Ciri asam lambung naik bisa dikenali dari beberapa gejala yang muncul, salah satunya adalah sensasi panas dan tidak nyaman di dada.
Kondisi ini bisa dialami oleh semua usia, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Penting untuk mengenali tanda-tanda asam lambung naik agar bisa segera mengambil tindakan yang tepat.
Ketika asam lambung naik ke kerongkongan, biasanya akan timbul rasa terbakar di dada yang sering disebut heartburn.
Meskipun kondisi ini tidak menyebabkan kematian, namun jika dibiarkan tanpa penanganan, bisa menimbulkan masalah kesehatan yang serius.
Oleh karena itu, mengenal ciri asam lambung naik sangat penting untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.
Ciri Asam Lambung Naik
Jangan mengabaikan rasa nyeri di dada yang disertai sensasi panas atau terbakar (heartburn) setelah mengonsumsi makanan atau minuman tinggi kafein. Hal ini bisa menjadi tanda bahwa asam lambung sedang meningkat.
Kondisi ini kerap disalahartikan sebagai gangguan pada jantung karena gejala utamanya serupa, yakni rasa nyeri di area dada.
Peningkatan asam lambung biasanya terjadi ketika cairan asam dari lambung mengalir kembali ke kerongkongan.
Hal ini menyebabkan iritasi pada dinding kerongkongan hingga mulut, yang menimbulkan rasa terbakar di dada dan ketidaknyamanan di perut, terutama setelah makan atau ketika tubuh berada dalam posisi berbaring.
Menurut American Academy of Allergy Asthma and Immunology, gejala lain yang muncul sebagai ciri asam lambung naik antara lain mulut terasa asam, perut cepat kenyang, sering bersendawa, mual, muntah, sakit tenggorokan, batuk kering, bau mulut, serta produksi air liur yang berlebihan.
Walau tergolong wajar bila hanya terjadi sesekali, seperti satu hingga dua kali dalam sebulan setelah makan pedas atau berlemak dalam jumlah besar, namun kondisi ini perlu diwaspadai jika muncul berulang dan berlangsung lama.
Dalam kasus GERD yang parah, gejalanya bisa meliputi muntah darah, nyeri menjalar hingga ke rahang, serta sesak napas.
Penyebab utamanya adalah lemahnya otot pada bagian kerongkongan, yang seharusnya menutup rapat setelah makanan masuk ke lambung. Otot yang melemah akan memungkinkan asam lambung kembali naik ke atas.
Faktor-faktor seperti penuaan, kelebihan berat badan, kehamilan, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, serta stres bisa memperparah kondisi ini.
Selain gaya hidup, beberapa penyakit seperti gastroparesis, scleroderma, dan hernia hiatus juga bisa menyebabkan refluks asam.
Untuk mencegahnya, disarankan menjalani pola hidup sehat, menghindari makanan pemicu iritasi tenggorokan, dan memastikan kebutuhan nutrisi tercukupi, termasuk dengan bantuan suplemen jika perlu.
Kebiasaan yang Bisa Memicu Asam Lambung
Ada sejumlah informasi penting yang sebaiknya dipahami oleh mereka yang mengalami gangguan pada lambung terkait kondisi kesehatan yang dialami.
Hal ini karena terdapat beberapa kebiasaan yang secara tidak disadari mampu memicu timbulnya gejala lambung serta memperburuk kondisinya, sehingga menimbulkan sensasi nyeri dan perih pada bagian perut.
Kondisi ini dikenal dengan istilah gastroesophageal reflux disease atau GERD. Orang yang mengalami kondisi ini biasanya merasakan nyeri pada ulu hati disertai sensasi panas, terbakar, bahkan rasa sakit yang bisa menjalar hingga ke leher.
Lalu, apa saja pola kebiasaan yang bisa memperparah kondisi tersebut?
1. Sering Mengonsumsi Buah dan Sayur yang Rasanya Asam
Beberapa jenis buah dan sayuran dapat menjadi pemicu munculnya keluhan pada lambung. Oleh karena itu, sebaiknya batasi konsumsi jeruk, lemon, anggur, dan buah lain yang memiliki tingkat keasaman tinggi.
