Global Bangkit Bersama Pasar Modal Indonesia

Jumat, 11 Juli 2025 | 10:50:38 WIB
Global Bangkit Bersama Pasar Modal Indonesia

JAKARTA - Semangat kebersamaan untuk menghadapi dinamika ekonomi global mewarnai gelaran Seminar Emiten 2025 yang diselenggarakan oleh PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI). Bertempat di Jakarta, acara ini menjadi momen penting untuk memperkuat kepercayaan dan kolaborasi antar pelaku industri pasar modal dalam menghadapi tantangan sekaligus memanfaatkan peluang di tengah ketidakpastian global.

Mengangkat tema “Navigating Global Dynamics: The Resilience of Indonesia’s Economic and Financial Systems”, seminar ini menjadi ajang strategis memperkuat sinergi regulator, emiten, investor, dan seluruh pemangku kepentingan. Fokus utama ialah memastikan pasar modal Indonesia tetap adaptif dan tangguh dalam menjawab dinamika ekonomi internasional yang terus berubah.

Direktur Utama KSEI, Samsul Hidayat menegaskan pentingnya peran emiten dalam menjaga kestabilan ekonomi nasional. “Sebagai bagian vital dari ekosistem pasar modal, emiten memegang peran penting dalam menjaga stabilitas dan pertumbuhan ekonomi nasional. Sejalan dengan visi untuk memperkuat infrastruktur pasar modal Indonesia, KSEI dengan konsisten menjalankan komitmennya dalam menghadirkan inovasi yang berkelanjutan dalam rangka menciptakan ekosistem pasar modal yang lebih efisien, transparan, dan inklusif, termasuk untuk memberikan kemudahan kepada emiten,” ujarnya.

Komitmen itu terefleksi dari sejumlah capaian positif sepanjang semester I 2025. Data operasional menunjukkan peningkatan signifikan dalam aktivitas pasar. Tindakan korporasi tercatat meningkat 8,07% menjadi 4.570 kegiatan hingga akhir. Nilai distribusi melalui KSEI juga tumbuh sebesar 10%, mencapai Rp273 triliun, menandakan aktivitas pasar yang tetap dinamis meskipun situasi global belum sepenuhnya pulih.

Peningkatan juga terjadi dalam pemanfaatan layanan digital. Sebanyak 961 emiten kini memanfaatkan eASY.KSEI, meningkat 3,1% dibanding tahun sebelumnya. Adopsi dari sisi investor bahkan melonjak 18%, dengan 56 ribu pengguna aktif. Hal ini menandakan transformasi digital di sektor pasar modal berjalan pada jalur yang benar.

Infrastruktur KSEI pun terus diperkuat demi mendukung efisiensi dan kecepatan transaksi. Sistem The Central Depository and Book-Entry Settlement System (C-BEST) kini mampu mengeksekusi hingga 150 ribu instruksi per menit. Selama 2025, sistem ini telah memproses 246,9 juta instruksi, dengan rata-rata harian mencapai 2,3 juta. Capaian ini menunjukkan kesiapan Indonesia dalam mendukung pasar modal modern yang cepat dan andal.

Hingga pertengahan 2025, jumlah efek yang tercatat dalam sistem C-BEST mencapai 3.297, dengan nilai efek mencapai Rp8.308 triliun. Kinerja S-INVEST, sistem pengelolaan investasi terpadu KSEI, juga menunjukkan pertumbuhan. Jumlah produk investasi kini mencapai 2.250, dengan dana kelolaan (Asset Under Management) sebesar Rp811 triliun, dan volume transaksi harian reksa dana yang konsisten di angka 114 ribu.

Dalam sambutan pembukaannya, Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan dan Pengembangan Usaha BUMN, Ferry Irawan yang mewakili Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, menyampaikan optimisme pemerintah terhadap ketahanan ekonomi Indonesia. “Di tengah ketidakpastian global, Indonesia tetap menunjukkan ketahanan ekonomi dengan pertumbuhan stabil, inflasi terkendali, dan penurunan kemiskinan. Melalui reformasi struktural dan kebijakan yang strategis, Indonesia berkomitmen mencapai target pertumbuhan 8% pada 2029,” ungkapnya.

Senada dengan hal tersebut, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Inarno Djajadi, menegaskan pentingnya kerja sama antara regulator dan pelaku industri. “Saya menyadari bahwa peran pelaku industri dan regulator dalam hal ini OJK maupun SRO, menjadi sangat krusial untuk menjaga resiliensi dan stabilitas pasar modal Indonesia. Untuk menjaga hal tersebut dibutuhkan sinergi dan kolaborasi yang baik, sehingga akan menghasilkan kebijakan yang responsif dan strategis,” katanya.

Lebih lanjut, OJK terus melakukan penguatan regulasi untuk memperkuat pasar modal domestik. Kebijakan peningkatan free float bagi emiten baru bertujuan memperluas partisipasi publik dan meningkatkan likuiditas. Revisi terhadap POJK No 30 Tahun 2015 juga diharapkan mampu meningkatkan transparansi penggunaan dana hasil penawaran umum.

Inisiatif lain termasuk penyempurnaan ketentuan penawaran saham secara elektronik (E-IPO) yang membuka peluang lebih besar bagi investor ritel, serta penerbitan Surat Edaran OJK No 10 Tahun 2025 guna mempermudah pelaporan kepemilikan saham secara digital.

“Dengan kebijakan-kebijakan ini, OJK berharap pasar modal Indonesia dapat semakin transparan, inklusif, dan berkembang,” lanjut Inarno.

Seminar ini dihadiri lebih dari 600 peserta yang berasal dari berbagai kalangan, mulai dari emiten hingga asosiasi industri pasar modal. Keterlibatan aktif seluruh pemangku kepentingan dalam acara ini menunjukkan bahwa optimisme terhadap masa depan pasar modal Indonesia terus tumbuh.

Dari data, inovasi, hingga kebijakan strategis yang dipaparkan, terlihat bahwa ketangguhan pasar modal Indonesia bukan hanya ditopang oleh infrastruktur yang kuat, namun juga oleh komitmen bersama untuk beradaptasi dan tumbuh secara berkelanjutan.

Melalui forum ini, Indonesia sekali lagi menunjukkan bahwa tantangan global bukanlah penghalang, melainkan peluang untuk membuktikan ketahanan dan kolaborasi yang positif dalam membangun pasar modal yang lebih modern, efisien, dan inklusif.

Terkini