Dampak Stunting, Penyebab, Ciri, dan Cara Mencegahnya

Bru
Jumat, 11 Juli 2025 | 11:02:54 WIB
dampak stunting

Dampak stunting dapat dikenali sejak dini, salah satunya melalui tinggi badan anak yang tak sesuai dengan usianya. 

Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan anak tidak hanya bergantung pada berat badan semata, tetapi juga pada tinggi badannya yang mencerminkan kecukupan gizi secara keseluruhan.

Stunting sendiri merupakan kondisi ketika pertumbuhan anak terganggu karena kekurangan asupan nutrisi dalam jangka panjang. 

Kondisi ini biasanya terjadi pada masa awal kehidupan, khususnya dalam 1.000 hari pertama, yang mencakup masa kehamilan hingga usia dua tahun.

Kurangnya zat gizi, buruknya pola makan, rendahnya kualitas sanitasi, serta terbatasnya akses terhadap layanan kesehatan menjadi beberapa penyebab utama dari masalah ini. 

Jika dibiarkan, kondisi ini bisa berdampak serius terhadap perkembangan otak, menurunkan daya tahan tubuh, serta mengganggu kemampuan belajar anak di kemudian hari.

Karena itu, penting bagi orang tua untuk memahami berbagai penyebab dan dampak stunting agar dapat mencegahnya sedini mungkin demi masa depan anak yang lebih sehat.

Apa Itu Stunting?

Stunting merupakan kondisi yang terlihat ketika tinggi anak berada di bawah rata-rata anak seusianya. 

Secara sederhana, ini menggambarkan gangguan pertumbuhan yang membuat tubuh anak tampak lebih pendek dibanding teman sebayanya, yang umumnya dipicu oleh kekurangan gizi dalam jangka panjang.

Masih banyak yang belum menyadari bahwa tubuh anak yang lebih pendek bisa menjadi petunjuk adanya masalah gizi yang terjadi secara terus-menerus. 

Namun, penting dipahami bahwa tidak semua anak yang bertubuh pendek mengalami stunting, tetapi anak yang mengalami stunting pasti menunjukkan postur yang lebih pendek. 

Seorang anak baru dapat dikategorikan mengalami stunting apabila panjang atau tinggi badannya berada di bawah angka -2 standar deviasi (SD).

Masalah ini menjadi sangat krusial bila terjadi pada anak berusia di bawah dua tahun, karena harus segera diberikan perhatian dan penanganan yang tepat. 

Evaluasi status gizi berdasarkan standar deviasi ini umumnya merujuk pada grafik pertumbuhan anak yang dikeluarkan oleh WHO.

Postur pendek pada anak yang berada di bawah nilai normal sering kali menjadi akibat dari kekurangan zat gizi yang terjadi dalam jangka panjang. 

Situasi tersebut menyebabkan terhambatnya perkembangan tinggi badan, yang pada akhirnya membuat anak masuk ke dalam kategori stunting.

Namun demikian, tidak semua anak yang berpostur pendek bisa langsung dianggap mengalami stunting. Kondisi ini baru bisa dikatakan terjadi apabila kekurangan nutrisi harian memengaruhi proses pertumbuhan tinggi badannya.

Apa Penyebab dan Stunting pada Anak?

Permasalahan pertumbuhan pada anak ini merupakan dampak dari beragam kondisi yang pernah dialami di masa lampau. 

Beberapa di antaranya mencakup rendahnya asupan nutrisi, sering mengalami infeksi, kelahiran prematur, serta bobot tubuh yang rendah saat lahir.

Kekurangan gizi yang menjadi salah satu penyebab utama dari gangguan pertumbuhan ini tidak hanya bisa terjadi setelah bayi lahir, tetapi bahkan bisa bermula sejak masih berada di dalam kandungan. 

Berikut ini adalah beberapa penyebab yang turut berkontribusi terhadap gangguan pertumbuhan pada anak.

Asupan Nutrisi Ibu yang Kurang Selama Masa Kehamilan

Badan kesehatan dunia mencatat bahwa sekitar satu dari lima kasus gangguan pertumbuhan sudah mulai terjadi sejak masa kehamilan. 

Hal ini dikarenakan makanan yang dikonsumsi ibu selama hamil tidak memenuhi kebutuhan gizi penting, sehingga janin yang dikandung tidak mendapatkan nutrisi yang optimal. 

