Gadget Bisa Pengaruhi Otak Jika Tak Dikendalikan

Minggu, 13 Juli 2025 | 10:55:04 WIB
Gadget Bisa Pengaruhi Otak Jika Tak Dikendalikan

JAKARTA - Di tengah arus perkembangan teknologi yang semakin cepat, penggunaan gadget menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, terutama di kalangan anak muda. Namun di balik kemudahan dan kepraktisan yang ditawarkan, ada fenomena yang kini mulai menarik perhatian para ahli, yakni brain rot, atau penurunan kemampuan otak akibat paparan berlebih terhadap konten digital yang ringan dan bersifat hiburan.

Fenomena ini merujuk pada kondisi ketika seseorang, khususnya generasi muda, menghabiskan terlalu banyak waktu untuk menonton konten singkat, receh, atau tidak produktif, yang beredar luas di media sosial. Aktivitas tersebut tampaknya sepele, namun ternyata bisa memberikan dampak serius terhadap fungsi kognitif otak.

Psikolog anak dan remaja Vera Itabiliana mengungkapkan bahwa paparan konten ringan yang terus-menerus dapat mengganggu proses berpikir mendalam.

“Yang terjadi adalah, ketika kita terlalu sering menyerap informasi yang cepat dan ringan, otak kita jadi tidak terlatih untuk berpikir secara mendalam. Ini yang disebut brain rot, di mana ada penurunan kemampuan kognitif karena terlalu banyak konsumsi konten instan,” ujar Vera.

Lebih lanjut, Vera menyampaikan bahwa kondisi ini membuat seseorang menjadi mudah terdistraksi, kehilangan kemampuan fokus, dan sulit mencerna informasi yang kompleks. Hal ini tentu berdampak luas, tidak hanya pada kehidupan akademik, tetapi juga pada kemampuan berkomunikasi dan bersosialisasi secara sehat.

“Pada anak-anak dan remaja, otak sedang dalam masa perkembangan. Jadi ketika mereka hanya disuguhi konten pendek, lucu, tapi tidak merangsang berpikir, maka kemampuan berpikir kritis dan logis mereka bisa tumpul,” jelasnya.

Fenomena brain rot tidak berdiri sendiri. Hal ini berkaitan erat dengan kecanduan gadget yang makin marak. Aktivitas scrolling media sosial yang terus-menerus seringkali tidak disadari sebagai bentuk ketergantungan yang bisa berdampak negatif. Dalam banyak kasus, anak-anak bahkan bisa menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk menjelajahi video-video singkat di ponsel.

Dalam pandangan Vera, peran orang tua menjadi sangat penting dalam mengawasi dan membimbing anak dalam penggunaan perangkat digital. Orang tua harus peka terhadap perubahan perilaku anak serta aktif menciptakan komunikasi terbuka tentang bagaimana menggunakan gadget secara bijak.

“Anak-anak tidak bisa dibiarkan sendiri dengan gadget-nya. Harus ada pendampingan, harus ada batasan waktu, dan harus diarahkan untuk menonton konten yang mendidik atau setidaknya menghibur dengan tetap menstimulasi otak,” tambahnya.

Hal senada juga disampaikan oleh selebritas sekaligus ibu muda, Bunga Jelita. Ia mengakui bahwa tantangan terbesar orang tua zaman sekarang adalah menyiasati penggunaan gadget oleh anak-anak mereka.

“Saya juga merasakannya sebagai orang tua. Kadang gadget jadi penolong kalau anak lagi rewel, tapi kita harus tahu batasnya. Saya sekarang selalu usahakan untuk dampingi anak saat nonton, dan pilihkan video yang bisa sekalian mengajarkan sesuatu,” ujar Bunga.

Ia juga menambahkan bahwa kesadaran orang tua sangat menentukan arah perkembangan anak, terutama di era digital seperti saat ini. Menurutnya, penting bagi orang tua untuk menciptakan rutinitas yang sehat, seperti waktu bermain di luar rumah, membaca buku, dan interaksi langsung antar anggota keluarga, agar anak tidak bergantung sepenuhnya pada gadget.

“Kalau kita terus izinkan anak pegang gadget tanpa arahan, efeknya bisa bahaya. Anak jadi pasif, malas berpikir, dan cepat bosan dengan kegiatan yang sebenarnya bermanfaat,” ucap Bunga.

Vera Itabiliana menekankan bahwa brain rot bisa dicegah jika orang tua dan pendidik bersama-sama mengedukasi anak tentang literasi digital. Tidak semua konten di internet buruk, tetapi cara mengakses dan memahami konten itulah yang harus dipandu.

“Yang kita lawan bukan teknologinya, tapi bagaimana penggunaannya. Anak-anak harus diajarkan untuk tidak hanya konsumtif terhadap informasi, tapi juga reflektif, kritis, dan kreatif,” jelas Vera.

Ia menyarankan agar waktu penggunaan gadget dibatasi dan disesuaikan dengan usia anak. Selain itu, interaksi langsung dengan lingkungan dan aktivitas fisik tetap harus menjadi bagian penting dari keseharian anak.

“Misalnya, beri jadwal 1-2 jam screen time saja sehari, sisanya bisa diisi dengan membaca, bermain, atau membantu kegiatan rumah. Dengan begitu, anak tetap aktif secara fisik dan mental,” tutup Vera.

Dari paparan para ahli dan pengalaman orang tua seperti Bunga Jelita, dapat disimpulkan bahwa penggunaan gadget tidak selalu merugikan, asalkan dilakukan dengan kontrol yang tepat. Kuncinya adalah membangun kesadaran dan komunikasi yang sehat antara anak dan orang tua, serta menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan anak secara menyeluruh.

Di tengah kemajuan teknologi yang tidak dapat dihindari, langkah bijak dalam mendampingi anak menggunakan gadget menjadi kunci penting agar generasi muda tetap tumbuh dengan kemampuan kognitif yang sehat dan kuat. Gadget dapat menjadi alat pembelajaran yang luar biasa, jika digunakan secara cerdas dan bertanggung jawab.

Terkini