Selain itu, tomat dan salad dengan tambahan cuka juga sebaiknya dihindari. Jenis makanan ini bisa memperburuk kondisi lambung, terutama jika dikonsumsi dalam keadaan perut kosong.
2. Terbiasa Mengonsumsi Makanan dan Minuman yang Mengandung Gas
Salah satu langkah penting dalam menghindari gejala gangguan lambung adalah menjauhi makanan yang dapat menyebabkan penumpukan gas di dalam perut.
Contohnya termasuk berbagai sayuran dan buah-buahan seperti kol, sawi, nangka, kedondong, pisang ambon, serta buah yang telah melalui proses pengeringan.
Selain membuat perut terasa tidak nyaman, jenis makanan ini juga berpotensi memperparah gangguan yang ada di sistem pencernaan.
3. Porsi Makan yang Terlalu Banyak
Bagi kamu yang sering makan dalam jumlah besar, sebaiknya lebih berhati-hati. Ketika perut terisi secara berlebihan, tekanan dari makanan tersebut bisa menekan bagian diafragma, yang dapat menyebabkan napas menjadi tidak lega atau terasa sesak.
Selain itu, perut yang terlalu penuh juga bisa membuat makanan yang telah tertampung terdorong kembali ke saluran kerongkongan.
Tak hanya membuat perut terasa penuh dan sistem pencernaan bekerja lebih berat, kebiasaan makan dalam porsi besar juga bisa menimbulkan berbagai keluhan pencernaan, seperti perut terasa kembung, mual, begah, hingga nyeri.
4. Konsumsi Kopi secara Rutin
Menjadikan kopi sebagai bagian dari rutinitas harian memang sudah umum, tetapi konsumsi berlebihan bisa berdampak pada peningkatan produksi asam dalam lambung.
Bukan hanya kopi saja, minuman seperti jus buah dan susu tinggi lemak pun sebaiknya dibatasi, terutama bagi mereka yang memiliki masalah pada lambung.
5. Makanan Asam dan Pedas
Jenis makanan dengan rasa pedas maupun yang mengandung cuka juga bisa memicu gangguan lambung.
Bagi individu yang rentan terhadap gangguan pencernaan, makanan seperti ini bisa memicu iritasi pada dinding kerongkongan serta menyebabkan nyeri di bagian ulu hati.
Selain itu, terdapat juga beberapa jenis makanan berkarbohidrat yang sebaiknya tidak dikonsumsi oleh penderita gangguan lambung, antara lain mie, bihun, ketan, jagung, ubi, talas, dan dodol.
Makanan-makanan ini cenderung sulit dicerna dan bisa memperparah gejala yang sudah ada.
6. Langsung Tidur Setelah Makan
Apakah kamu terbiasa berbaring setelah selesai makan? Hati-hati, kebiasaan ini bisa menyebabkan isi lambung terdorong kembali ke kerongkongan.
Saat posisi tubuh dalam keadaan horizontal, gaya gravitasi tidak lagi bekerja secara optimal untuk menahan makanan tetap di lambung. Akibatnya, makanan yang baru saja dikonsumsi berisiko naik melewati katup antara lambung dan kerongkongan.
Oleh karena itu, sebaiknya tunggu beberapa saat sebelum berbaring setelah makan agar tidak memicu masalah pencernaan.
7. Terlalu Sering Mengonsumsi Lemak Tinggi
Jenis makanan tinggi lemak dapat menyebabkan peningkatan produksi asam di dalam lambung.
Untuk menjaga sistem pencernaan tetap sehat, sebaiknya hindari makanan seperti daging berlemak, kentang goreng, keripik, produk olahan susu seperti es krim dan keju, serta makanan berminyak lainnya.
Beberapa hal lain yang juga dapat meningkatkan kemungkinan seseorang mengalami gangguan lambung antara lain:
- Kondisi berat badan berlebih atau obesitas.
- Mengalami hernia hiatus, yaitu bagian atas lambung yang terdorong ke rongga dada.
- Penyakit jaringan ikat seperti skleroderma.
- Lambatnya proses pengosongan lambung.
Selain itu, terdapat pula faktor-faktor yang bisa memperparah kondisi tersebut, misalnya:
- Kebiasaan makan larut malam.
- Mengonsumsi minuman tertentu seperti alkohol.
- Penggunaan beberapa jenis obat-obatan, termasuk aspirin.
