Finansial Digital Kian Dilirik

Kamis, 03 Juli 2025 | 14:38:55 WIB
Finansial Digital Kian Dilirik

JAKARTA - Di tengah tingginya tekanan ekonomi akibat kenaikan biaya hidup, masyarakat Indonesia semakin aktif mengubah cara mereka dalam mengelola finansial. Fenomena ini tercermin dalam hasil survei terbaru YouGov yang menunjukkan pergeseran besar dalam strategi menyimpan, berutang, hingga berinvestasi di kalangan warga dewasa Indonesia.

Perubahan strategi finansial ini tidak hanya soal menekan pengeluaran, tetapi juga melibatkan eksplorasi terhadap instrumen investasi baru, termasuk aset digital seperti cryptocurrency. Kecenderungan ini mencerminkan sikap masyarakat yang semakin terbuka terhadap inovasi keuangan di tengah menurunnya kepercayaan pada sistem konvensional.

Hasil survei daring yang dilakukan terhadap 2.067 responden dewasa di Indonesia menunjukkan bahwa masyarakat kini lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan finansial. Mereka tidak hanya lebih bijak, tapi juga semakin melek digital dan terbuka terhadap opsi investasi alternatif. Emas masih menjadi pilihan utama, namun tren menunjukkan peningkatan ketertarikan terhadap aset kripto.

Dukungan terhadap pernyataan ini datang dari laporan lain, yakni hasil survei kolaborasi antara Consensys dan YouGov pada tahun 2024. Survei terhadap 1.041 responden berusia 18 hingga 65 tahun menunjukkan adanya lonjakan kepercayaan masyarakat terhadap aset kripto. Hal ini terjadi seiring menurunnya rasa percaya terhadap layanan keuangan tradisional seperti perbankan dan lembaga investasi konvensional.

Menurut Calvin Kizana, CEO Tokocrypto, perubahan kondisi ekonomi yang cukup signifikan menjadi pemicu utama masyarakat untuk mulai mengevaluasi ulang pendekatan finansial mereka. “Kami melihat perubahan signifikan dalam mindset keuangan masyarakat. Di tengah tekanan biaya hidup, semakin banyak orang yang mulai mencari cara untuk mengembangkan aset, bukan hanya menyimpannya. Ini momentum penting untuk memperkuat edukasi finansial dan pemahaman tentang instrumen investasi, termasuk kripto,” jelas Calvin.

Ia menambahkan bahwa masyarakat kini mulai bergerak dari sekadar menabung menjadi mencari instrumen yang mampu memberikan pertumbuhan nilai aset dalam jangka panjang. “Situasi ekonomi saat ini membuat masyarakat mencari alternatif yang bisa membantu mereka menjaga dan menumbuhkan nilai kekayaan. Aset digital seperti kripto menjadi salah satu opsi yang dipertimbangkan karena bisa diakses lebih luas dan menawarkan potensi pertumbuhan yang menarik,” katanya.

Bitcoin Tak Lagi Sekadar Aset Spekulatif

Peningkatan adopsi kripto sebagai bagian dari strategi keuangan juga memicu diskusi publik mengenai peran Bitcoin dalam sistem ekonomi. Salah satu narasi yang muncul adalah anggapan bahwa Bitcoin merupakan bagian dari permainan zero-sum, di mana satu pihak untung berarti pihak lain harus merugi. Namun, asumsi ini dianggap keliru oleh banyak pelaku industri kripto.

Calvin menanggapi isu ini dengan menjelaskan bahwa Bitcoin justru merupakan bentuk positive-sum game, yaitu sistem yang menciptakan nilai bagi semua pihak yang terlibat melalui kolaborasi, partisipasi aktif, dan inovasi teknologi. “Bitcoin bukan zero-sum game karena nilainya tidak hanya datang dari spekulasi, tapi dari kepercayaan, adopsi teknologi, dan fungsinya sebagai alternatif sistem keuangan. Dalam zero-sum, tidak ada penciptaan nilai. Tapi di kripto, ada inovasi, infrastruktur, edukasi, dan inklusi yang terus berkembang,” tegasnya.

Ia menekankan bahwa perkembangan nilai dalam ekosistem kripto bukanlah hasil dari persaingan satu pihak dengan pihak lain, melainkan akumulasi dari kontribusi berbagai komponen seperti pengguna, pengembang, dan lembaga keuangan yang berinovasi di atas teknologi blockchain.

Hal ini membuat Bitcoin bukan hanya alat tukar atau spekulasi, tetapi bagian dari sistem finansial digital yang inklusif dan dapat berkembang seiring jumlah partisipan yang terus meningkat. Semakin luas jangkauannya, semakin besar pula nilai yang bisa diciptakan.

Selain itu, Calvin juga menyoroti bahwa inovasi di bidang keuangan terdesentralisasi (DeFi) turut memperluas ekosistem kripto dan membuka peluang baru. Bukan hanya dari sisi investasi, tapi juga edukasi keuangan digital yang merata, bahkan hingga ke wilayah-wilayah yang sebelumnya sulit dijangkau oleh layanan keuangan konvensional. “Yang paling penting bukan hanya membeli kripto, tapi memahami prinsipnya. Kripto adalah tools. Kalau digunakan dengan benar dan bijak, ini bukan soal menang atau kalah, tapi soal menciptakan nilai baru,” tutup Calvin.

Perluas Akses, Perkuat Edukasi

Tren pergeseran strategi finansial ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia kini mulai membentuk cara pandang baru terhadap manajemen kekayaan. Jika sebelumnya pengelolaan finansial lebih bersifat defensif seperti menabung atau menahan konsumsi, kini orientasi masyarakat mulai condong ke arah pertumbuhan nilai.

Kendati demikian, tantangan besar masih mengintai, yaitu kurangnya literasi keuangan digital di sebagian kelompok masyarakat. Di sinilah pentingnya peran edukasi yang dapat menjembatani masyarakat dalam memahami potensi dan risiko dari berbagai instrumen, termasuk aset kripto.

Pelaku industri seperti Tokocrypto memiliki peran strategis untuk memperkuat edukasi dan mendorong inklusi finansial. Dengan pemahaman yang tepat, masyarakat bisa lebih percaya diri mengambil keputusan investasi yang rasional dan terinformasi.

Masyarakat kini dihadapkan pada pilihan yang semakin beragam dalam mengelola finansial mereka. Namun satu hal yang pasti: di tengah ketidakpastian ekonomi, kemampuan beradaptasi dan keterbukaan terhadap inovasi menjadi kunci utama untuk bertahan dan tumbuh.

Terkini