Pendidikan Modern, Kepsek Perlu Jiwa Entrepreneur

Selasa, 01 Juli 2025 | 16:02:08 WIB
Pendidikan Modern, Kepsek Perlu Jiwa Entrepreneur

JAKARTA — Menghadapi dinamika pendidikan di wilayah terluar seperti Kabupaten Kepulauan Mentawai, penguasaan keterampilan non-akademik menjadi kunci, termasuk kemampuan di bidang kewirausahaan. Cabang Dinas Pendidikan (Cabdin) Sumatera Barat Wilayah VIII pun melihat pentingnya membekali kepala SMA, SMK, dan SLB dengan wawasan entrepreneur sebagai bentuk penguatan peran mereka di sekolah masing-masing.

Kegiatan pembekalan ini digelar di Gedung Baltekomdik Dinas Pendidikan Sumbar. Kegiatan tersebut menyasar peningkatan kompetensi, dedikasi, dan semangat inovasi kepala sekolah di daerah 3T (terdepan, terluar, tertinggal), khususnya di Kepulauan Mentawai.

“Di era modernisasi seperti sekarang ini, pengetahuan entrepreneur merupakan hal yang mutlak. Tanpa semangat kewirausahaan, sulit rasanya seseorang berkompetisi dalam menciptakan inovasi atau mengambil peluang,” ujar Ketua DPRD Sumbar, Muhidi, saat membuka acara.

Muhidi hadir sebagai salah satu dari tiga narasumber dalam forum ini. Ia tampil bersama Kepala Dinas Pendidikan Sumbar, Barlius, serta tokoh entrepreneur sekaligus pengusaha sukses asal Ranah Minang, Elyzawati lebih dikenal sebagai Bunda Reffan.

Menurut Muhidi, kepala sekolah di Mentawai dituntut untuk memiliki ketangguhan, kemampuan adaptasi yang tinggi, serta karakter inspiratif demi bisa memotivasi siswa. Ia menegaskan bahwa tak mungkin pembangunan pendidikan bisa berkembang tanpa penguasaan ilmu pengetahuan sebagai dasar.

“Untuk memotivasi peserta didik, bekal pengetahuan sangat penting. Mustahil pembangunan itu akan tumbuh jika tidak diukur ilmu pengetahuannya,” lanjutnya.

Harapan Kepsek: Dari Infrastruktur hingga Transportasi Laut

Kegiatan ini juga menjadi momentum bagi para kepala sekolah untuk menyuarakan aspirasi mereka langsung kepada wakil rakyat. Sejumlah kebutuhan mendesak diungkapkan, mencerminkan tantangan nyata pendidikan di Mentawai.

Salah satu permintaan utama adalah percepatan pembangunan asrama untuk peserta didik. Di daerah kepulauan seperti Mentawai, fasilitas ini menjadi sangat penting karena banyak siswa harus menempuh perjalanan jauh dari rumah ke sekolah.

Tak hanya itu, mereka juga mengusulkan pembangunan Sekolah Luar Biasa (SLB) yang merata di seluruh kecamatan, demi memberikan akses pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus.

Isu infrastruktur digital pun tak luput dari pembahasan. Para kepala sekolah berharap adanya peningkatan kualitas jaringan internet agar proses belajar mengajar berbasis digital dapat berjalan optimal. Disamping itu, mereka juga menekankan kebutuhan akan pasokan listrik yang memadai di sekolah-sekolah.

Dalam aspek transportasi, usulan pengadaan speed boat menjadi sorotan. Transportasi laut yang menjadi andalan masyarakat Mentawai, dinilai memerlukan dukungan sarana yang memadai agar guru dan siswa dapat beraktivitas secara efisien.

Kepala sekolah juga menyuarakan permintaan pembangunan kantor transit Cabdin. Fasilitas ini diharapkan dapat menjadi titik koordinasi antara sekolah-sekolah di Mentawai dengan Dinas Pendidikan Sumbar.

“Hal ini penting untuk memperlancar komunikasi dan perencanaan antara pengelola sekolah dan pemangku kebijakan di tingkat provinsi,” ujar salah seorang kepala sekolah peserta kegiatan.

Sarana Penunjang Masih Minim

Keluhan lain yang mencuat adalah minimnya fasilitas penunjang di beberapa sekolah. Mulai dari ketiadaan pagar sekolah yang membuat aset sekolah rentan terhadap pencurian, hingga kebutuhan gapura, komputer, dan perabot pendukung operasional lainnya.

Menanggapi berbagai aspirasi tersebut, Muhidi memberikan arahan praktis. Ia menyarankan agar pihak sekolah membuat surat permohonan resmi kepada Dinas BMCKTR Sumbar melalui Dinas Pendidikan Sumbar agar dilakukan peninjauan dan pencarian solusi teknis.

Ia menjelaskan bahwa pengalokasian anggaran melalui dana pokok pikiran (pokir) DPRD memiliki batasan wilayah. Mengingat dirinya berasal dari Dapil I Kota Padang, maka bantuan melalui pokirnya tidak bisa dialokasikan ke wilayah Mentawai.

“Silakan sekolah-sekolah di Mentawai mendekati anggota DPRD Sumbar dari Dapil VIII, yaitu Pesisir Selatan dan Mentawai. Melalui mereka, pokir bisa lebih tepat sasaran,” sarannya.

Entrepreneur sebagai Bekal Kepemimpinan Pendidikan

Kegiatan ini juga menjadi ajang refleksi tentang pentingnya pola kepemimpinan kepala sekolah di era saat ini. Tak hanya administratif dan manajerial, kepala sekolah kini dituntut menjadi pemimpin yang visioner dan memiliki naluri entrepreneur.

Sosok Elyzawati alias Bunda Reffan menjadi teladan dalam sesi inspirasi kewirausahaan. Sebagai pengusaha sukses asal Minang, ia berbagi pengalaman dan kiat membangun usaha dari nol. Kehadirannya memberi semangat baru bagi para pendidik untuk menanamkan semangat inovatif kepada siswa.

Pendidikan tak lagi cukup hanya berorientasi pada kurikulum dan nilai akademik. Di daerah-daerah terpencil seperti Mentawai, sekolah justru harus menjadi pusat penggerak kemajuan masyarakat, termasuk dalam hal ekonomi kreatif dan pemberdayaan potensi lokal.

Dengan bekal pengetahuan entrepreneur yang diberikan, diharapkan para kepala sekolah bisa membentuk budaya inovatif di lingkungan sekolah, sekaligus memicu peserta didik untuk berpikir kreatif, mandiri, dan solutif.

Jika Anda memerlukan versi lain dari naskah ini untuk keperluan be

Terkini