JAKARTA - Kesuksesan Xiaomi di ranah otomotif menjadi bukti bahwa inovasi bisa membuka jalan kekayaan baru. Beranjak dari reputasinya sebagai produsen smartphone, Xiaomi kini menorehkan sejarah baru lewat peluncuran mobil listrik, yang bukan hanya mendulang sukses penjualan, tetapi juga membawa pendirinya, Lei Jun, menjadi orang terkaya di China.
Langkah Xiaomi masuk ke industri mobil listrik sempat dipandang berisiko. Namun, keputusan itu kini terbukti membuahkan hasil manis. Mengutip laporan dari situs Carnewschina, harga saham Xiaomi Group (1810.HK) menembus rekor tertinggi sepanjang masa di angka 61,45 dolar Hong Kong (HKD). Kenaikan nilai saham tersebut secara langsung melonjakkan kekayaan Lei Jun, hingga menjadikannya miliarder nomor satu di Negeri Tirai Bambu.
Sebelumnya, Xiaomi telah dikenal luas sebagai salah satu raksasa teknologi yang memproduksi smartphone, perangkat rumah pintar, serta berbagai produk gadget lainnya. Namun ekspansi bisnis ke sektor otomotif dengan mobil listrik menjadi momentum kebangkitan baru yang mengangkat nama perusahaan dan sang pendiri ke level berbeda.
Harga saham Xiaomi yang melonjak hingga ke level 61,45 HKD merupakan puncak tertinggi dalam sejarah perusahaan. Sebelumnya, rekor sempat tercatat pada 27 Februari ketika saham menyentuh 52 HKD. Peningkatan tajam ini terutama didorong oleh respons pasar yang sangat positif terhadap peluncuran model mobil listrik terbaru Xiaomi, yaitu YU7.
Model SUV listrik ini langsung memikat perhatian konsumen. Xiaomi bahkan berhasil membukukan 300.000 pesanan hanya dalam waktu satu jam setelah peluncuran resminya. Antusiasme tersebut mencerminkan betapa besarnya kepercayaan publik terhadap merek yang dulu hanya dikenal lewat ponsel pintar ini.
Seiring lonjakan harga saham, laporan keuangan mencatat bahwa kekayaan pribadi Lei Jun menyentuh hampir 440 miliar yuan atau setara Rp 1.012 triliun ketika saham Xiaomi berada di level 52 HKD pada Februari. Angka tersebut menempatkan Lei Jun di puncak daftar orang terkaya di China, menggusur posisi yang sebelumnya ditempati oleh miliarder lain.
Meski sempat mengalami penurunan akibat kecelakaan fatal yang melibatkan mobil Xiaomi pada akhir Maret—yang memicu koreksi harga saham—posisi Lei Jun sebagai orang terkaya kembali direbut seiring pulihnya performa Xiaomi di pasar modal.
Kini, Lei Jun kembali menggantikan posisi Zhong Shansan, pendiri Nongfu Spring, yang selama empat tahun berturut-turut menjadi orang terkaya di China dengan total kekayaan sekitar 368,3 miliar yuan atau Rp 846,09 triliun. Kembalinya Lei Jun ke puncak membuktikan bahwa strategi diversifikasi bisnis yang dijalankan Xiaomi membuahkan hasil luar biasa.
Namun di balik kesuksesan ini, Xiaomi juga dihadapkan pada tantangan besar, khususnya dalam hal kapasitas produksi. Divisi otomotif perusahaan saat ini hanya memiliki satu fasilitas produksi di distrik Yizhuang, Beijing, tempat lini mobil listrik SU7 dirakit.
Dengan tingginya permintaan, Xiaomi pun memutuskan untuk menaikkan target pengiriman mobil listrik tahun 2025 dari sebelumnya 300.000 unit menjadi 350.000 unit. Sayangnya, target ini masih melampaui kapasitas produksi yang ada saat ini.
Sebagai solusi atas persoalan tersebut, Xiaomi berencana membangun dua pabrik tambahan. Fasilitas baru ini akan mendukung produksi tiga model utama: SU7, SU7 Ultra, dan YU7, untuk memenuhi lonjakan permintaan yang terus mengalir dari pasar domestik dan internasional.
Langkah ekspansi ini sejalan dengan misi Xiaomi untuk tidak hanya menjadi pemain teknologi di segmen perangkat pintar, tetapi juga mengokohkan posisinya dalam industri otomotif berbasis listrik yang tengah berkembang pesat di seluruh dunia.
Sebagai informasi tambahan, Xiaomi juga terus mempromosikan lini mobil listriknya dengan strategi pemasaran agresif, termasuk menjajaki kerja sama dengan platform game seperti Gran Turismo 7, di mana pengguna dapat mengendarai versi virtual dari mobil listrik Xiaomi SU7 Ultra.
Meskipun baru memasuki pasar otomotif, Xiaomi menunjukkan bahwa mereka bukan sekadar pemain pendatang baru. Dengan bekal teknologi dan pendekatan inovatif, perusahaan ini bahkan mampu mencetak angka penjualan yang biasanya hanya dapat diraih oleh brand otomotif kawakan.
Dengan hasil ini, Lei Jun bukan hanya sukses sebagai CEO perusahaan teknologi, tetapi juga membuktikan dirinya sebagai inovator yang mampu membaca arah pasar masa depan. Tak mengherankan jika pasar modal dan masyarakat luas menaruh kepercayaan tinggi terhadap Xiaomi dan sang pendiri.
Sementara tantangan produksi masih membayangi, langkah cepat Xiaomi dalam membangun pabrik-pabrik baru menjadi sinyal bahwa mereka serius berkompetisi di arena otomotif global. Jika berhasil, bukan tidak mungkin Xiaomi akan menjadi nama besar berikutnya dalam dunia mobil listrik sejajar dengan Tesla dan BYD.
Kini dunia menyaksikan bagaimana transformasi Xiaomi dari produsen gadget menjadi raksasa teknologi multinasional yang berkiprah di banyak sektor. Dan semua itu dimulai dari keberanian seorang Lei Jun yang tak ragu mengambil risiko besar di tengah persaingan ketat industri otomotif.