Inspiratif Ruang Belajar Seru di Perpustakaan Sekolah Buleleng

Minggu, 13 Juli 2025 | 14:17:11 WIB
Inspiratif Ruang Belajar Seru di Perpustakaan Sekolah Buleleng

JAKARTA - Di balik semangat menyambut HUT ke-80 Republik Indonesia, Dinas Arsip dan Perpustakaan Daerah (DAPD) Kabupaten Buleleng menghadirkan inisiatif yang sarat makna. Sebuah lomba perpustakaan tingkat SD dan SMP se-Buleleng bukan sekadar ajang kompetisi, namun menjadi ruang inspiratif untuk memperkuat ekosistem pendidikan berbasis literasi di kalangan pelajar.

Langkah ini menjadi bukti nyata bahwa perpustakaan sekolah bukan lagi sekadar ruang sunyi penuh rak dan buku. Kini, perpustakaan ditata untuk menjadi tempat menyenangkan bagi siswa, di mana belajar, berdiskusi, dan mengeksplorasi ide dapat dilakukan dengan penuh semangat. Lomba ini bukan sekadar tentang siapa yang terbaik, tetapi tentang bagaimana membangun lingkungan belajar yang inspiratif dan berdampak.

Kepala Dinas Arsip dan Perpustakaan Daerah Buleleng, Made Era Oktarini, menegaskan bahwa perlombaan ini menjadi salah satu upaya penting dalam mendorong pengelolaan perpustakaan yang profesional dan bermanfaat. Menurutnya, mutu pendidikan di Buleleng dapat meningkat seiring dengan tumbuhnya perpustakaan yang baik di setiap sekolah. "Lomba perpustakaan ini sebagai upaya mendorong pengelolaan perpustakaan sekolah yang profesional dan berdaya guna. Sehingga meningkatkan mutu pendidikan di Buleleng," ujar Era Oktarini.

Melalui kompetisi ini, DAPD Buleleng ingin membangkitkan kesadaran akan pentingnya literasi di lingkungan pendidikan. Lomba ini sekaligus menjadi sarana untuk menumbuhkan semangat dan komitmen sekolah dalam mengelola perpustakaan dengan standar yang lebih tinggi.

Tak hanya berhenti di tataran teknis, kegiatan ini juga berorientasi pada pembangunan karakter siswa. Dengan mengakses ruang literasi yang nyaman dan terkelola dengan baik, para pelajar akan terdorong untuk membaca lebih banyak, berpikir lebih kritis, dan menjadi pribadi yang kreatif. “Lomba perpustakaan tidak hanya ajang kompetisi semata, tetapi menjadi momentum penting untuk menumbuhkan budaya literasi di lingkungan pendidikan,” ungkap Era Oktarini.

Data Pemerintah Kabupaten Buleleng mencatat bahwa wilayah ini memiliki total 632 perpustakaan sekolah. Sebarannya meliputi sembilan kecamatan, dengan Kecamatan Buleleng mencatat jumlah terbanyak yakni 110 perpustakaan. Menyusul kemudian Sukasada (80), Banjar (79), Gerokgak (66), Seririt (66), Kubutambahan (63), Sawan (60), Busungbiu (56), dan Tejakula (54).

Jumlah tersebut mencerminkan komitmen daerah dalam menyediakan fasilitas literasi yang menjangkau seluruh wilayah. Namun, yang lebih penting dari jumlah adalah bagaimana perpustakaan itu dikelola dan dimanfaatkan.

Peningkatan kualitas perpustakaan pun tidak terlepas dari proses akreditasi. Hingga saat ini, sudah terdapat 371 perpustakaan sekolah tingkat SD dan SMP di Buleleng yang berhasil mendapatkan akreditasi A, B, dan C. Rinciannya adalah 317 perpustakaan di tingkat SD dan 54 di tingkat SMP.

Pencapaian akreditasi ini merupakan salah satu tolok ukur bahwa perpustakaan di Buleleng tengah bergerak ke arah profesionalisme. Akreditasi tersebut tidak hanya menjamin kualitas layanan, namun juga menunjukkan kesiapan perpustakaan dalam memenuhi standar nasional.

Di sisi lain, akreditasi juga menjadi pemacu bagi sekolah-sekolah lain untuk turut berbenah. Peningkatan mutu layanan, penambahan koleksi, penguatan sumber daya manusia, hingga perbaikan sarana dan prasarana menjadi agenda penting dalam pembenahan perpustakaan. “Sehingga perpustakaan sekolah menjadi pusat pembelajaran yang menyenangkan, inklusif, dan mendorong tumbuhnya generasi kritis dan kreatif,” tambah Era Oktarini.

Semangat membangun perpustakaan sebagai pusat pembelajaran yang inklusif dan menyenangkan sejalan dengan visi pendidikan masa kini. Di tengah gempuran teknologi dan informasi digital, keberadaan perpustakaan konvensional tetap relevan tentu dengan inovasi dalam pengelolaan serta adaptasi terhadap kebutuhan siswa.

Perpustakaan yang semula hanya menjadi tempat membaca, kini dapat menjadi ruang kolaboratif. Siswa bisa berdiskusi, mengikuti kegiatan literasi, pelatihan keterampilan, hingga berpartisipasi dalam klub membaca. Semua itu bisa terjadi ketika perpustakaan ditata dengan penuh perhatian dan semangat perubahan.

Inisiatif dari DAPD Buleleng ini juga membuka ruang bagi kolaborasi antara guru, pustakawan, siswa, dan masyarakat. Literasi tidak dapat tumbuh dengan baik jika hanya dibebankan kepada satu pihak. Kolaborasi lintas elemen menjadi kunci agar perpustakaan terus hidup dan berdenyut dalam dinamika pendidikan.

Salah satu indikator dari perpustakaan yang berhasil adalah ketika siswa merasa senang berada di dalamnya. Saat anak-anak menjadikan perpustakaan sebagai tempat favorit untuk menghabiskan waktu istirahat atau belajar mandiri, maka perpustakaan tersebut telah berhasil menciptakan ruang inspiratif.

Dengan demikian, lomba perpustakaan sekolah yang diinisiasi di Buleleng bukan hanya mencetak juara, tetapi juga merajut harapan akan masa depan literasi yang lebih baik. Ketika perpustakaan tumbuh sebagai tempat menyenangkan untuk belajar, maka kualitas pendidikan akan ikut terangkat, dan pada akhirnya turut membentuk generasi yang tangguh, berdaya saing, serta mencintai ilmu pengetahuan.

Langkah positif seperti ini patut diapresiasi, bahkan ditiru oleh daerah lain. Karena sejatinya, pendidikan yang baik tidak hanya ditentukan oleh gedung megah atau teknologi canggih, tapi juga oleh bagaimana anak-anak diajak untuk terus membaca, bertanya, dan berpikir kritis—semua itu bisa dimulai dari ruang sederhana bernama perpustakaan.

Terkini