Akibatnya, pertumbuhan janin menjadi lambat sejak dalam kandungan dan berlanjut setelah dilahirkan. Oleh karena itu, penting bagi ibu hamil untuk memenuhi kebutuhan nutrisi demi mendukung perkembangan janin yang sehat.

Kebutuhan Nutrisi Anak Tidak Terpenuhi

Kondisi pertumbuhan anak yang terhambat juga dapat terjadi akibat pola makan yang tidak memadai selama dua tahun pertama kehidupan. 

Ini dapat disebabkan oleh teknik menyusui yang tidak tepat, tidak diberikan ASI eksklusif, serta pemberian makanan pendamping yang kualitas gizinya rendah. 

Beberapa teori menyatakan bahwa kekurangan asupan makanan, terutama yang mengandung protein, seng, dan zat besi, sangat berkaitan dengan terhambatnya proses pertumbuhan sejak usia dini.

Mengacu pada literatur mengenai gizi anak dan remaja, gangguan pertumbuhan biasanya mulai tampak sejak anak memasuki usia tiga bulan. Perlambatan pertumbuhan ini kemudian semakin jelas seiring pertambahan usia hingga tiga tahun. 

Grafik pengukuran tinggi badan berdasarkan usia (TB/U) biasanya menunjukkan posisi yang terus berada di bawah kurva standar. Ada perbedaan antara anak usia di bawah tiga tahun dan mereka yang lebih besar. 

Pada anak usia di bawah tiga tahun, grafik tersebut mencerminkan bahwa gangguan pertumbuhan masih berlangsung. 

Sementara pada anak usia di atas tiga tahun, grafik tersebut menunjukkan bahwa gangguan pertumbuhan sudah terjadi dan tidak dapat dipulihkan secara alami.

Kurangnya Tindakan Perawatan Setelah Persalinan

Setelah proses kelahiran selesai, sangat penting bagi ibu dan bayinya untuk mendapatkan perawatan lanjutan. Diharapkan bayi bisa langsung diberikan ASI sebagai langkah awal untuk membangun sistem kekebalan tubuh yang kuat. 

Perawatan setelah melahirkan juga penting untuk mendeteksi sedini mungkin adanya kelainan atau gangguan kesehatan yang mungkin dialami oleh ibu maupun bayi.

Gangguan Mental dan Hipertensi Pada Ibu

Pola pengasuhan yang tidak maksimal juga menjadi salah satu faktor penyebab terhambatnya pertumbuhan anak. Hal ini berkaitan erat dengan kebiasaan orang tua dalam memberikan makanan kepada anak. 

Apabila asupan nutrisi tidak tercukupi dengan baik, maka pertumbuhan anak dapat terganggu. Selain itu, kekurangan nutrisi sejak masa remaja, selama kehamilan, hingga periode menyusui juga dapat memengaruhi perkembangan fisik dan otak anak.

Faktor Sanitasi

Lingkungan yang tidak higienis serta keterbatasan air bersih turut meningkatkan risiko gangguan pertumbuhan. 

Anak-anak yang tinggal di wilayah dengan sanitasi yang tidak layak dan kualitas air yang buruk cenderung mengalami hambatan dalam tumbuh kembangnya. Akses yang rendah terhadap layanan kesehatan juga menjadi salah satu penyebab lainnya.

Faktor Penyebab Lainnya

Di samping penyebab-penyebab tersebut, ada juga beberapa faktor tambahan yang turut berperan, antara lain kurangnya pemahaman ibu tentang pentingnya gizi sejak sebelum hamil, selama kehamilan, hingga setelah melahirkan. 

Kurangnya akses terhadap pelayanan medis, termasuk saat masa kehamilan dan setelah persalinan, juga turut memperburuk kondisi. 

Selain itu, keterbatasan air bersih, fasilitas sanitasi yang tidak memadai, dan sulitnya memperoleh makanan bergizi karena harganya yang cukup tinggi juga menjadi faktor yang perlu diwaspadai. 

Pencegahan bisa dilakukan dengan memperhatikan dan menghindari berbagai penyebab tersebut sejak dini.

Ciri-ciri Stunting pada Anak

Perlu diketahui bahwa tidak semua anak balita yang memiliki tubuh pendek pasti mengalami gangguan pertumbuhan. 

Kondisi kesehatan ini lebih tepatnya ditandai dengan tinggi badan yang jauh di bawah standar berdasarkan pengukuran usia menurut pedoman dari WHO.

