WhatsApp Dorong UMKM Desa Makin Melek Digital

Jumat, 11 Juli 2025 | 17:31:01 WIB
WhatsApp Dorong UMKM Desa Makin Melek Digital

JAKARTA - Upaya pemberdayaan pelaku usaha mikro di desa semakin menunjukkan hasil positif berkat peran aktif mahasiswa dalam mendorong digitalisasi. Salah satu langkah nyata tersebut terlihat dalam kegiatan sosialisasi yang dilakukan oleh Sekarputih Hayuningtyas, mahasiswa Program Studi S-1 Akuntansi Universitas Diponegoro, di Desa Mranggen, Kabupaten Demak.

Kegiatan ini menjadi bagian dari rangkaian pengabdian kepada masyarakat dalam program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Tim 150 Universitas Diponegoro yang berlangsung selama satu bulan penuh. Dengan semangat kolaboratif, Sekarputih menghadirkan dua solusi digital yang relevan untuk pelaku usaha, yaitu aplikasi SIAPIK dan WhatsApp Business.

Pendekatan yang digunakan pun bersifat langsung dan personal. Sekarputih mendatangi para pelaku usaha kecil yang tersebar di wilayah pasar dan permukiman padat penduduk di Desa Mranggen. Melalui metode komunikasi dua arah, ia menjelaskan secara sederhana namun efektif bagaimana teknologi digital dapat dimanfaatkan untuk memperkuat daya saing usaha mikro.

Salah satu materi utama yang disampaikan adalah pengenalan SIAPIK (Sistem Aplikasi Pencatatan Informasi Keuangan UMKM), yang merupakan platform dari Bank Indonesia untuk membantu pelaku UMKM mencatat transaksi keuangan harian dengan lebih terstruktur dan rapi. Aplikasi ini dirancang agar mudah digunakan oleh siapa pun, termasuk mereka yang belum terbiasa dengan teknologi digital.

“Banyak pelaku UMKM yang sebenarnya sudah aktif berjualan, namun belum memahami pentingnya pencatatan keuangan. Padahal, pencatatan yang baik bisa membantu mereka melihat perkembangan usaha dan mempermudah akses permodalan,” ujar Sekarputih saat menjelaskan kepada peserta.

Dengan pengelolaan keuangan yang lebih tertib, pelaku UMKM dapat mengevaluasi pertumbuhan usahanya secara berkala. Selain itu, data keuangan yang rapi juga membuka peluang lebih besar untuk mengakses pembiayaan dari lembaga keuangan formal karena dapat menunjukkan performa bisnis secara objektif.

Tak hanya berhenti pada pengelolaan keuangan, Sekarputih juga memperkenalkan WhatsApp Business sebagai media komunikasi dan promosi usaha yang mudah diakses. Platform ini memungkinkan pelaku usaha menjalin komunikasi yang lebih profesional dengan pelanggan serta memperluas jangkauan pasar hanya melalui ponsel.

“WhatsApp Business bisa jadi alat bantu pemasaran yang efektif, apalagi sekarang hampir semua orang punya WhatsApp. Dengan fitur katalog, balasan otomatis, dan label, pelaku UMKM bisa tampil lebih profesional di mata pelanggan,” ujarnya.

Peserta sosialisasi pun tampak antusias saat mencoba langsung kedua aplikasi tersebut. Beberapa di antara mereka dengan sigap mengunduh SIAPIK di ponsel dan mencatat transaksi harian mereka. Sementara lainnya mulai mengatur akun WhatsApp Business dan mendiskusikan strategi promosi dengan pendekatan yang lebih digital.

Untuk memudahkan peserta dalam memahami materi, Sekarputih dan tim juga membagikan leaflet panduan singkat berisi langkah-langkah penggunaan aplikasi. Panduan ini dirancang agar bisa dipahami dengan mudah oleh semua kalangan, termasuk mereka yang belum terbiasa menggunakan teknologi.

Kegiatan ini tidak hanya menjadi media edukasi, tetapi juga menjadi sarana mempererat hubungan antara mahasiswa dan masyarakat. Pelaku UMKM merasa lebih diperhatikan, dan mahasiswa pun mendapatkan pengalaman langsung di lapangan, khususnya dalam membantu transformasi digital skala mikro.

Salah satu pelaku usaha, ibu Siti, mengaku baru pertama kali mengetahui manfaat aplikasi pencatatan keuangan digital. “Selama ini saya nulis pakai buku biasa, kadang lupa. Sekarang lebih enak, bisa langsung ketahuan untung rugi. Terima kasih sudah diajari,” ujarnya sambil menunjukkan layar ponselnya yang telah terpasang aplikasi SIAPIK.

Program ini sekaligus menjadi kontribusi nyata mahasiswa dalam mendukung program pemerintah dalam meningkatkan literasi keuangan dan inklusi digital, khususnya di wilayah pedesaan. Digitalisasi UMKM bukan lagi sebatas wacana, melainkan gerakan yang dapat dimulai dari lingkup desa, oleh mahasiswa, dan untuk masyarakat.

Sekarputih berharap, setelah kegiatan ini selesai, para pelaku usaha dapat terus menerapkan pencatatan transaksi secara digital dan mengembangkan usaha mereka lewat media sosial bisnis. Transformasi ini dinilai penting agar UMKM tidak tertinggal dan mampu bersaing, baik di pasar lokal maupun digital.

Dengan adanya kegiatan ini, Desa Mranggen menjadi contoh nyata bagaimana sinergi antara pendidikan, teknologi, dan masyarakat mampu membuka peluang baru bagi pelaku usaha kecil. Melalui sentuhan digital dan semangat kolaborasi, potensi UMKM desa semakin terbuka untuk berkembang lebih luas lagi.

Terkini