JAKARTA — Di balik semaraknya geliat wisata baru di Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatera Barat, terselip persoalan mendasar yang belum terpecahkan: infrastruktur jalan menuju lokasi yang belum memadai. Objek wisata Pemandian Lembah Mangkisi di Nagari Balai Panjang tengah mencuri perhatian publik, namun pengunjung masih harus berjibaku dengan kondisi jalan rusak untuk mencapainya.
Terletak di Jorong Lurah Bukik, Kecamatan Lareh Sago Halaban, Pemandian Lembah Mangkisi dalam beberapa bulan terakhir mengalami lonjakan kunjungan. Keindahan alamnya, ditambah potensi untuk kegiatan berkemah, menjadikannya magnet wisata baru bagi warga Sumatera Barat hingga Riau.
Namun, di tengah antusiasme masyarakat dan pengembangan aktif dari pemerintah nagari, masih ada satu kendala yang menghambat peningkatan pariwisata: akses jalan utama menuju kawasan ini rusak parah.
Sejumlah pengunjung mengeluhkan kondisi ini. Salah satunya, Nur Alamsyah, warga Bukittinggi yang datang bersama komunitas mobil. Mereka menyambangi Lembah Mangkisi untuk berkemah dan menikmati suasana alam.
“Alhamdulillah, objek wisatanya cukup dikenal dan mulai ramai. Selain pemandian, tempat ini cocok untuk kegiatan berkemah. Tapi akses jalannya benar-benar rusak parah dan sangat mengganggu kenyamanan pengunjung,” ungkap Nur Alamsyah saat ditemui.
Kerusakan jalan terjadi mulai dari Simpang Empat Subarang Aia hingga ke kawasan pemandian. Jalur tersebut masih berupa tanah berlubang dan sangat licin saat hujan. Tak jarang kendaraan kesulitan menembus medan tersebut, terutama mobil jenis biasa yang bukan off-road.
Selain soal jalan, Nur juga menyoroti kurangnya papan penunjuk arah dan keterbatasan fasilitas umum. Ia berharap hal-hal dasar seperti MCK (mandi, cuci, kakus) bisa segera diperbanyak untuk mengimbangi jumlah pengunjung yang semakin meningkat.
“Penunjuk arah masih sangat terbatas. Fasilitas MCK juga perlu ditambah, terutama jika pengunjung ramai seperti kami dari komunitas. Kekurangannya sangat terasa,” tambahnya.
Padahal, dari segi pengelolaan, Lembah Mangkisi menunjukkan kemajuan signifikan. Pemerintah Nagari Balai Panjang bersama Badan Usaha Milik Nagari (BUMNag) telah melakukan pembenahan berkat dukungan Dana Desa tahun anggaran 2023. Mereka juga memperoleh suntikan dana pengembangan dari Kementerian Desa melalui Dana Aspirasi Anggota DPR RI Komisi V, M. Iqbal, sebesar Rp400 juta.
Dana tersebut dialokasikan untuk pembangunan infrastruktur pendukung seperti gazebo, kios, dan toilet umum. Fasilitas ini kini menunjang kenyamanan wisatawan yang datang, terutama keluarga dan komunitas yang memilih berkemah sebagai bagian dari pengalaman wisata mereka.
Wali Nagari Balai Panjang, Idris, menyambut baik antusiasme masyarakat. Ia menilai bahwa lonjakan jumlah pengunjung menjadi indikator positif bahwa potensi wisata Lembah Mangkisi mulai terekspos secara luas.
“Alhamdulillah, sekarang banyak yang menjadikan Lembah Mangkisi sebagai tujuan wisata. Selain berenang, pengunjung juga bisa berkemah bersama keluarga atau komunitas,” tutur Idris saat mendampingi kunjungan bersama Jorong Lurah Bukik Tatang Espia dan Direktur BUMNag Balai Panjang, Nora Novia.
Menurut Idris, wisatawan yang datang tak hanya berasal dari dalam Provinsi Sumatera Barat, tetapi juga dari luar daerah, seperti Provinsi Riau. Ini membuktikan bahwa kawasan Lembah Mangkisi sudah menjadi daya tarik tersendiri yang bisa bersaing dengan destinasi lainnya di Sumatera.
“Kami berharap kekurangan yang dikeluhkan pengunjung, terutama akses jalan dan fasilitas umum, bisa segera ditangani agar jumlah wisatawan terus meningkat,” harapnya.
Meningkatnya minat wisatawan tentu menjadi berkah ekonomi bagi warga sekitar. Kios-kios lokal mulai ramai dikunjungi. Warung makan dan pedagang musiman pun kebagian rezeki dari geliat sektor pariwisata ini.
Namun jika persoalan infrastruktur jalan tak segera dituntaskan, peluang peningkatan ekonomi bisa terhambat. Sebab kenyamanan dan aksesibilitas tetap menjadi pertimbangan utama bagi pengunjung, terutama mereka yang membawa keluarga atau berasal dari luar daerah.
Harapan besar kini tertuju pada perhatian pemerintah daerah dan dinas terkait. Perbaikan akses jalan menuju lokasi wisata menjadi kebutuhan mendesak agar geliat wisata tidak meredup di tengah jalan. Apalagi, saat ini sudah banyak komunitas dan pelancong individu yang mulai membicarakan Lembah Mangkisi di media sosial.
Sebagaimana tempat wisata lain yang berkembang, ketersediaan fasilitas dasar dan akses yang baik akan menentukan nasib destinasi wisata dalam jangka panjang. Lembah Mangkisi telah membuktikan dirinya sebagai magnet wisata alam baru, tetapi butuh komitmen lebih besar untuk menyempurnakan potensinya.
Jika persoalan infrastruktur bisa ditangani dalam waktu dekat, bukan tidak mungkin kawasan ini menjadi ikon wisata baru Kabupaten Limapuluh Kota. Dukungan semua pihak dari pemerintah pusat hingga desa akan menjadi penentu apakah Lembah Mangkisi sekadar tren sesaat atau mampu bertahan sebagai destinasi unggulan di Sumatera Barat.