BYD Perluas Jangkauan di Indonesia

Rabu, 09 Juli 2025 | 15:09:14 WIB
BYD Perluas Jangkauan di Indonesia

JAKARTA - Saat sebagian besar merek otomotif besar mengalami penurunan penjualan sepanjang semester I/2025, dua merek asal Tiongkok justru menunjukkan performa mencolok. Salah satu yang paling mencuri perhatian adalah BYD, yang sukses menembus jajaran enam besar merek mobil dengan distribusi terbanyak di Indonesia. Capaian ini menjadi penanda penting bahwa konsumen Indonesia mulai membuka diri terhadap pilihan baru di pasar otomotif, terutama dari produsen China.

Secara keseluruhan, kondisi pasar kendaraan roda empat di Tanah Air memang belum sepenuhnya pulih. Sepanjang Januari hingga Juni 2025, total pengiriman mobil dari pabrikan ke dealer (wholesales) tercatat sebanyak 374.740 unit, turun sekitar 8,6 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun 2024 yang mencapai 410.020 unit.

Kondisi yang sama juga terjadi pada penjualan ritel, yang mencerminkan pembelian langsung dari konsumen. Angkanya menyusut menjadi 390.467 unit, atau turun 9,7 persen secara tahunan. Tren penurunan ini bukan kejutan, mengingat pada paruh pertama 2024 lalu, wholesales sudah sempat terkontraksi nyaris 20 persen, dan penjualan ritel pun mengalami penurunan lebih dari 14 persen.

Di tengah situasi ini, merek-merek besar seperti Toyota, Daihatsu, dan Honda masih mendominasi pasar, meski juga mencatat koreksi angka penjualan. Toyota misalnya, tetap memimpin dengan wholesales 123.846 unit, turun 4,6 persen dari tahun sebelumnya. Toyota mempertahankan sepertiga pangsa pasar nasional dan tetap jadi andalan di tengah lesunya pasar.

Di bawah Toyota, Daihatsu mengamankan posisi kedua dengan pengiriman sebanyak 64.405 unit, meskipun penurunannya cukup tajam hingga 24,6 persen dari pencapaian tahun lalu. Sedangkan Honda berada di posisi ketiga dengan 32.681 unit, anjlok 31,3 persen dibandingkan sebelumnya.

Penurunan juga dirasakan oleh Mitsubishi Motors dan Suzuki, masing-masing turun sekitar 15 persen dan 18 persen. Merek Korea Selatan, Hyundai, masih bertahan di posisi sepuluh besar meskipun penjualannya juga menurun 7,1 persen.

Namun, di antara koreksi penjualan besar-besaran tersebut, muncul kejutan dari dua pendatang baru asal Tiongkok, yakni BYD dan Chery. BYD sukses mendistribusikan 14.092 unit, langsung menempati posisi keenam dalam daftar wholesales nasional. Sementara Chery berada di posisi ke-10 dengan 10.283 unit.

Kehadiran dua nama baru ini menandai pergeseran peta pasar otomotif Indonesia. Bahkan, Wuling yang sebelumnya selalu bercokol di papan atas, harus rela tergeser dan tidak masuk daftar 10 besar. Fenomena ini mengindikasikan bahwa strategi harga agresif dan teknologi canggih yang dibawa merek China kini mulai diterima oleh konsumen lokal.

Untuk penjualan ritel, struktur pasarnya juga tak banyak berubah. Toyota tetap teratas dengan 126.893 unit, disusul Daihatsu (66.716 unit) dan Honda (39.193 unit). Mitsubishi Motors mencatat 32.445 unit, diikuti oleh Suzuki (27.769 unit) dan BYD dengan 13.705 unit kembali menempati posisi keenam.

Menariknya, Chery, meski berhasil dalam distribusi, belum berhasil menembus 10 besar ritel karena angka penjualannya baru menyentuh 9.812 unit. Ini bisa menjadi cerminan bahwa proses penyerapan produk mereka ke konsumen masih dalam tahap awal dan membutuhkan dorongan lebih kuat dari sisi jaringan dan promosi.

Berikut rincian distribusi dan penjualan dari 10 besar merek mobil di Indonesia semester I/2025:

Wholesales:

-Toyota: 123.846 unit

-Daihatsu: 64.405 unit

-Honda: 32.681 unit

-Mitsubishi Motors: 31.081 unit

-Suzuki: 27.180 unit

-BYD: 14.092 unit

-Mitsubishi Fuso: 11.442 unit

-Isuzu: 11.275 unit

-Hyundai: 11.188 unit

-Chery: 10.283 unit

Retail Sales:

-Toyota: 126.893 unit

-Daihatsu: 66.716 unit

-Honda: 39.193 unit

-Mitsubishi Motors: 32.445 unit

-Suzuki: 27.769 unit

-BYD: 13.705 unit

-Mitsubishi Fuso: 11.640 unit

-Hyundai: 11.583 unit

-Isuzu: 11.294 unit

-Hino: 10.301 unit

Mencermati pergerakan ini, terlihat bahwa merek-merek baru seperti BYD dan Chery tengah merebut pangsa pasar dari para pemain lama. Keduanya membawa strategi penjualan yang cukup agresif, dengan menonjolkan teknologi terkini, terutama kendaraan listrik, serta harga yang lebih bersaing.

Situasi ini tentu menjadi sinyal peringatan bagi merek lama untuk tidak hanya mengandalkan nama besar, tetapi juga melakukan inovasi dan efisiensi, agar tetap relevan di tengah dinamika pasar yang berubah cepat. Terlebih lagi, tekanan ekonomi makro seperti suku bunga tinggi, inflasi, serta fluktuasi nilai tukar rupiah telah mempengaruhi daya beli konsumen.

Jika tren pertumbuhan BYD dan Chery berlanjut pada semester kedua 2025, maka perubahan struktur dominasi pasar otomotif Indonesia bisa saja menjadi permanen. Saat ini, keduanya tengah menguji loyalitas dan selera konsumen dengan menghadirkan pilihan baru yang sesuai dengan kebutuhan zaman efisien, modern, dan ramah lingkungan.

Sementara para pelaku industri menanti program insentif yang bisa memulihkan gairah pasar, semester pertama telah memperlihatkan dinamika yang tak bisa diabaikan. Pasar boleh lesu, tapi kompetisi tetap hidup, dan produsen yang adaptif akan lebih punya peluang memimpin perubahan.

Terkini