JAKARTA - Pemerintah terus memperkuat fondasi masa depan Indonesia melalui kebijakan yang tak hanya menyentuh aspek ekonomi, tetapi juga kesehatan dasar masyarakat. Salah satu program strategis yang menjadi perhatian adalah Makan Bergizi Gratis (MBG), yang kini dikenalkan sebagai bentuk investasi jangka panjang untuk mencetak generasi unggul Indonesia.
Program MBG menjadi bukti bahwa pembangunan sumber daya manusia dimulai dari pemenuhan kebutuhan paling mendasar yakni gizi yang cukup dan seimbang sejak dini. Hal ini dipertegas dalam kegiatan sosialisasi yang digelar di Universitas Tulungagung, Boyolangu, Kabupaten Tulungagung dengan mengusung tema “Bersama Mewujudkan Generasi Sehat Indonesia.”
Kegiatan tersebut tidak hanya disambut antusias oleh ratusan peserta, tetapi juga dihadiri oleh sejumlah tokoh penting, seperti perwakilan Komisi IX DPR RI Heru Tjahjono, Tenaga Ahli Deputi Penyediaan dan Penyaluran Badan Gizi Nasional (BGN) Adib Alfikry, Kepala Instalasi Gizi RSUD dr Iskak Tulungagung Ratih Puspitaningtyas, serta Rektor Universitas Tulungagung Muharsono.
Dalam sambutannya, Heru Tjahjono menyampaikan bahwa MBG lebih dari sekadar program pengentasan stunting. Ia menyebut MBG sebagai strategi pembangunan yang membawa pengaruh luas terhadap kualitas hidup masyarakat. “Asupan gizi yang cukup dan seimbang sangat penting untuk mendukung tumbuh kembang anak, baik secara fisik maupun kecerdasan otak,” ujar Heru.
Ia pun menjelaskan bahwa program ini tidak berdiri sendiri, melainkan terintegrasi dengan inisiatif lain seperti pendirian Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) atau dapur komunitas. Heru menyebut, kehadiran dapur komunitas bukan hanya menjamin distribusi makanan bergizi, tetapi juga memberi dampak ekonomi yang signifikan bagi masyarakat lokal. “Dapur komunitas ini turut menggerakkan roda ekonomi lokal dan membuka peluang usaha bagi masyarakat sekitar,” katanya.
Program MBG memang dirancang untuk memberikan nilai manfaat ganda—menekan angka kekurangan gizi dan sekaligus membuka ruang produktivitas baru di tengah masyarakat.
Hal ini turut diperjelas oleh Adib Alfikry, yang mewakili BGN dalam menjelaskan bagaimana mekanisme program dijalankan. Ia menekankan pentingnya keterbukaan dan kemudahan akses agar masyarakat dapat berpartisipasi secara aktif. “Mulai dari proses pendaftaran, tahap verifikasi, hingga pelaksanaan operasional di lapangan, semuanya dirancang agar transparan dan mudah diakses oleh masyarakat yang ingin terlibat,” jelas Adib.
Sementara itu, dari sisi teknis penyusunan menu dan kualitas makanan yang disajikan, MBG juga menggandeng tenaga profesional. Salah satunya adalah Ratih Puspitaningtyas, Kepala Instalasi Gizi RSUD dr Iskak Tulungagung, yang hadir dalam acara sosialisasi tersebut.
Menurut Ratih, menu makanan MBG dirancang secara seimbang dengan mempertimbangkan kecukupan gizi harian anak-anak. Ia menegaskan bahwa keberhasilan program ini bergantung pada pemahaman tentang komposisi menu yang sehat dan tepat. “Keseimbangan antara karbohidrat, protein, sayuran, buah-buahan, dan lemak sehat bukan hanya membuat anak kenyang, tetapi juga memastikan kebutuhan nutrisinya terpenuhi secara optimal,” terang Ratih.
Ia juga menambahkan bahwa kerja sama antara ahli gizi dan dapur komunitas membuat pelaksanaan program MBG lebih terjamin secara kualitas. Pendampingan dari tenaga ahli juga menjadi kunci untuk memastikan bahwa setiap makanan yang disajikan benar-benar memenuhi standar gizi anak-anak.
Dengan pendekatan yang menyeluruh mulai dari edukasi, pemberdayaan masyarakat, hingga dukungan infrastruktur program MBG hadir sebagai investasi nyata negara dalam mencetak generasi yang lebih sehat dan cerdas.
Program ini pun mengusung misi besar, yakni turut menyukseskan visi Indonesia Emas 2045. Pemerintah menargetkan anak-anak Indonesia tumbuh sebagai sumber daya manusia unggul yang mampu berdaya saing di kancah global. MBG menjadi bagian integral dari upaya tersebut.
Tidak hanya menargetkan anak-anak yang sudah bersekolah, program ini juga menyasar balita dan anak yang belum memasuki usia sekolah. Dengan begitu, seluruh kelompok usia dini dapat merasakan manfaat dari makanan bergizi setiap hari, yang disiapkan oleh komunitas-komunitas lokal melalui dapur SPPG.
Kehadiran dapur komunitas ini juga memperlihatkan sisi lain dari program MBG yakni kemampuannya dalam menghidupkan ekonomi kerakyatan. Di Kabupaten Tulungagung, program ini membuka lapangan pekerjaan baru, terutama bagi ibu rumah tangga dan pelaku usaha mikro yang dilibatkan dalam produksi dan distribusi makanan.
Lebih jauh lagi, pendekatan kolaboratif yang dibangun antara pemerintah pusat, DPR RI, lembaga pendidikan, fasilitas kesehatan, dan komunitas lokal menjadi kekuatan utama dari MBG. Tanpa sinergi lintas sektor, program ini tak mungkin berjalan efektif.
Sebagai contoh, keterlibatan kampus seperti Universitas Tulungagung memperkuat aspek edukasi dan literasi gizi masyarakat. Di sisi lain, rumah sakit dan ahli gizi memastikan bahwa implementasi program tidak melenceng dari pedoman medis dan kesehatan.
Dengan dukungan regulasi, pendanaan, dan partisipasi masyarakat yang kuat, MBG dapat menjadi model baru dalam pembangunan manusia yang inklusif. Lebih dari sekadar bantuan sosial, program ini adalah bentuk investasi multidimensi yang menggabungkan aspek kesehatan, pendidikan, dan pemberdayaan ekonomi.
Jika dijalankan secara konsisten dan terukur, MBG berpotensi menjadi warisan kebijakan yang berpengaruh besar dalam menurunkan prevalensi stunting nasional dan memutus rantai kemiskinan antar generasi.