Bank Indonesia Soroti Ketahanan Eksternal Meningkat

Kamis, 03 Juli 2025 | 10:42:07 WIB
Bank Indonesia Soroti Ketahanan Eksternal Meningkat

JAKARTA - Bank Indonesia menegaskan bahwa penguatan neraca perdagangan Indonesia pada Mei 2025 berperan penting dalam memperkuat ketahanan eksternal ekonomi nasional. Dalam laporan resmi yang dirilis, Bank Indonesia (BI) menyebut bahwa surplus perdagangan yang meningkat signifikan memberi sinyal positif terhadap daya tahan ekonomi Indonesia di tengah tantangan global yang masih berlanjut.

Merujuk pada data Badan Pusat Statistik (BPS), neraca perdagangan Indonesia mencatatkan surplus sebesar US$4,30 miliar. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan surplus bulan sebelumnya yang hanya US$0,16 miliar.

“Bank Indonesia akan terus memperkuat sinergi kebijakan dengan pemerintah dan otoritas lain, guna meningkatkan ketahanan eksternal dan mendukung pertumbuhan ekonomi nasional yang berkelanjutan,” ujar Ramdan Denny Prakoso, Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI dalam keterangan resminya.

BI menilai bahwa tren surplus ini tidak hanya menunjukkan perbaikan sektor perdagangan, tetapi juga memperlihatkan bahwa ekspor Indonesia mampu bersaing meski dalam tekanan ketidakpastian ekonomi global. Salah satu penopang utama surplus tersebut adalah lonjakan neraca perdagangan nonmigas.

Didukung Kinerja Ekspor Nonmigas

Neraca perdagangan nonmigas selama Mei 2025 mengalami peningkatan signifikan, mencatatkan surplus sebesar US$5,83 miliar. Kenaikan ini bersumber dari pertumbuhan ekspor nonmigas yang mencapai US$23,50 miliar.

Kinerja ekspor yang positif ditopang oleh penguatan permintaan terhadap komoditas berbasis sumber daya alam dan produk manufaktur. Komoditas unggulan seperti lemak dan minyak hewani/nabati, logam mulia dan perhiasan/permata, serta besi dan baja, menjadi kontributor utama pertumbuhan ekspor tersebut.

Ekspor ke negara-negara utama seperti China, Amerika Serikat, dan India juga tetap memberikan kontribusi besar terhadap keseluruhan volume dan nilai ekspor Indonesia. Hal ini menunjukkan diversifikasi pasar tujuan ekspor Indonesia semakin solid dan mampu mempertahankan kontribusi pada surplus perdagangan nasional.

Sementara itu, peningkatan defisit pada neraca perdagangan migas belum cukup besar untuk mengimbangi surplus dari sektor nonmigas.

“Defisit neraca perdagangan migas meningkat menjadi sebesar US$1,53 miliar pada Mei 2025 sejalan dengan peningkatan impor migas di tengah penurunan ekspor migas,” terang Ramdan.

Tantangan Sektor Migas

Meski neraca perdagangan secara keseluruhan menunjukkan surplus besar, sektor migas masih menghadapi tantangan. BI mencatat adanya peningkatan nilai impor migas, yang tidak sebanding dengan penurunan nilai ekspor dari sektor tersebut.

Kondisi ini memperlebar defisit neraca perdagangan migas, yang pada Mei 2025 tercatat mencapai US$1,53 miliar. Meskipun demikian, hal ini belum mampu menggerus surplus total karena masih tertutupi oleh kinerja impresif sektor nonmigas.

Bank Indonesia menilai bahwa peningkatan impor migas berkaitan erat dengan kebutuhan domestik, terutama dalam mendukung aktivitas industri dan mobilitas pasca Idulfitri, serta faktor harga minyak global yang masih fluktuatif.

Kondisi ini menjadi catatan tersendiri bagi pengambil kebijakan, khususnya dalam menjaga keseimbangan antara kebutuhan energi dalam negeri dan efisiensi perdagangan migas.

Komitmen BI Jaga Stabilitas Eksternal

Mencermati perkembangan tersebut, BI menegaskan komitmennya untuk terus memperkuat koordinasi kebijakan antar-lembaga guna menjaga stabilitas eksternal. Sinergi antara BI, pemerintah, dan otoritas lain dianggap menjadi kunci utama dalam menghadapi tekanan ekonomi global dan menjaga pertumbuhan nasional tetap berada pada jalurnya.

Ramdan Denny Prakoso menyampaikan bahwa ketahanan eksternal Indonesia yang diperkuat oleh surplus perdagangan akan membantu menjaga kestabilan nilai tukar rupiah, memperkuat cadangan devisa, serta menciptakan ruang bagi stabilitas makroekonomi secara keseluruhan.

BI juga memandang pentingnya menjaga momentum kinerja ekspor, terutama dari sektor yang berbasis sumber daya alam dan industri bernilai tambah tinggi. Selain itu, upaya meningkatkan daya saing produk ekspor Indonesia di pasar global harus terus diperkuat agar surplus neraca perdagangan dapat berkelanjutan.

Relevansi Surplus dalam Konteks Ekonomi Nasional

Dalam konteks yang lebih luas, peningkatan surplus perdagangan menjadi salah satu indikator bahwa perekonomian nasional sedang berada dalam tren pemulihan dan penguatan. Hal ini juga berdampak pada arus modal, kepercayaan investor, dan potensi penguatan cadangan devisa.

Selain itu, surplus neraca perdagangan berkontribusi terhadap penguatan fundamental ekonomi nasional dan memberi ruang bagi pemerintah serta otoritas moneter untuk melanjutkan kebijakan fiskal dan moneter yang akomodatif namun tetap waspada.

Di tengah gejolak geopolitik global dan ketidakpastian pasar komoditas, data surplus perdagangan ini juga menjadi kabar baik yang dapat meningkatkan sentimen positif terhadap stabilitas ekonomi Indonesia.

Dengan adanya surplus perdagangan yang terus menguat, Bank Indonesia memandang ketahanan eksternal perekonomian Indonesia berada dalam posisi yang semakin baik. Namun, BI tetap mengingatkan pentingnya konsistensi dalam penguatan sinergi kebijakan serta peningkatan daya saing ekspor, guna menjaga momentum positif ini berkelanjutan.

Langkah antisipatif terhadap tantangan sektor migas dan ketidakpastian global juga menjadi fokus perhatian, agar stabilitas ekonomi tetap terjaga, dan pertumbuhan nasional dapat terus melaju secara berkelanjutan.

Terkini