Tinggalkan Karier Dokter, Indahkus Pilih Musik

Kamis, 10 Juli 2025 | 10:31:36 WIB
Tinggalkan Karier Dokter, Indahkus Pilih Musik

JAKARTA - Menjadi dokter adalah impian banyak orang karena dianggap sebagai profesi mulia dan bergengsi. Namun, pengalaman Indahkus justru menggambarkan sisi lain dari dunia kedokteran, terutama ketika berhadapan dengan sistem pelayanan berbasis jaminan kesehatan. Sebelum dikenal sebagai penyanyi, Indahkus sempat merasakan langsung bagaimana rasanya berjuang di dunia medis.

Dalam pernyataan terbarunya, Indahkus mengungkapkan bahwa ketika bekerja di klinik umum, ia menerima bayaran yang sangat kecil. Ia bahkan hanya memperoleh Rp2 ribu untuk setiap pasien BPJS yang ditanganinya dan Rp5 ribu untuk pasien umum.

"Aku ngerasa aku mati-matian nih kerja jadi dokter, pernah juga kerja di klinik umum, bisa nginep dua sampai tiga hari, terus senang menyenangkan, tapi kok aku udah satu bulan ngos-ngosan kagak ada waktu full, tapi cicilan nggak nutup," ungkapnya.

Bagi sebagian orang, pernyataan tersebut bisa jadi mengejutkan. Namun, bagi mereka yang telah lama berkecimpung di dunia medis, apa yang disampaikan Indahkus bukanlah hal baru. Di sejumlah fasilitas kesehatan, khususnya klinik kecil yang bekerja sama dengan BPJS, sistem pembayaran berbasis kapitasi bisa berarti bahwa dokter menerima kompensasi sangat rendah untuk setiap pasien yang mereka layani.

"Aku baru tahu ternyata saat aku di klinik umum, pasien BPJS itu Rp2 ribu, pasien umum Rp5 ribu," lanjut Indahkus menjelaskan.

Dengan jumlah penghasilan seperti itu, Indahkus menyadari bahwa pendapatannya jauh dari cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup, apalagi untuk membayar cicilan. Hal tersebut menjadi titik balik yang membuatnya mempertimbangkan ulang arah hidup dan kariernya.

Indahkus pun kemudian memutuskan untuk mengejar mimpinya di dunia musik. Meskipun keputusan tersebut tidak mudah, ia akhirnya memilih untuk meninggalkan profesi dokter dan meminta restu dari sang ibu agar bisa fokus sepenuhnya pada karier bermusik.

"Sampai akhirnya COVID dan tiga tahun berjalan aku akhirnya bilang sama ibu 'Boleh nggak aku fokus ke musik?'. Itu juga nggak langsung disetujui, aku butuh tiga tahun sampai cicilan itu nutup," kenang Indahkus.

Perjuangan itu kini membuahkan hasil. Indahkus berhasil membuktikan bahwa dirinya mampu bertahan dan berkembang di industri hiburan. Ia bahkan menembus pasar internasional setelah tampil dalam ajang pencarian bakat di Tiongkok dan berhasil lolos hingga babak final.

Keputusan Indahkus memang bukan tanpa risiko. Meninggalkan profesi yang menuntut pengorbanan besar seperti dokter bukan perkara sepele. Namun, pengalaman pahitnya ketika menjadi tenaga medis membuka matanya terhadap realitas sistem yang selama ini ia jalani.

Ungkapan Indahkus menyoroti persoalan yang lebih besar tentang kesejahteraan tenaga medis, terutama yang berada di garis depan dalam sistem pelayanan kesehatan nasional. Meskipun BPJS Kesehatan telah memperluas akses layanan bagi masyarakat, sistem kompensasi yang diterima oleh tenaga medis di beberapa fasilitas masih menjadi sorotan.

Cerita Indahkus menjadi potret bahwa pengabdian yang besar tidak selalu dibarengi dengan penghargaan yang layak. Hal ini memicu perbincangan luas di kalangan masyarakat dan juga warganet di media sosial. Banyak yang memberikan dukungan kepada Indahkus, sekaligus mengungkapkan keprihatinan atas rendahnya apresiasi terhadap profesi dokter di lapangan.

Selain itu, pengalaman Indahkus juga menjadi inspirasi bagi banyak orang yang merasa terjebak dalam profesi yang tidak mereka cintai atau tidak mampu memberikan kehidupan yang layak. Keberanian Indahkus untuk mengambil langkah besar demi mengejar passion di bidang musik membuktikan bahwa tidak ada kata terlambat untuk memulai kembali.

Kini, Indahkus memfokuskan diri membangun kariernya di Tiongkok. Dengan pengalaman internasional dan jejak sebagai finalis di kompetisi pencarian bakat di Negeri Tirai Bambu, ia membuka babak baru dalam hidupnya yang jauh berbeda dari dunia medis yang dulu ia jalani.

Meski demikian, kenangan dan pengalaman menjadi dokter tetap menjadi bagian penting dari perjalanannya. Indahkus tidak menyesali masa lalu, namun menjadikannya sebagai pelajaran bahwa tidak semua hal ideal sesuai dengan ekspektasi.

Dalam dunia di mana banyak orang terjebak dalam stigma dan tuntutan sosial atas pilihan karier, keputusan Indahkus memberi pelajaran tentang keberanian untuk mengejar kebahagiaan sejati. Ia menunjukkan bahwa setiap orang berhak memilih jalan hidupnya sendiri, meskipun itu berarti keluar dari jalur yang selama ini dianggap aman atau terhormat.

Cerita Indahkus bukan sekadar kisah pribadi, tapi cerminan dari tantangan sistemik yang dihadapi oleh para tenaga medis di Indonesia. Ini juga menjadi pengingat bahwa apresiasi terhadap jasa mereka seharusnya tidak hanya berupa pujian, tapi juga kompensasi yang layak agar mereka dapat hidup dengan martabat.

Terkini