Mengacu pada data Kementerian Kesehatan RI, kondisi ini bisa diidentifikasi ketika panjang atau tinggi anak sudah diukur dan dibandingkan dengan standar yang berlaku, lalu hasil pengukurannya menunjukkan nilai yang berada di bawah ambang batas normal. 

Seorang anak baru bisa dikategorikan mengalami kondisi ini jika hasil pengukurannya memang menunjukkan demikian.

Artinya, tidak cukup hanya menebak atau menduga-duga tanpa adanya data pengukuran yang jelas. Selain postur tubuh yang lebih pendek dibanding anak lain seusianya, beberapa tanda lain yang bisa dikenali antara lain:

  • Laju pertumbuhan fisik yang berjalan lambat.
  • Wajah terlihat lebih muda dari usia anak yang sebenarnya.
  • Pertumbuhan gigi terjadi lebih lambat.
  • Konsentrasi dan daya ingat anak cenderung lemah.
  • Saat berusia 8–10 tahun, anak terlihat lebih pendiam dan jarang melakukan kontak mata dengan lingkungan sekitarnya.
  • Berat badan yang stagnan atau terus mengalami penurunan.
  • Hambatan dalam perkembangan fisik seperti terlambat mengalami menstruasi pertama (menarche) pada anak perempuan.
  • Mudah terserang infeksi atau penyakit lainnya.

Untuk mengetahui apakah tinggi badan anak masih berada dalam rentang normal, sebaiknya lakukan pemantauan secara berkala di fasilitas pelayanan kesehatan.

Kamu bisa membawa anak ke dokter, bidan, posyandu, atau puskesmas secara rutin setiap bulan untuk memastikan pertumbuhannya berjalan sesuai dengan standar.

Cara Mencegah Stunting

Memahami bahwa kondisi pertumbuhan terganggu ini merupakan permasalahan serius dalam kesehatan dan bisa berdampak jangka panjang hingga masa dewasa, maka penting untuk mengenali berbagai langkah pencegahannya. 

Berbagai upaya pencegahan sebaiknya dilakukan sejak sebelum kehamilan, selama mengandung, hingga setelah melahirkan.

Pahami Dasar Pemenuhan Nutrisi

Penting untuk memastikan tubuh mendapatkan asupan nutrisi yang memadai setiap hari, terlebih saat menjalani kehamilan. Pemahaman tentang prinsip gizi juga perlu dimiliki agar bisa diterapkan dengan tepat dalam membesarkan anak.

Variasi dalam Menu Makanan

Usahakan untuk selalu menyediakan menu makanan yang beraneka ragam bagi anak. Perhatikan kandungan nutrisi dan zat gizi yang dibutuhkan tubuh mereka setiap hari. 

Saat mengandung maupun setelah persalinan, ibu juga harus mendapatkan makanan dengan kandungan gizi yang seimbang untuk mencegah gangguan pertumbuhan.

Pemeriksaan Kesehatan secara Berkala

Selama masa kehamilan, ibu perlu menjalani pemeriksaan rutin guna memantau perkembangan berat badan sesuai usia kehamilan. 

Ibu hamil juga harus menghindari anemia atau kekurangan zat besi, karena hal ini dapat memengaruhi kondisi janin. Pemeriksaan tekanan darah secara berkala sangat dianjurkan sebagai bagian dari kontrol kesehatan.

Pentingnya Pemberian Air Susu Ibu

ASI memiliki kandungan gizi esensial yang dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan anak. 

Nutrisi yang terkandung di dalamnya membantu memperkuat sistem pertahanan tubuh anak sehingga dapat melindungi mereka dari berbagai gangguan kesehatan, termasuk masalah pertumbuhan.

Menjaga Kebersihan Tubuh dan Lingkungan

Infeksi berulang sering kali muncul akibat daya tahan tubuh anak yang kurang optimal. Bila sistem kekebalan tubuh tidak berfungsi maksimal, maka risiko terkena berbagai penyakit meningkat, termasuk gangguan pertumbuhan. 

Oleh sebab itu, penting untuk menjaga kondisi tubuh anak tetap sehat agar terhindar dari infeksi yang dapat mengganggu perkembangan fisik.

Sanitasi yang Layak

Faktor kebersihan dan ketersediaan air bersih menjadi elemen penting dalam upaya pencegahan. Selalu jaga lingkungan sekitar agar terbebas dari kontaminasi mikroorganisme seperti bakteri, virus, kuman, maupun jamur. 

Pastikan juga kebersihan tubuh dan tangan selalu terjaga, karena tangan yang tidak bersih berpotensi menularkan kuman ke makanan yang kemudian masuk ke dalam tubuh. 