Bahaya Penyakit Asam Lambung
Apabila gangguan asam lambung tidak segera ditangani dengan benar, maka dapat menimbulkan komplikasi serius berupa peradangan pada kerongkongan atau saluran esofagus.
Jika kondisi peradangan ini berlangsung terus-menerus dalam jangka panjang, maka bisa memicu sejumlah komplikasi berikut:
1. Penyempitan pada Saluran Kerongkongan (Striktur Esofagus)
Peradangan yang terjadi secara terus-menerus di kerongkongan bisa menyebabkan pembentukan jaringan parut.
Seiring waktu, jaringan tersebut dapat mempersempit saluran tempat makanan lewat, sehingga penderitanya akan mengalami kesulitan saat menelan.
2. Luka Terbuka pada Dinding Kerongkongan (Ulkus Esofagus)
Naiknya asam dari lambung bisa merusak jaringan di kerongkongan dan menimbulkan luka terbuka. Kondisi ini dapat menyebabkan perdarahan dan rasa sakit yang signifikan, serta menyulitkan proses menelan makanan bagi pengidapnya.
3. Perubahan Sel Prakanker di Bagian Bawah Kerongkongan (Barrett’s Esophagus)
Kerusakan akibat refluks yang terjadi berulang kali bisa menyebabkan perubahan struktur jaringan yang melapisi bagian bawah esofagus. Perubahan ini meningkatkan risiko munculnya kanker di saluran kerongkongan.
Melihat risiko komplikasi yang serius dari penyakit ini, sangat disarankan untuk segera memeriksakan diri ke tenaga medis bila mengalami gejala yang mengarah ke gangguan lambung.
Masalah ini sebenarnya dapat dikelola melalui perubahan pola hidup serta pemakaian obat-obatan yang tersedia bebas.
Namun, bagi mereka yang mengalami kondisi yang lebih parah, penanganan dengan obat resep atau bahkan prosedur operasi mungkin diperlukan untuk mengurangi gejala secara efektif.
Makanan Aman untuk Pengidap Asam Lambung
Terdapat sejumlah penyebab yang dapat memicu naiknya asam dari lambung ke kerongkongan, dan salah satu faktor utamanya adalah makanan.
Beberapa contoh makanan yang dapat menyebabkan kondisi ini antara lain buah-buahan dengan rasa asam, makanan tinggi lemak, makanan pedas, serta coklat.
Meski makanan-makanan tersebut cukup digemari oleh banyak orang, namun sebaiknya dihindari oleh individu yang memiliki masalah dengan lambung, karena dapat memperparah kondisi dan memicu kekambuhan penyakit lambung.
Saat asam lambung meningkat, gejala yang umum muncul meliputi mual, muntah, perut terasa penuh oleh gas, sensasi panas di perut bagian atas, bahkan makanan bisa kembali naik ke bagian kerongkongan.
Untuk mencegah munculnya gejala-gejala yang mengganggu tersebut, penting bagi penderita untuk lebih selektif dalam memilih asupan sehari-hari.
Di bawah ini merupakan beberapa pilihan makanan sehat yang direkomendasikan karena aman dikonsumsi oleh mereka yang memiliki gangguan lambung:
1. Jahe
Rempah yang satu ini tidak hanya memberikan efek hangat pada tubuh, tetapi juga dikenal mampu membantu meredakan gejala yang berhubungan dengan gangguan lambung.
Berdasarkan informasi dari Healthline, jahe mengandung senyawa antiinflamasi yang efektif dalam mengatasi permasalahan sistem pencernaan, sekaligus berfungsi sebagai pengobatan alami untuk mengurangi gejala sakit lambung.
Jahe dapat dikonsumsi dalam bentuk parutan atau potongan kecil yang diseduh menjadi minuman hangat, yang kemudian diminum untuk membantu meredakan keluhan di lambung.
2. Lidah Buaya
Meskipun tanaman ini lebih sering dikenal karena manfaatnya di dunia perawatan kulit, ternyata lidah buaya juga memiliki khasiat lain dalam mendukung kesehatan tubuh. Salah satunya adalah kemampuannya dalam meredakan gejala lambung.
