas Minahasa yang pedas dan wangi membuat hidangan-hidangan ini selalu menjadi favorit.

Selain makanan berat, kue-kue tradisional juga menjadi bagian yang tak terpisahkan. Salah satunya adalah lalampa, kue berbahan dasar ketan yang dibakar dalam daun pisang dan diisi ikan cakalang. Ada juga kue bagea, dodol, dan aneka kue kering lainnya yang mempermanis suasana.

Menariknya, di balik semaraknya sajian kuliner, terdapat filosofi mendalam tentang syukur dan kebersamaan. “Pengucapan Syukur ini bukan sekadar makan bersama, tapi lebih dari itu. Ini tentang bagaimana kita bersyukur dan berbagi,” ujar salah satu tokoh masyarakat di Minahasa Selatan.

Ia menambahkan bahwa setiap keluarga sudah mulai mempersiapkan kebutuhan dapur sejak jauh hari. Beberapa bahkan saling membantu satu sama lain dalam menyiapkan masakan, membuktikan kuatnya rasa gotong royong di tengah masyarakat.

Tak hanya soal makanan, suasana Pengucapan Syukur juga semakin lengkap dengan hiasan-hiasan rumah yang dibuat meriah. Beberapa warga menghias rumah mereka dengan janur, bunga-bunga segar, dan perlengkapan tradisional lainnya untuk menciptakan atmosfer yang hangat dan ramah.

Di sepanjang jalan, aktivitas jual beli juga tampak lebih ramai dari biasanya. Pasar-pasar lokal penuh dengan warga yang membeli bahan makanan segar untuk masakan spesial mereka. Penjual bumbu dapur, ikan, dan sayuran kebanjiran pembeli, menandakan bahwa kuliner menjadi bagian penting dalam perputaran ekonomi lokal menjelang perayaan.

Tradisi kuliner dalam Pengucapan Syukur juga menjadi daya tarik tersendiri bagi sektor pariwisata daerah. Banyak wisatawan yang tertarik datang untuk merasakan langsung atmosfer dan kelezatan sajian khas Minahasa. Hal ini tentu memberikan dampak positif terhadap promosi kuliner daerah dan potensi UMKM lokal.

Pemerintah setempat pun menyambut baik antusiasme masyarakat dan mendukung pelestarian budaya tersebut. Beberapa kampung bahkan mengadakan lomba masak antar keluarga atau antar RT untuk meningkatkan kekompakan dan menjaga tradisi kuliner tetap hidup di generasi muda.

“Tradisi ini adalah warisan budaya yang patut dijaga. Kita ingin anak-anak muda juga mengenal dan mencintai masakan daerah mereka,” ujar seorang ibu rumah tangga yang sedang menyiapkan ayam woku bersama anak perempuannya.

Keterlibatan anak-anak muda dalam tradisi ini menunjukkan bahwa kuliner bukan hanya milik orang tua, melainkan telah menjadi bagian dari identitas bersama yang terus diwariskan.

Pengucapan Syukur memang lebih dari sekadar acara makan-makan. Ia mencerminkan kekayaan budaya, keharmonisan sosial, dan kekuatan kuliner lokal yang mampu mempererat ikatan di tengah masyarakat. Di setiap hidangan yang tersaji, tersimpan kisah perjuangan, cinta, dan rasa syukur yang tulus.

Dengan semangat kebersamaan dan semarak kuliner yang mewarnai setiap sudut rumah, Minahasa Selatan kembali menunjukkan bahwa makanan bisa menjadi sarana penting untuk menyatukan hati, mengungkap rasa syukur, dan menyambut masa depan dengan penuh harapan.

Terkini