Bisnis Unik Mahasiswa UMS Tembus Omzet Tinggi

Senin, 07 Juli 2025 | 14:08:55 WIB
Bisnis Unik Mahasiswa UMS Tembus Omzet Tinggi

JAKARTA — Inovasi dan kreativitas dalam dunia bisnis ternyata bisa datang dari hobi yang terkesan sepele. Itulah yang dialami oleh Rifan Susanto, mahasiswa Program Studi Arsitektur Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), yang berhasil mengubah keisengannya memelihara kelomang menjadi bisnis menjanjikan dengan omzet hingga Rp38 juta per bulan.

Cerita sukses Rifan dimulai bukan dari seminar bisnis atau pelatihan kewirausahaan, melainkan dari sebuah kunjungan ke Pantai Sedahan di Gunungkidul pada akhir 2022. Bersama teman-temannya, Rifan menemukan banyak kelomang kecil yang menarik perhatian.

“Waktu itu kami menemukan banyak kelomang kecil. Dibawa pulang, lalu saya mulai riset. Ternyata umur kelomang bisa sampai 70 tahun dan bisa tumbuh sebesar genggaman tangan,” ujar Rifan di Solo, Jawa Tengah.

Pengetahuan barunya tentang kelomang mengarahkan Rifan untuk bergabung dalam komunitas Kelomang Lovers Indonesia (KLI) di Facebook. Dari komunitas itu, ia memperluas wawasan soal perawatan, habitat, dan jenis cangkang kelomang.

“Yang menarik, kelomang itu tidak punya cangkang asli. Kita bisa siapkan berbagai model cangkang agar mereka bisa berganti-ganti seperti ganti baju,” katanya.

Ketekunan dan rasa ingin tahu Rifan tak berhenti di situ. Ia mulai menyebarkan edukasi tentang kelomang melalui berbagai kanal media sosial seperti TikTok, Instagram, dan YouTube. Strateginya adalah mengemas informasi dengan gaya storytelling yang membangkitkan memori masa kecil audiens.

“Saya angkat hook-nya seperti ‘dulu kamu pernah pelihara kelomang tapi mati tiga hari?’ lalu kasih tahu solusinya. Itu yang bikin viral dan mendatangkan banyak peminat,” jelasnya.

Dengan modal awal hanya Rp100.000 untuk membeli tiga ekor kelomang jenis merah strawberry, bisnisnya yang diberi nama Kelovemang berkembang pesat. Kini, omzet bulanannya bisa mencapai Rp38 juta, bahkan sempat menyentuh angka Rp40 juta.

“Pegawai saya ada dua, satu untuk admin online, satu lagi untuk perawatan di rumah,” tambahnya.

Meskipun berasal dari jurusan Arsitektur, Rifan menegaskan bahwa kemampuan membuat konten yang menarik justru menjadi pendorong utama perkembangan usahanya. Jauh sebelum mendirikan Kelovemang, ia sudah lebih dahulu dikenal sebagai kreator konten seni visual.

“Saya ingin orang lebih menghargai kelomang sebagai makhluk hidup yang harus dirawat dengan sungguh-sungguh. Bukan hanya dibeli karena lucu, lalu dibiarkan mati,” ucapnya.

Bakat Rifan dalam seni mulai tumbuh sejak SMA, terutama saat masa pandemi COVID-19. Mengisi waktu luang dari sistem sekolah daring, ia mulai menggambar dan membagikan hasil karyanya di TikTok. Saat itu, platform tersebut belum seramai sekarang, sehingga unggahannya mudah menjadi viral.

“Gabut karena sekolah daring, saya mulai gambar dan unggah di TikTok. Waktu itu TikTok belum seramai sekarang, jadi cepat naik,” ujarnya.

Karya-karya visual Rifan dikenal unik dan menantang, seperti membuat potret wajah selebriti dari susunan nama hingga menggambar Anies Baswedan hanya dengan stempel angka satu. Salah satu karyanya yang paling menantang adalah menyusun potret empat presiden pertama Indonesia di empat sisi balok kayu.

“Butuh sebulan bikin itu. Views-nya 6 juta dan likes-nya tembus 1 juta,” katanya.

Popularitas Rifan dalam dunia seni digital juga membawanya bertemu tokoh-tokoh terkenal. Ia pernah memberikan langsung karyanya kepada Anies Baswedan dan selebgram Cellos, serta mengirimkan karya ke Ganjar Pranowo, Baim Wong, dan Sandiaga Uno.

“Saya sempat video call dengan Pak Sandi, dan kontennya diunggah di IG beliau. Rame banget, view-nya sampai 13 juta,” kenangnya.

Namun, kesibukan perkuliahan mulai membatasi ruang geraknya dalam berkarya. Jika dulu satu karya bisa selesai dalam tiga hari, kini satu bulan pun belum tentu cukup.

“Kalau dulu pas SMA bisa tiga hari kelar satu karya. Sekarang kadang sebulan sekali pun belum tentu sempat. Tapi saya tetap nunggu momentum. Misalnya tokoh sedang viral atau datang ke kota saya,” ucapnya.

Walau bisnis kelomang kini menjadi fokus utama, Rifan belum sepenuhnya meninggalkan dunia seni. Baginya, karya-karya seni tersebut adalah portofolio berharga yang telah membuka banyak peluang.

Namun, ada tantangan baru yang mulai dirasakannya: teknologi kecerdasan buatan (AI). Ia mengatakan bahwa sebagian besar karyanya kini kerap dianggap buatan AI.

“Sekarang kalau upload karya sering dikira hasil AI. Itu bikin semangat jadi turun. Padahal bikin karya seni itu prosesnya panjang dan butuh energi besar. AI memang efisien, tapi tidak bisa menandingi detail buatan manusia,” tuturnya.

Rifan juga berencana menggabungkan dua bidang yang ia geluti seni dan arsitektur menjadi kekuatan utama untuk masa depan kariernya.

“Arsitektur dan seni itu sangat nyambung. Saya yakin, kalau digarap serius, dua-duanya bisa jadi kekuatan utama saya ke depan,” tutupnya.

Terkini