Lidah buaya bisa dikonsumsi sebagai minuman atau diolah menjadi cairan kental, yang mampu memberikan efek menenangkan dan membantu mengatasi gangguan lambung secara alami.
3. Oatmeal
Salah satu jenis makanan yang direkomendasikan bagi penderita gangguan lambung adalah makanan tinggi serat, contohnya oatmeal. Menu ini sering dipilih oleh mereka yang sedang menjalani program diet karena memberikan efek kenyang lebih lama.
Bagi orang yang memiliki masalah lambung, oatmeal bermanfaat dalam membantu meredakan gejala dengan cara menyerap kelebihan asam di lambung.
4. Pisang
Penderita gangguan lambung juga disarankan untuk mengonsumsi buah pisang secara rutin. Buah ini memiliki tingkat keasaman (pH) sekitar 5,6 yang membantu menetralkan kondisi asam di lambung.
Selain pisang, beberapa buah lain yang aman untuk dikonsumsi antara lain apel, pir, dan melon karena kandungannya tidak memicu kenaikan asam lambung.
5. Sayuran Hijau
Ketika membicarakan pola makan sehat, tentu tidak lepas dari konsumsi sayuran.
Beberapa jenis sayuran hijau yang dianjurkan untuk dikonsumsi oleh mereka yang memiliki gangguan lambung antara lain brokoli, kembang kol, kentang, timun, selada, buncis, dan asparagus.
Jenis sayuran ini dikenal mengandung serat yang tinggi serta memiliki zat aktif yang bisa membantu menurunkan kadar asam di dalam lambung.
6. Daging Rendah Lemak
Daging dengan kandungan lemak tinggi seringkali menjadi salah satu penyebab naiknya asam dari lambung ke kerongkongan.
Oleh karena itu, disarankan bagi penderita gangguan lambung untuk memilih sumber protein hewani yang lebih ringan, seperti daging rendah lemak atau ikan, karena lebih mudah dicerna.
Pilihan terbaik adalah daging tanpa kulit yang dimasak dengan cara sehat seperti direbus, dikukus, dipanggang, atau dibakar, agar tidak membebani kerja lambung.
7. Roti
Dalam penelitian yang dirilis oleh Cleveland Clinic, diketahui bahwa penderita gangguan lambung tetap dapat mengonsumsi roti. Namun, yang paling baik dikonsumsi adalah roti yang terbuat dari gandum utuh atau biji-bijian beragam.
Jenis roti ini dinilai memiliki kandungan serat, nutrisi, dan vitamin yang lebih tinggi, yang baik untuk menjaga fungsi lambung tetap optimal.
Cara Menurunkan Asam Lambung tanpa Obat
Berdasarkan informasi dari WebMD, ada beberapa langkah sederhana yang bisa dilakukan untuk membantu meredakan gejala akibat gangguan pada lambung:
- Hindari konsumsi makanan yang diketahui bisa memicu refluks, seperti minuman bersoda, kafein, cokelat, buah jeruk, tomat, bawang, daun mint, serta makanan tinggi lemak.
- Tingkatkan asupan serat harian karena serat berperan penting dalam menjaga sistem pencernaan tetap berfungsi dengan baik.
- Kontrol porsi makanan. Hindari makan dalam jumlah banyak sekaligus, dan cobalah membaginya menjadi lima hingga enam porsi kecil dalam sehari.
- Usahakan tidak makan menjelang waktu tidur. Beri jeda sekitar dua hingga tiga jam antara waktu makan terakhir dengan waktu tidur agar lambung punya cukup waktu untuk mencerna makanan.
- Makan secara perlahan dan nikmati setiap suapan. Makan terburu-buru bisa memperburuk kondisi lambung.
- Hindari kebiasaan merokok. Rokok dapat melemahkan kinerja otot yang berfungsi menjaga agar asam lambung tidak naik ke kerongkongan.
- Pilih pakaian yang longgar agar tidak memberikan tekanan tambahan pada area perut.
- Posisi tidur juga penting. Cobalah untuk meninggikan kepala sekitar 15 cm dengan menumpuk beberapa bantal, agar gravitasi membantu mencegah asam lambung naik saat tidur.
Sebagai penutup, mengenali ciri asam lambung naik sejak dini sangat penting agar kamu bisa segera mengambil langkah pencegahan sebelum gejalanya semakin mengganggu.