Jika hal ini terjadi secara terus-menerus, maka akan menimbulkan kekurangan gizi yang pada akhirnya berdampak pada gangguan pertumbuhan.

Dampak Stunting

Stunting merupakan kondisi kesehatan yang terjadi akibat kekurangan gizi dalam waktu yang cukup lama, terutama pada masa awal pertumbuhan anak. 

Salah satu dampak stunting yang perlu diperhatikan serius adalah gangguan terhadap perkembangan fisik dan mental, baik dalam waktu dekat maupun di masa mendatang.

Anak-anak yang mengalami kondisi ini cenderung mengalami hambatan pada pertumbuhan otaknya. 

Hal ini kemudian berdampak pada kemampuan berpikir, daya ingat yang lemah, kesulitan dalam menyelesaikan persoalan, serta performa buruk dalam aktivitas yang melibatkan fungsi otak.

Ketika perkembangan kognitif terhambat, maka anak akan mengalami kesulitan dalam menerima informasi, kemampuan komunikasi yang terbatas, serta menghadapi tantangan saat belajar atau bersosialisasi dengan teman sebayanya. 

Selain itu, perkembangan tubuh mereka juga terlihat tidak optimal. Anak dengan masalah pertumbuhan seperti ini biasanya memiliki tinggi badan di bawah rata-rata dibandingkan dengan anak lain seusianya.

Kurangnya asupan gizi dalam jangka panjang tidak hanya memperlambat pertumbuhan fisik, tapi juga berdampak pada kekuatan otot. Anak bisa tampak lemas, cepat merasa lelah, dan kurang aktif dalam kegiatan sehari-hari. 

Kondisi ini bahkan bisa berujung pada risiko obesitas karena metabolisme yang tidak seimbang, sehingga aktivitas dasar pun bisa menjadi lebih sulit dilakukan.

Selain itu, anak dengan kondisi seperti ini memiliki sistem imun yang lebih lemah dibandingkan anak sehat lainnya. 

Hal ini membuat mereka lebih mudah terinfeksi oleh berbagai jenis penyakit dan membutuhkan waktu penyembuhan yang lebih lama akibat daya tahan tubuh yang rendah.

Pengaruh negatif dari kondisi ini tidak hanya dirasakan selama masa kanak-kanak. Ketika tumbuh dewasa, anak yang pernah mengalami masalah ini memiliki kemungkinan lebih besar mengalami gangguan kesehatan serius. 

Sebuah penelitian dalam jurnal Paediatrics and International Child Health menunjukkan bahwa mereka berisiko lebih tinggi terkena penyakit seperti diabetes, karena kekurangan gizi yang terjadi sejak dini dapat mengganggu kerja hormon insulin dan glukagon dalam tubuh.

Akibatnya, keseimbangan gula darah bisa dengan mudah terganggu, dan tubuh lebih cepat menyimpan lemak berlebih. 

Di kemudian hari, kondisi ini bisa meningkatkan kerentanan terhadap penyakit kronis seperti obesitas, kanker, dan gangguan metabolik lainnya. 

Ini terjadi karena tubuh tidak mendapatkan cukup mikronutrien dan makronutrien yang dibutuhkan untuk membentuk sel-sel dan sistem organ secara optimal.

Untuk mendukung kebutuhan gizi anak, orang tua bisa memberikan tambahan nutrisi berupa susu khusus yang kaya protein dan asam amino esensial. 

Produk seperti susu formula yang mengandung omega 3, omega 6, dan DHA bisa membantu perkembangan fungsi otak dan tumbuh kembang anak, terutama pada usia 1 hingga 10 tahun.

Mencegah kondisi ini bisa dilakukan dengan menjaga pola hidup bersih dan sehat serta memastikan anak tumbuh di lingkungan yang higienis. Orang tua juga disarankan rutin memeriksakan tumbuh kembang anak ke fasilitas kesehatan. 

Pencegahan sejak dini sangat penting agar anak dapat tumbuh optimal dan tidak mengalami dampak dari stunting yang berkepanjangan. 

Orang tua berperan besar dalam memastikan si kecil memperoleh gizi terbaik untuk meraih masa depan yang sehat dan cerah.

Sebagai penutup, mencegah kekurangan gizi sejak dini sangat penting agar anak tumbuh optimal dan terhindar dari berbagai dampak stunting yang bisa memengaruhi masa depannya.

Terkini